Mohon tunggu...
31_ Annisa Shajidah Jasmin
31_ Annisa Shajidah Jasmin Mohon Tunggu... Lainnya - Aktif

~

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kekeringan di Kabupaten Sragen Akibat Penggunaan Sumur Sibel

28 Agustus 2021   16:38 Diperbarui: 28 Agustus 2021   17:45 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sragen merupakan kabupaten yang terletak di Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Sragen memiliki beragam relief seperti daerah pegunungan kapur yang membentang dari arah timur ke barat, lembah aliran Sungai Bengawan Solo, sebelah utara Pegunungan Kendeng,  dan sebelah selatan merupakan Gunung Lawu. Dengan adanya beragam relief tersebut menyebabakan Kabupaten Sragen memiliki beberapa jenis tanah. Beberapa jenis tanah tersebut tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan dalam bidang pertanian.

Kasus yang sering terjadi di daerah Sragen ialah kekeringan. Terdapat enam kecamatan yang sering mengalami kekeringan yaitu Kecamatan Sukodono, Kecamatan Jenar, Kecamatan Tangen, Kecamatan Miri, Kecamatan Gesi, dan Kecamatan Sumberlawang. Kekeringan di kecamatan-kecamatan tersebut berdampak pada bidang pertanian dan kurangnya air bersih. Pada saat kemarau panjang warga memilih untuk mengkosongkan lahan pertaniannya agar tidak terjadinya gagal panen karena kekeringan.

Terdapat beberapa factor yang menyebabkan kekeringan di enam kecamatan yang berada di Kabupaten Sragen. Seperti jenis tanah yang berupa kapur, intensitas hujan yang rendah, musim kemarau, dan tidak adanya penampungan air atau embung. Selain itu juga terdapat factor dari petani yaitu pembuatan sumur submercible atau sumur sibel tanpa izin.

Akhir-akhir ini para petani di Kabupaten Sragen sedang gencar-gencarnya membuat sumur sibel dengan tujuan mencegah kekeringan karena sumur sibel memiliki efisiensi yang tinggi, namun dengan pemasangan dan penggunaan kedalaman yang tidak sesuai standar dan tanpa izin, justru akan berdampak pada kekeringan yang berkelanjutan. Seperti ucapan Bupati dalam artikel sragenkab.go.id "Salah satu faktor penyebabnya banyaknya sumur submersible atau biasa disebut sumur sibel tanpa izin yang mengambil sumber air kita". Tambahnya "Memang Namanya sumur dalam, tapi banyak yang belum benar sampai dalam dan baru dipermukaan dan mengambil air dipermukaan".

Dalam pengambilan air tanah yang dilakukan dalam jumlah besar, dan secara terus menerus tanpa mempertimbangan ketersediaan air tersebut tentunya akan menimbulkan dampak yang berkepanjangan perihal kekeringan maupun pertanian. Dalam hal  ini solusi yang dapat dilakukan ialah pembuatan embung atau waduk yang berada di enam kecamatan yang sering mengalami masalah kekeringan dengan tujuan dapat menampung air ketika terjadinya hujan. Selain itu SDM di Kabupaten Sragen harus diberikan sosialisasi atau pengetahuan tentang penggunaan sumur sibel dan dalam pemasanganyapun harus memiliki izin yang jelas, serta penggunaan yang diperuntukkan untuk jangka berkepanjangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun