Mendaki gunung bagi sebagian orang bisa jadi merupakan salah satu kegiatan yang menantang. Namun, bagi saya hal itu tidak hanya sekedar tantangan, tapi juga bisa menjadi obat penenang hati. Mendaki gunung juga memberikan saya pengalaman yang sangat berarti dan memberikan banyak pelajaran hidup. Saat pertama kali mendaki saya diajak oleh beberapa teman, tepatnya berada di Kecamatan Trawas, kabupaten Mojokerto, Jawa Timur yaitu di puthuk gragal dengan ketinggian 1480 MDPL. Saya merasa campur aduk antara takut dan bersemangat. Saya sadar bahwa ini bukan sembarang aktivitas. Mendaki gunung memerlukan persiapan fisik dan mental yang serius.
Hari pendakian tiba. Selesai menyiapkan barang yang diperlukan saat mendaki, saya dan teman-teman mulai berangkat ke lokasi pendakian pukul 14.00 WIB, saat diperjalanan kami kehujanan dan akhirnya memutuskan untuk berhenti di suatu tempat, setelah hujan reda kami langsung bergegas menuju lokasi dan melanjutkan perjalanan di sore hari. Langkah pertama di jalur pendakian membuat saya menyadari bahwa ini akan menjadi pengalaman yang sangat berbeda dari segala aktivitas fisik yang pernah saya lakukan. Jalur yang terjal, udara yang dingin, dan beban di punggung sangat berat. Ketika kaki mulai terasa berat dan napas terengah-engah, saya meminta untuk berhenti, dari situlah saya menyadari pentingnya kebersamaan dan motivasi. Kami saling menyemangati dan berbagi beban bila salah satu dari kami mulai terlihat kesulitan. Perjalanan yang awalnya terasa berat, perlahan menjadi lebih ringan karena adanya dukungan dan semangat untuk mencapai tujuan.
Hari mulai gelap dan senter pun akhirnya dinyalakan, dijalan saya dan teman-teman mendengar suara aneh seperti burung, celeng, kera, dan binatang buas lainnya, tetapi kita semua tidak boleh takut sebab kita selalu bersama-sama dan kebersamaan itu akan melindungi kita sampai tujuan. Sesampai tujuan kita tidak langsung naik ke puncak tetapi kita membuat tenda untuk tempat tidur. Selesai membuat tenda kita memutuskan untuk memasak mie instan, nugget, kopi dan aneka makanan lainnya.Â
Pagi pun tiba sekitar pukul 04.55 WIB. kita melanjutkan perjalanan ke puncak yang kita inginkan yaitu gragal dan iwak asin. Sesampai disana kita sangat bahagia karena bisa mendapatkan sebuah momen yang langkah yaitu mendapatkan pemandangan lautan awan. kita pun langsung bersua foto. Selesai berfoto dan menikmati suasana dipegunungan, kita memutuskan untuk turun gunung dan makan di bunderan pacet, oh ya tidak lupa dengan susu sapi angetnya.
Salah satu momen yang tidak akan pernah saya lupakan adalah ketika sampai di puncak. Melihat lautan awan dari atas sana, merupakan suatu pencapaian yang penuh dengan perjuangan. Saya merasa kecil di tengah kebesaran alam semesta, namun juga merasa besar karena berhasil mengatasi berbagai rintangan. Pengalaman mendaki gunung pertama kali ini mengajarkan saya lebih dari sekedar mencapai puncak. Saya belajar tentang pentingnya persiapan, tentang bagaimana menghadapi rintangan, tentang kebersamaan dan support dari team. Lebih dari itu, saya menjadi lebih lega karena saya menikmati suasana tersebut.
Dalam perjalanan pulang, saya tidak hanya membawa foto-foto indah atau medali pencapaian pribadi. Saya membawa pulang pengalaman yang telah membentuk saya menjadi pribadi yang lebih kuat, mandiri, dan mengerti arti dari sebuah perjuangan. Mendaki gunung, bagi saya sekarang, bukan hanya tentang mencapai puncak, tapi tentang perjalanan yang mengajarkan banyak hal dalam hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H