Mohon tunggu...
Fauzia Nabila
Fauzia Nabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ketahanan Pangan di Tengah Permasalahan Pertanian di Indonesia

25 November 2024   19:34 Diperbarui: 25 November 2024   19:37 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Ketahanan pangan di Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang rumit. Tantangan ini tidak hanya dipengaruhi oleh faktor domestik tapi juga global. Indonesia dengan Sumber Daya Alam yang melimpah harus belajar mengelola untuk memastikan ketersediaan pangan yang cukup, terjangkau, dan bergizi bagi seluruh masyarakat. Permasalahan yang dihadapi Indonesia beberapa diantaranya adalah perubahan iklim, ketergantungan pertanian tradisional, serta distribusi pangan yang belum merata.

Perubahan iklim menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi ketahanan pangan di Indonesia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Renard et al (2023) menunjukkan bahwa keberagaman tanaman di sektor pertanian dapat mengurangi dampak negatif dari perubahan iklim, khususnya terhadap kekeringan dan suhu yang ekstrem. Keberagaman tanaman memberikan sedikit celah bagi negara untuk mengurangi kerugian produksi karena ketergantungan pada satu jenis tanaman yang sensitif terhadap kondisi cuaca tertentu. Oleh karena itu, meningkatkan keberagaman tanaman di lahan pertanian Indonesia menjadi salah satu strategi yang patut diprioritaskan untuk meningkatkan ketahanan pangan.

Selain perubahan iklim, distribusi pangan yang tidak merata menjadi masalah besar di Indonesia. Meski produksi pangan dalam jumlah yang cukup tersedia, distribusinya tidak selalu mencakup seluruh wilayah, terutama di daerah-daerah terpencil dan terisolasi. Seringkali, infrastruktur yang kurang memadai, seperti jalan yang rusak dan keterbatasan akses ke pasar, membuat pangan tidak dapat didistribusikan secara efisien dan akhirnya terjadi ketidakstabilan harga pangan. Hal ini juga berdapak langsung pada ketidakmerataan akses pangan antara daerah perkotaan dan pedesaan.

Selain itu, berdasarkan penelitian oleh Hidayat et al (2020), pengelolaan limbah pangan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan. Mereka menemukan bahwa pemborosan pangan yang terjadi pada konsumen dapat mengurangi ketersediaan pangan yang seharusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal. Ini menunjukkan bahwa selain meningkatkan efisiensi produksi dan distribusi, upaya untuk mengurangi pemborosan pangan harus menjadi bagian dari strategi ketahanan pangan nasional.

Dalam rangka menghadapi berbagai permasalahan ini, teknologi menjadi salah satu solusi dalam meningkatkan ketahanan pangan Indonesia. Penggunaan teknologi pertanian, seperti sistem irigasi cerdas dan teknologi pengolahan hasil pertanian yang lebih efisien, dapat membantu petani meningkatkan hasil panen mereka walaupun pada saat itu sedang menghadapi kondisi cuaca yang tidak menentu. Selain itu, teknologi digital juga dapat membantu dalam distribusi pangan melalui platform e-commerce yang menghubungkan petani dengan konsumen secara langsung, mengurangi biaya distribusi dan meningkatkan akses pasar.

Namun, adopsi teknologi masih terbatas di kalangan petani kecil, terutama di daerah-daerah terpencil. Oleh karena itu, pemerintah dan sektor swasta perlu berkolaborasi untuk menyediakan pelatihan dan akses terhadap teknologi yang lebih modern bagi petani Indonesia. Dengan langkah-langkah ini, Indonesia dapat mengatasi tantangan ketahanan pangan yang semakin besar dan membangun ketahanan pangan yang berkelanjutan bagi masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, S. I., Ardhany, Y. H., & Nurhadi, E. (2020). Kajian Food Waste untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Agriekonomika, 9(2), 171--182. https://doi.org/10.21107/agriekonomika.v9i2.8787

Renard, D., Mahaut, L., & Noack, F. (2023). Crop diversity buffers the impact of droughts and high temperatures on food production. Environmental Research Letters, 18(4). https://doi.org/10.1088/1748-9326/acc2d6

Fauzia Nabila - Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun