Mohon tunggu...
Dionisius Damastya
Dionisius Damastya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Mahasiswa biasa yang berkarya lewat tulisan-tulisan kecil.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bahtera Keraguan (Sebuah Cerpen yang Diadaptasi dari Novel "Pada Sebuah Kapal" Karya NH. Dini)

6 November 2024   23:00 Diperbarui: 6 November 2024   23:36 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pngtree.com

Dokter Frans tiba-tiba menghampiri meja makan kami dengan pria tersebut bersamanya.

"Perkenalkan, dia adalah Robert, komandan kapal." kata Dokter Frans sembari mengenalkan Robert kepada Carlos, Christine, dan aku.

Kami pun duduk dan sarapan bersama di meja itu. Kami pun bercerita kesana kemari sembari menyelesaikan sarapan. Setelah selesai sarapan, aku segera kembali ke kamarku untuk bersih-bersih dan bersiap karena malam ini akan ada pesta dansa.

Setelah mandi dan berdandan, aku turun ke mini market di dek bawah untuk membeli beberapa keperluan. Pada saat turun aku bertemu kembali dengan Robert yang sedang bercakap-cakap dengan seseorang.

"Hei, Rin! Tunggu!" serunya. Aku pun terhenti sembari melihatnya datang ke arahku.

"Ada apa, Bert?"

"Hendak kemanakah kau?" tanyanya.

"Aku hendak pergi ke mini market di dek bawah."

"Bolehkah aku ikut denganmu? Sekalian ada barang yang harus kubeli." jawabnya.

"Dengan senang hati."

Kami pun turun dan pergi ke mini market berdua. Sembari jalan kami pun bercerita mengenai banyak hal. Dari sini aku mengetahui bahwa Robert telah berumahtangga. Akan tetapi ia dengan istrinya sedang ada permasalahan yang sepertinya cukup berat. Setelah selesai berbelanja, kami pun kembali ke dek atas. Akan tetapi kali ini Robert mengantarkanku untuk sampai ke kamar. Awalnya aku menolak tawaran tersebut. Namun karena merasa tidak enak hati dengannya, ia pun akhirnya mengantarkanku sampai ke depan kamar.

"Sampai jumpa malam nanti, Rin."

Hatiku seketika bergejolak. Entah apa yang kurasakan saat ia mengatakan itu. Namun aku berusaha menyadarkan diri bahwa aku telah memiliki suami dan berumahtangga sama seperti dia yang telah menjalin hubungan rumah tangga dengan istrinya.

Saat sore hari tiba, aku pun turun ke dek bawah. Dokter Frans, Carlos, dan juga Christine telah ada disana. Terlihat juga beberapa orang-orang penting yang ikut berpesta dansa malam itu. Robert tidak terlihat pada saat itu. Mungkin ia sedang sibuk dengan urusannya karena ia adalah komandan kapal.

"Maukah kau berdansa denganku, Rin?"

Aku sejenak terkejut oleh tawaran itu. Tak kusangka itu adalah Robert. Ternyata dia datang di pesta dansa malam itu. Aku pun tidak menolak tawarannya. Tanganku diraihnya dan kami mulai berdansa. Kami menikmati setiap gerakan dansa malam itu. Entah apa yang kurasakan malam itu saat berdansa dengannya. Nyamankah aku saat di dekatnya? Aku tak tahu perasaan apa yang bergejolak di hatiku. Namun yang pasti hati dan jiwaku terasa tenang ketika bersamanya. Malam itu kami berdansa dengan penuh penghayatan. Setiap gerakan tercipta dengan sendirinya dengan mengikuti alunan musik.

"Rupanya kau jago berdansa, Rin." pujinya.

"Tidak juga. Aku tidak terlalu bisa berdansa." kataku.

Setelah menikmati alunan dansa yang syahdu, aku dan Robert pun memesan minuman dan duduk di sebuah meja. Kami bercerita mengenai banyak hal. Melihatnya bercerita hatiku mulai bergejolak kembali. Apakah ini? Mengapa hatiku selalu bergejolak ketika seluruh hati dan pikiranku tertuju padanya? Sesekali aku melamun sembari mendengar ceritanya. Waktu menunjukkan tengah malam dan aku telah merasa ngantuk. Aku pun berpamitan dengan Robert hendak tidur. Namun saat itu aku dalam keadaan setengah sadar sehingga Robert berinisiatif untuk menemaniku untuk naik sampai depan kamar. Aku pun mengiyakan perkataannya. Seketika aku terlelap saat ragaku terbaring di kasur kamarku.

Keesokan harinya aku bangun terlambat sebab aku merasa lelah semalam. Aku segera beranjak dari tempat tidurku dan bersih-bersih lalu berdandan. Ketika aku sedang bersiap, tiba-tiba pintu kamarku diketuk oleh seseorang. Segera aku membukakan pintu kamarku. Alangkah terkejutnya aku bahwa itu adalah Robert.

"Apa yang dilakukannya pagi-pagi ke kamarku?" gumamku dalam hati.

"Ini aku bawakan sarapan untukmu. Aku melihat sewaktu sarapan tadi tidak ada kau di bawah, jadi aku bawakan saja sarapannya ke kamarmu." katanya dengan penuh perhatian.

Mengapa ia begitu manis dengan segala perkataannya itu? Selama aku berumahtangga dengan Chris aku tidak pernah diperlakukan seperti ini. Justru sebaliknya aku selalu diperlakukan dengan kasar dan keras olehnya. Namun, apakah yang kurasakan ini? Hatiku merasakan hal yang tidak pernah kurasakan sebelumnya.

"Ia benar-benar memperlakukanku bak seorang ratu." kataku dalam hati sambil menerima sarapan itu. 

"Terima kasih. Kau begitu baik denganku." lanjutku sambil tersenyum kepadanya. Setelah itu dia berpamitan sebab ada urusan penting yang tidak bisa ditinggalkannya.

Pada malam hari, aku turun ke dek bawah untuk makan malam. Disana aku tak melihat adanya Carlos dan Christine. Padahal biasanya mereka datang lebih awal pada saat jam makan tiba. Tiba-tiba seseorang memegang pundakku dari belakang. Robert kembali mengejutkanku dengan kehadirannya.

"Ingin makan bersama?" tawarnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun