Mohon tunggu...
Sherin Maharani
Sherin Maharani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hallo

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kenangan Bersama Keluargaku

26 September 2022   20:44 Diperbarui: 26 September 2022   20:47 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesampainya di daerah pantai kami mencari penginapan. Berjalan ke dalam, banyak wisatawan lain sama-sama mencari penginapan dan berjajan ria pada pedagang pinggir jalan. Setelah memutari kawasan itu, ternyata penginapannya sudah penuh. Hari semakin malam. Pada akhirnya kesabaran kami membuahkan hasil. Kami mendapatkan penginapan meskipun tempatnya agak jauh dari keramaian.

"Ayo kita istirahat dulu." Kata kakekku

"Iya, makan juga nanti disiapin." Sahut nenekku.

Kami berjalan masuk ke dalam penginapan yang bisa disebut vila. Sesudah acara makan malam. Kami beristirahat tidur di kamar yang tersedia. Keesokan paginya, di tengah udara yang sejuk dan asri. Kami berjalan santai sambil menyusuri area sekitar pantai. Saat itu orang-orang asyik melakukan olahraga di pagi hari. Deburan ombak meliuk-liuk dengan dentuman yang keras dan kencang di pantai seakan siap untuk menerjang orang.

"Wah... indah banget ini pantainya." Seru adikku

Hamparan air laut terlihat dari pesisir pantai seperti permadani biru. Kami bersenang-senang bermain pasir di tengah hawa dingin. Menjelang siang, kami beranjak pergi membeli makanan dan minuman. Sesudah itu kembali ke pantai menikmati pemandangan dengan hembusan angin yang kencang.

"Itu ada kuda, mau naik gak tuh?" tanya ayahku.

"Ihh... mau-mau dong." jawab aku dan adikku serempak.

Akhirnya kami naik kuda yang disewa tersebut. Hari mulai menggelap. Pertanda pergantian siang ke malam. Terlihat dari kejauhan nenek, kakek, dan ayahku membantu nelayan menarik jaring ikan tangkapan mereka. Kami turut membantu. Para nelayan itu baik sekali, kami diberikan ikan hasil tangkapan mereka. Di jalanan menuju penginapan bertebaran para pedagang khas dari pantai Pangandaran.

Saat aku sedang memilih kerang-kerangan untuk aku bawa pulang. Adikku tiba-tiba hilang dari rombongan kami. Kami pun mencari di sekitar. Ibuku dengan raut cemas hingga matanya berkaca-kaca mengetahui adikku hilang. Ternyata ia sedang menangis di pinggir sebuah pedagang mainan karena tertinggal.

"Nak kamu kemana aja, kenapa menghilang sayang ?" tanya ibuku dengan raut khawatirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun