GAYA
Puisi karya Sanusi Pane menggunakan bahasa sehari-hari, termasuk kata pinjaman asing. Beliau membatasi penggunaan bahasa daerah Indonesia, termasuk bahasa asli Batak. Secara struktural, puisinya menyerupai pantun bentuk Melayu kuno, meski beliau juga menulis beberapa soneta.Â
Banyak puisinya berhubungan dengan masalah filosofis. Penulis dan kritikus sastra Indonesia Muhammad Balfas menyebut Sanusi Pane sebagai "penyair Indonesia pertama yang menggunakan puisinya untuk mengungkapkan jati dirinya".
PENAMPILAN
Sanusi Pane memandang budaya Barat terlalu materialistis, dengan fokus pada aspek fisik kehidupan Kebudayaan Timur. sebaliknya, dipandang beliau lebih spiritualistik. beliau melihat hal ini dapat mempengaruhi cara manusia berinteraksi dengan alam, dengan cara orang Barat berusaha untuk menaklukkannya dan orang Timur lebih memilih untuk beradaptasi dengannya. Namun, Sanusi Pane mengakui bahwa teknologi Barat dapat membawa perubahan positif.
KEHIDUPAN PRIBADI
Sanusi Pane adalah kakak dari penulis Armijn Pane dan Lafran Pane, yang belakangan mendirikan Himpunan Mahasiswa Muslim Indonesia. Bersama istrinya, Pane memiliki enam anak. Pandangan religius Pane telah digambarkan sebagai "gabungan dari filsafat Hindu, Budha, Sufisme, dan Jawa".
Beliau sangat sederhana, bahkan beliau menolak penghargaan Satya Lencana Kebudayaan dari Presiden Sukarno dengan menyatakan bahwa Indonesia telah memberinya segalanya tetapi tidak melakukan apa-apa.
WARISAN
Muhammad Balfas menyebut seorang Sanusi Pane sebagai dramawan Indonesia terpenting sebelum revolusi nasional.
KARYA-KARYA SANUSI PANE