Â
Filsafat Pendidikan Idealisme : Implementasi,Tantangannya dalam Pembelajaran Sejarah
Implementasi  filsafat idealis dalam bidang Pendidikan dapat dilihat dari hubungan antara filsafat dan pendidikan  (Imam Barnadib, 2022)  menyatakan  bahwasanya pada hakikatnya hubungan antara filsafat dan pendidikan adalah sebuah hubungan yang harmoni, bukan sekadar hubungan biasa. Dalam memahami filsafat pendidikan, perlu dipahami metodenya dan bagaimana caranya konsep dalam pendidikan terkhusus dalam pembelajaran Sejarah. Filsafat pendidikan idealis dapat dilihat dari tiga cabang Filsafat ontologi sebagai cabang transformasi teori umum yang membahas epistemologi pengetahuan tentang segala hal dan pembahasan aksiologi. Idealisme adalah aliran filsafat yang meyakini bahwasanya Hakikat segala sesuatu ada pada tataan pemikiran. kenyataan yang nyat sebenarnya ada terlebih dahulu dalam realitas gagasan dan pemikiran, bukan dalam realita hal-hal materi. Dalam filsafat Idealisme materi adalah bagian yang eksternal disebut hakikat terdalam, yaitu akal atau ruh, begitu pula materi Cangkang hakikat, pikiran, akal, hati, ruh, atau nilai. Oleh karena itu, idealisme seringkali menggunakan istilah-istilah yang mencakup hal-hal abstrak seperti semangat, rasionalitas, nilai-nilai, dan kepribadian keyakinan idealis. Pemikiran idealis ini selalu identik dengan Plato. Plato adalah salah satu tokoh filsafat Idealism aka dari itu dia adalah bapak Filsafat Idealisme Dalam pencariannya akan kebenaran, Plato berpendapat bahwa  kebenaran tidak dapat ditemukan di dunia nyata karena dunia nyata tidak bersifat permanen dan terus berubah. Artinya dunia material bukanlah dunia nyata, melainkan sekedar analogi atau ilusi  yang diciptakan oleh panca indera.Menurut Plato, hakikat segala  sesuatu tidak terletak pada fisik atau fisiknya, melainkan pada sesuatu di balik benda itu, yaitu Ide.Ide bersifat abadi, tidak material dan tidak dapat berubah. Sekalipun materi dimusnahkan, pikiran itu akan tetapa ada.
 Filsafat idealisme dalam pendidikan merupakan pendekatan yang menyoroti peranan penting dari ide, gagasan, dan nilai-nilai dalam proses belajar. Dalam hal ini, idealisme berfokus pada pengembangan kapasitas intelektual dan moral siswa, dengan tujuan untuk menciptakan individu yang memiliki karakter yang baik serta mampu berpikir kritis. Pendekatan filosofis dalam pendidikan dilakukan untuk memecahkan permasalahan dalam dunia pendidikan dengan menggunakan pendekatan filosofis. Hal ini bertujuan untuk menjamin bahwa teori-teori pendidikan dihasilkan secara memadai dari hasil pendekatan filosofis. Pendidikan memerlukan filsafat untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan maupun permasalahan penyelenggaraan pendidikan, namun dengan adanya filsafat tersebut diharapkan mampu menghadapi fakta-fakta metafisika, dan jika demikian maka hanya dapat ditemukan melalui ilmu filsafat. Dalam dunia pendidikan konsep dasar filsafat idealisme Ide sebagai realitas utama dalam pandangan idealisme, ide dan konsep dianggap sebagai realitas yang lebih signifikan dibandingkan dengan dunia material. Pendidikan bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan dan menyerap ide-ide ini ke dalam diri mereka.Nilai-nilai Moral dan Etika  Filsafat idealisme menekankan pentingnya nilai-nilai moral dan etika dalam pendidikan. Tujuannya adalah untuk membentuk karakter siswa menjadi individu yang bertanggung jawab dan memiliki integritas siswa melalui pengajaran nilai-nilai mulia, seperti kejujuran, keadilan, dan rasa empati. Selain membangun karakter, idealisme juga memberikan penekanan pada peningkatan kemampuan intelektual siswa. Mereka diajarkan untuk berpikir kritis, menganalisis, serta memahami konsep-konsep yang bersifat abstrak.
Metode Pembelajaran, Diskusi dan Dialog Dalam pendekatan idealism diperlukann dalam proses pembelajaran yang tentunya melibatkan diskusi dan dialog, di mana siswa diundang untuk membagikan ide dan pandangan mereka. Ini mendorong siswa untuk berpikir secara kritis dan reflektif. Penggunaan Sumber Inspiratif, dalam pendidikan yang bersifat idealis, pemakaian karya sastra, filosofi, dan sosok-sosok besar yang memiliki nilai-nilai luhur sangatlah penting. Siswa didorong untuk belajar dari pengalaman dan pemikiran orang-orang tersebut. Peran Guru sebagai Pembimbing dan fasilitator guru memainkan peran sebagai pembimbing yang membantu siswa untuk menjelajahi ide-ide dan nilai-nilai. Mereka seharusnya mampu memberikan inspirasi kepada siswa untuk mencapai potensi maksimal mereka.Menciptakan lingkungan belajar yang Guru juga bertanggung jawab untuk menciptakan suasana belajar yang mendukung pengembangan karakter serta kemampuan berpikir kritis siswa
      Implementasi Idealisme dalam Pembelajaran Sejarah  memiliki beberapa penerapan dalam pembelajaran sejarah yang akan nantinya menghasilkan siswa yang mengerti nilai-nilai historis. Idealisme mendukung siswa untuk memahami nilai-nilai seperti keadilan, kebenaran, dan keindahan dalam konteks sejarah. Dimulai dengan  Menganalisis arti sejarah yang akan membuat mereka mengerti akan pentingnya menjadikan sejarah sebagai bagain dari setiap perjalanan kehidupan dimana sejarah menjadi pemebelajaran utnuk masa depan. Idealisme memungkinkan siswa menganalisis arti dan tujuan dari peristiwa sejarah yang juga akan memepermudah mereka untuk Pengembangan kesadaran historis, Idealisme membantu siswa membangun kesadaran mengenai sejarah serta mengenali posisi mereka dalam konteks sejarah tersebut.  Pembelajaran sejarah sebagai analisis kritis. Idealisme mengajak siswa untuk melihat sejarah sebagai sebuah proses analisis dan pemikiran kritis Tantangan Idealisme dalam Pembelajaran Sejarah Idealisme juga menghadapi beragam tantangan dalam pembelajaran sejarah.
Relativisme, Tantangan dari relativisme menyulitkan untuk menemukan nilai-nilai yang bersifat absolut dalam konteks sejarah sehingga menjadikannya sulit untuk di pahamai dan ini juga membutuhkan perhatian khusus mengingkaat banyak dari peninggalan- peninggalan sejarah yang sudah hanya replikaan saja. Disini tenaga pendidik sangat dibutuhkan untuk menjadi tonggah kebenaran agar tidak ada kesalah pahaman antara bukti atau realita dengan yang peserta didik ketahui.
Objektivitas, Tantangan objektivitas membuat sulit untuk membedakan antara fakta dan interpretasi. Dalam hal ini  juga jauhnya objek sejarah menjadi  kendala agar para pesreta didik dapat paham secara langsung dengan pengenalan objek  langsung namun hal ini dapat diatasi dengan adanya study tour yang akan memfasilitasi para peserta didik untuk langsung ke lokasi agar lebih memahaminya baik itu museum, peninggalan candid an sebagainya.
Keterbatasan sumber, Keterbatasan dalam sumber sejarah dapat mempengaruhi cara siswa memahami sejarah.Dengan adanya digitalisasi sejarah keterbatasan sumber yang akan selalu di alami sejarah bisa di tanggulangi mengingkat keterbatasan sumber dikarenakan estimasi waktu saat terjadinya peristiwa sejarah dengan waktu sekarang sangat  jauh.
Contoh Implementasi Idealisme dalam Pembelajaran Sejarah Studi kasus: Memperdalam studi kasus mengenai perjuangan kemerdekaan Indonesia dapat membantu siswa menangkap nilai-nilai keadilan dan kebenaran.
Diskusi kelompok: Diskusi dalam kelompok mengenai makna dari sejarah dapat mendukung siswa dalam menganalisis arti dan tujuan sejarah.