Mohon tunggu...
Syamsurial Sad
Syamsurial Sad Mohon Tunggu... Lainnya - Dibuat dengan sebenarnya sesuai ktp

seorang pria, lahir 13/08, di Pangian-Lintau, Prop. Sumbar. Pensiunan PNS . Tinggal di Koto Baru, Kabupaten Solok, Prop. Sumbar.

Selanjutnya

Tutup

Money

Minum Kawa, dari Tradisi ke Komoditi

4 Desember 2020   07:00 Diperbarui: 4 Desember 2020   07:05 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.



Daun kopi yg siap di proses menjadi kopi kawa daun di sebuah usaha kecil di kab. lima puluh kota, sumbar, (dokumen pribadi)

Tanaman Kopi sudah lama menjadi komoditi pertanian di Sumatera Barat, sejak zaman Belanda dulu tanaman kopi sudah ditanam masyarakat, namun sayang karena zaman penjajahan, pada waktu itu biji kopi harus dijual kepada Kompeni, hingga masyarakat tidak sempat menikmati minum kopi bubuk yg dibuat dari biji.

Pepatah kita mengatakan bahwa Tidak rotan akar pun jadi. Urang awak tidak kehabisan akal, tak bisa biji, daun pun jadi, entah siapa yg memulai, untuk melepas kerinduan minum kopi urang awak membuat minuman kopinya dari daun kopi, yang disini dinamakan “Minum Kawa”. 

Minum Kawa juga berarti beristirahat setelah bekerja disawah atau diladang, pada waktu mana si isteri membawakan minum kawa dan makanan kecil seperti goreng ubi untuk sang suami yg telah penat bekerja sambil mauduik (merokok). 

Setelah Indonesia Merdeka, biji kopi mulai dibuat menjadi kopi bubuk, yang dengan kemajuan zaman, kopi bubuk bisa diolah menjadi berbagai minumn dengan berbagai campuran, hingga lama kelamaan Minum Kawa jadi terpinggirkan. 

Sifat manusia yg cepat bosan menimbulkan inspirasi bagi entrepreneur di Ranah Minang, kalau dulu Minum Kawa dibuat untuk kepentingan pribadi dan tidak diperdagangkan, sekarang Minum Kawa dijadikan komoditi dagang sebagai pelengkap jualan utama yaitu goreng-gorengan, seperti yg saya lihat disepanjang jalan antara Batusangkar – Bukittinggi, tepatnya di Nagari Tabek Patah (16 KM dari Kota Batusangkar), kecamatan Salimpauang, Kabupaten Tanah Datar, Propinsi Sumatera Barat,  bermunculan seperti cendawan tumbuh apa yg mereka namakan Pondok (Warung) Goreng).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun