Mohon tunggu...
Amalia Tri Agustini
Amalia Tri Agustini Mohon Tunggu... wiraswasta -

Maknya Kanzu

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Klungkung-Pamulung atau Pamulung-Klungkung?

20 Januari 2015   20:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:44 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berugak di pabrik roti Langsung Enak.

Minggu, 18 Januari 2015 grup hash Sumbawa kembali melakukan kegiatan rutin jalan kaki. Rute perjalanan kali ini adalah Pamulung-Klungkung. Rute itu pernah saya lalui sekitar setahun lalu (Baca di Pengguna Jalan) bareng grup hash. Ketika itu kami memulai dari Klungkung dan finish di Pamulung. Apa perbedaannya? Klungkung letaknya di atas bukit, sedangkan Pamulung di lembahnya. Jika kita memulai dari Klungkung, maka kita cenderung kurang berkeringat karena tidak ada tanjakan yang menantang fisik. Rute dari Klungkung cenderung turun dan datar. Sebaliknya jika berangkat dari Pemulung badan lebih berkeringat karena menanjak. Meski tanjakannya tidak ekstrim, namun jarak yang panjang membuat fisik cukup terkuras. Anggota hash Sumbawa memiliki kondisi fisik yang rupa-rupa.  Seorang mantan atlit atau penggemar olah raga, tentu tak masalah dengan rute tanjakan. Sementara beberapa anggota yang kurang gemar olah raga, pernah stroke dan sakit lainnya, tentu akan memilih rute menurun saja. Alhasil, hari ini kelompok sengaja dipecah dua untuk mengakomodasi keinginan anggota sesuai kondisi fisik masing-masing. Rencananya kelompok yang turun akan finish di Pamulung. Sementara kelompok yang naik, nantinya akan kembali turun saat bertemu di tengah perjalanan dengan kelompok yang turun dari Klungkung . Kemudian akan turun bersama-sama. Unik juga sih rencananya. Entah bagaimana bisa muncul ide start dari dua lokasi itu. Saya sebagai peserta hanya manut saja. Tidak ada keinginan untuk mencari tahu asal-usul keunikan itu. Telah beberapa tahun kami berkumpul dan berjalan bareng, selama itu memang banyak romantika dalam dinamika kelompok. Kebetulan saya ditarik oleh rombongan yang ingin start dari bawah (Pemulung). Saya diangkut bareng rombongan Pak Dirja. Beliau seorang mantan atlit, yang kini sukses menjalankan bisnisnya. Beberapa dari kami sudah saling memahami peran masing-masing di kelompok. Beberapa anggota baru yang masih muda yang masih perlu banyak belajar. Greget semangat kelompok hash ini yang utama adalah mencari keringat selama berjalan. Semangat yang mengikutinya adalah pertemanan. Diikuti semangat mempererat relasi bisnis, dan sebagainya. Ketika kami sampai di garis start Pemulung, aroma udara pepohonan menyambut. Aroma udara dan aura pelosok itulah yang dicari oleh penggila hash ini. Semangat itu memang tidak dimiliki oleh setiap anggota. Namun semangat itu menjadi salah satu motor penggerak keaktifan kelompok kami. Beberapa perjalanan yang lalu mengajarkan kami untuk siap sedia dengan jas hujan plastik. Hujan bisa turun kapan saja dalam perjalanan. Jika memakai jas hujan pemotor terlalu berat. Ada pemasok barang yang menyediakan jas hujan yang terbuat dari kantong kresek. Sangat ringan, murah-meriah dan efektif untuk kegiatan jalan kaki ke berbagai pelosok desa. Jas hujan tersebutlah yang kami pakai. Setelah setengah jam perjalanan naik dari Pemulung hujan deras tumpah dari langit. Serentak kami keluarkan bekal jas kresek kami. Tak terasa telah satu jam lebih kami menelusuri tanjakan. Namun belum juga bertemu dengan kelompok yang start dari atas bukit Klungkung. Ketua rombongan (Pak Budi Siren) memutuskan untuk berhenti, karena jika diteruskan naik akan kemalaman pulangnya. Pak Budi berkoordinasi dengan kelompok dari atas lewat telepon. Rupanya kelompok Klungkung terjebak hujan deras juga. Setelah dipastikan bahwa kelompok Klungkung tidak melanjutkan turun ke Pamulung, barulah beliau beri komando kami untuk turun kembali. Peserta berkumpul sejenak sebelum turun. Mereka berjas hujan plastik-kresek biru semua. Saya mendadak geli sendiri…. tiba-tiba jadi ingat kartun Smurf. He he he… Seorang peserta -anak kecil- turut mendekat. Saya seperti mengenalnya. Lama saya perhatikan, ternyata dia si Hamim. Anak yang menarik perhatian saya di perjalanan Teba Murin pada bulan Februari 2014. Hamim tetap tampil pede dan lucu. Waktu saya cerita soal Teba Murin pada Hamim, dengan tangkas ia menjawab, “ O kalau cerita itu nggak perlu diingat lagi ya..,” ia membentengi diri dengan suara tegas, agar orang tidak melecehkannya. Maklumlah, peristiwa saat itu mungkin membuatnya malu. “Tidak, Nak… justru kamu itu pintar. Orang-orang senang sama kamu.” saya memang senang anak-anak jujur seperti itu. Karena saya tidak menyerangnya, Si Hamim pun akhirnya mengungkapkan sendiri bahwa ia baru nyadar kalo celananya robek. Anak pintar… Rombongan akhirnya menuruni bukit, kembali ke garis start dan makan jagung ketan rebus. Jagung manis yang berwarna putih itu lo. Pukul setengah enam sore rombongan bergerak ke rumah sepasang suami-istri anggota hash, pemilik pabrik roti. Sebuah pabrik roti (Roti Langsung Enak) yang menghidupi banyak pekerja dengan produk yang disukai masyarakat Sumbawa. Rumahnya sekaligus dijadikan komplek pabrik dan kamar kost pegawainya.  Lengkap dengan musholla dan gereja juga untuk mengakomodasi ibadah sesuai agama pegawainya. Wow, sebuah menejemen yang kompleks dan berhasil dilakukan pasangan pemilik pabrik roti itu. Kami semua pun makan sore di sana. Sayuran urap dan ikan bakar. Syukurlah… saya jadi menghemat pengeluaran makan. Nyonya rumah jago masak dan ramah. Beberapa ibu yang sedang menikmati sayur urapnya penasaran dengan resepnya. Lezat luar biasa sambal urapnya. Dengan berkelakar ia mengatakan, resep sayur urapnya adalah rahasia. Baiklah nyonya…. goodluck. Terimakasih atas ilmu yang Anda tunjukkan dari hasil kerja di lingkungan pabrik Anda.  Kerja luar biasa untuk daerah kami. Semoga keberkahan melimpah atas kebaikan Anda.

Berugak di pabrik roti Langsung Enak.

Kami sempatkan keliling area usahanya yang luas. Tanah, kolam, ternak, deretan kamar kost pegawai, rombongan angsa, berugak di tengah kolam, lapangan bulu tangkis, pabrik es dan juga pabrik roti. Tuhan menitipkan itu pada pasangan ramah Bu Yetty dan suami. Pas jelang maghrib tuntas sudah kegiatannya. Kami pulang ke rumah masing-masing. Terimakasih pembaca yang telah sudi mampir. CU….. [caption id="attachment_392180" align="aligncenter" width="300" caption="Inilah kartun Smurf"]

14217984821872097561
14217984821872097561
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun