Mohon tunggu...
Alfiatul Janah
Alfiatul Janah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Implementasi Filsafat Pendidikan Realisme dalam Pembelajaran Sejarah

23 Desember 2024   19:51 Diperbarui: 23 Desember 2024   19:51 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://assets-a1.kompasiana.com/items/album/2021/06/15/john-locke-kompas-60c811f88ede48531a0037d2.jpg

Pendidikan merupakan salah satu pilar yang sangat penting dalam kehidupan manusia untuk menghasilkan pemahaman, pembentukan karakter, dan juga membenatu individu untuk menghadapi realitas kehidupan. Filsafat pendidikan realisme sangat menarik untuk dikaji, dengan menekankan pentingnya ilmu pengetahuan yang bersifat faktual dan pengalaman nyata yang dialami sebagai sumber belajar peserta didik. Jika di lihat dalam pembelajaran sejarah, realisme ini memiliki dampak yang signifikan kepada cara peserta didik memahami dan menganalisis peristiwa sejarah.

Dalam aliran filsafat pendidikan realisme berlandaskan pada bagaimana pemahaman bahwa objek belajar merupakan hal yang nyata bisa diamati dan di buktikan. Sehingga dalam konteks sejarah pendekatan realisme ini mampu membantu siswa untuk tidak hanya menghafal peristiwa sejarah dengan tanggal san fakta, namun juga dapat dilakukan pemahaman dengan mengerti konteks dan dampak dari peristiwa sejarah. Sesuai dengan namanya bahwa realisme ini menggajak kita untuk dapat melihat dan memahami sejarah sebagai hal yang hidup dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Pendekatan Realisme dalam Pembelajaran Sejarah

Pendekatan realisme dalam pembelajaran sejarah dapat diimplementasikan menggunakan sumber-sumber primer dan juga sekunder. Sumber primer yang di gunakan yaitu berupa dokumen sejarah, arsip sejarah, wawancara dengan pelaku atau saksi sejarah. Hal ini dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan kemampuan berinteraksi langsung dengan fakta-fakta yang terjadi di masalalu. Dengan memberikan ruang kepada peseta didik untuk dapat mengamati secara langsung dapat membantu peserta didik untuk belajar peristiwa sejarah secara kongnitif dan juga dapat merasakan emosi dan prespektif secara langsung dari orang-orang yang terlibat dalam peristiwa sejarah.

Terdapat juga sumber sekunder yang dapat membenatu peserta didik dalam belajar sejarah, yakni menggunakan media visual seperti film dokumenter, presentasi multimedia dan juga peta interaktif yang sejalan dengan prisip filsafat realisme dalam pendidikan. Media-media tersebut memungkinkan peserta didik dapat terbantu dengan melihat gambaran yang lebih jelas setiap peristiwa sejarah yang terjadi dan bagaimana peristiwa-peristiwa itu saling terkait. Contohnya, saat mempelajari materi sejarah tentang Perang Dunia II, peserta didik dapat melihat gambaran secara lebih jelas kondisi sosial dan politik pada saat itu. Dengan menggunakan media visual ini mereka dapat mengerti dan memahami alasan mengapa sebuah peristiwa sejarah dapat terjadi dan apa saja keputusan yang telah diambil oleh para tokoh pemimpin yang sehingga dapat berdampak begitu besar bagi masyarakat dunia.

Penggunaan metode belajar berbasis proyek juga salah satu cara yang efektif dalam penerapan filsafat realisme dalam pembelajaran sejarah. Dengan menggunakann proyek peserta didik dapat didorong untuk mampu mengamati topik permasalahan dalam jangka waktu tertentu dengan mengumpulkan bukti-bukti yang kemudian disajikan dalam presentasi di depan kelas. Dengan proyek ini tidak hanya membentu peserta didik untuk mengembangkan keterampilan pemelitian, namun juga memberikan kesempatan peserta didik untuk dapat mengeksplorasi peristiwa yang menarik bagi peserta didik, sehingga dapat menjadikan pembelajaran yang bermakna.

Filsafat pendidikan realisme juga mendorong para peserta didik untuk dapat berpikir kritis dalam mengahadapi berbagai topik yang membutuhkan analisis terhadap informasi. Di era berkembangnya informasi saat ini banyak informasi yang memerlukan analisis mendalam di karenakan banyak informasi palsu yang di bungkus dengan rapi seperti informasi sebenarnya, maka dari itu kemampuan menganalisis dan mengevaluasi mengenai ke akuratan data sangatlah penting. Dan disinilah peran guru dalan mengembangkan kemampuan siswa dalam menganalisis dan memilah informasi yang valid dan yang tidak valid sangatlah penting. Guru dapat mengadakan diskusi interaktif dalam kelas untuk melibatkan siswa agar dapat berdebat sehat mengenai topik' yang memerlukan analisis mendalam sangatlah membantu peserta didik dalam proses belajar analisis yang di integrasikan dalam pembelajaran sejarah. Metode diskusi ini tidak hanya meningkatkan analisis berpikir kritis peserta didik, namun juga dapat menciptakan susasana diskuai yang dinamis.

Pendekatan realisme dalam pembelajaran sejarah juga dapat menggunakan metode penerapan langsung di luar kelas, seperti berkunjung ke musemum, situs bersejarah, maupun pameran sejarah yang juga merupakan bagian integral dari filsafat realisme dalam pendidikan. Metide pembalajaran luar kelas dapat memberikan pengalaman lebih nyata kepada peserta didik, karena mereka dapat melihat, merasakan dan terlibat secara langsung dengan objek sejarah yang mereka amati. Seperti ketika peserta didik mengunjungi museum mereka dapat melihat artefak secara langsung dan juga mendengarkan penjelasan dari narasumber yang berpengalaman sehingga dapat memudahkan peserta didik dalam memahami sejarah lebih mendalam. Adanya kolaborasi antara guru, peserta didik dan masyarakat sekitar dalam pembelajaran sejarah sangatlah penting. Guru sebagai fasilitator utama dalam kelas harus dapat berperan aktif dalam mengaitkan materi yang akan di berikan dengan konteks sosial dan budaya yang relevan.

Dapat disimpulkan bahwa imolementasi dari filsafat pendidikan realisme dalam pembelajaran sejarah ini merupakan langkah yang strategis dalam memunculkan pembelajaran sejarah yang lebih hidup, relevan, dan menarik untuk peserta didik. Dengan pendekatan ini, pembelajaran sejarah tidak lagi hanya sekedar menghafal namun juga merupakan proses pembelajaran yang mengedepankan pemahaman, analisis, dan pengalaman nyata. Hal ini menjadikan peserta didik tidak hanya menjadi penikmat pengetahuan akan tetapi juga mampu menjadi agen perubahan yang peka terhadap konteks sosial saat ini.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun