Aku mencintaimu dan karenanya aku merasa telah membuat kesalahan. Aku tanah kering untukmu yang pohonan rindang. Aku kota berpolusi dan penuh kemacetan untukmu yang tempat asri dan lengang. Aku meja kerja untukmu yang bangku taman. Aku benang kusut untukmu yang telah jadi pakaian. Aku lalat untukmu yang harum kembang. Aku lumpur untukmu yang mata air kejernihan.
Aku mencintaimu dan karenanya aku merasa berdosa. Aku ruang pengap untukmu yang berventilasi udara. Aku bangkai untukmu yang bernyawa. Aku gelap untukmu yang cerah warnanya. Aku bisu untukmu yang bersuara. Aku engsel rusak untukmu yang jendela. Aku gurun pasir untukmu yang samudera.
Aku mencintaimu, tapi nasib sialku kerap jadi pengganggu takdir terbaikmu. Langkahku jadi penghambat perjalananmu.
Aku mencintaimu, tapi luka-luka dalam diriku hanya akan menyibukkanmu menyembuhkannya. Keputusasaanku akan menghanyutkan harapan-harapan yang kau jaga.
Aku mencintaimu yang tenang itu dengan seluruh badai dalam diriku. Meski kadang-kadang aku masih bimbang; apakah aku benar mencintai atau sedang melakukan kejahatan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H