Demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes aegypti umumnya berukuran kecil dan memiliki garis-garis putih horizontal di bagian punggung dan kakinya. Nyamuk ini seringkali ditemukan di dalam rumah yang gelap dan sejuk.  Faktor risiko terkena demam berdarah antara lain tinggal atau bepergian ke daerah tropis, seperti Asia Tenggara, pulau-pulau di Pasifik Barat, Amerika Latin, dan Afrika. Di Indonesia, penyakit ini menjadi salah satu isu kesehatan masyarakat utama dengan tingkat penyebaran tertinggi di antara negara-negara di Asia Tenggara.
      Penyebaran nyamuk Aedes aegypti  dipengaruhi oleh faktor iklim, seperti curah hujan, suhu, dan kelembaban. Nyamuk ini cenderung hidup lebih lama pada tingkat kelembaban yang tinggi, seperti saat musim hujan. Demam berdarah seringkali menimbulkan beban berat bagi sistem kesehatan dan ekonomi, terutama di daerah dengan sanitasi yang buruk dan kepadatan penduduk yang tinggi. Oleh karena itu, upaya pencegahan dan penanganan yang efektif sangat penting untuk mengurangi angka kejadian dan kematian yang disebabkan oleh demam berdarah.
      Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah dan menangani penyebaran nyamuk Aedes aegypti salah satunya adalah penerapan 3M Plus. Metode ini mencakup tiga langkah utama, yang pertama menguras tempat penampungan air seperti bak mandi, kendi, drum, kolam, atau penampungan air lainnya. Kedua,  menutup rapat tempat penampungan air agar tidak menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk. Terakhir memanfaatkan kembali barang bekas yang memiliki potensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.  Upaya ini diharapkan dapat mengurangi populasi nyamuk dan mencegah penyebaran demam berdarah.
      Walaupun berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mencegah penyebaran demam berdarah, namun angka kasus demam berdarah belum menurun secara optimal. Masih banyak tantangan yang harus dihadapi dalam menangani penyakit ini. Demam berdarah sering mengalami peningkatan kasus secara musiman atau epidemik, terutama setiap musim hujan, akibat banyaknya genangan air yang terbentuk. Selain itu, rendahnya tingkat kesadaran masyarakat tentang demam berdarah juga menjadi kendala dalam upaya pencegahannya.
      Upaya yang lebih terintegrasi dan peningkatan kesadaran masyarakt sangat diperlukan untuk mengatasi masalah ini secara efektif. Profesional bidang kesehatan masyarakat sangat diperlukan untuk mengedukasi masyarakat dalam memahami gejala penyakit, pentingnya pencegahan, dan tindakan yang harus diambil apabila terkena demam berdarah. Selain itu, profesional kesehatan masyarakat juga harus merancang dan melaksanakan program pencegahan di daerah-daerah dengan tingkat penyebaran yang tinggi. Pemerintah juga harus meningkatkan infrastruktur kesehatan dan pelatihan kepada tenaga kesehatan.
      Penerapan metode 3M Plus oleh pemerintah, yang meliputi menguras, menutup, dan memanfaatkan barang bekas, adalah langkah-langkah penting dalam mengurangi populasi nyamuk dan mencegah penyebaran penyakit. Namun, tampaknya upaya ini belum cukup efektif untuk menurunkan angka kasus demam berdarah. Kesadaran yang rendah memengaruhi partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan, yang pada akhirnya berdampak pada tingginya angka kejadian. Untuk mengatasi masalah ini secara efektif, diperlukan adanya pendekatan yang terintegrasi dan komprehensif melalui pendidikan, pencegahan, kolaborasi multisectoral, pemantauan, dan peningkatan infrastrukur.
KATA KUNCI : Nyamuk, Penanganan, Pencegahan
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes. 2024. Demam Berdarah Dengue. https://ayosehat.kemkes.go.id/topik/demam-berdarah-dengue [online]. (diakses tanggal 10 September 2024)
Kemenkes. 2019. Upaya Pencegahan DBD dengan 3M Plus. https://ayosehat.kemkes.go.id/upaya-pencegahan-dbd-dengan-3m-plus [online]. (diakses tanggal 10 September 2024)
Sari, R. K., Djamaluddin, I., Djam'an, Q., & Sembodo, T., 2022. Pemberdayaan Masyarakat dalam Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue DBD di Puskesmas Karangdoro. Jurnal ABDIMAS-KU: Jurnal Pengabdian Masyarakat Kedokteran, 1(1), 27.