Mohon tunggu...
Achmad Gobel
Achmad Gobel Mohon Tunggu... -

Kerjakan sesuatu sebelum terlambat, jangan tunda pekerjaan.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Al Araf dan Intel Asing

19 Juli 2012   15:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:47 2932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Usai membaca di media online, saya sedikit tertawa geli melihat sikap Direktur Imparsial, Al Araf, yang “ngadu” ke Media Massa, bahwa dirinya dipecat sebagai Dosen di UNHAN. Dia mungkin berharap akan mendapatkan simpati dari masyarakat, mudah-mudahan tidak.

Al Araf, adalah seorang staf pengajar Universitas Pertahanan (UNHAN). Dia dinonaktifkan dari tugasnya, diduga gara-gara mengkritik program kerja Kementerian Pertahanan (Kemhan). Pihak Kemhan sudah menyatakan bahwa, Dosen Unhan yang bernama Al Araf, tidak dipecat, melainkan ditunda untuk sementara waktu.

Dengan mengkritik tanpa fakta kebijakan pertahanan, dia dianggap tak cinta NKRI dan telah mengganggu Rencana Strategis (Renstra) Pertahanan yang dicanangkan hingga 2014 untuk memperkuat alat utama sistem senjata (Alutsista) TNI.Sebuah tulisan analisa yang dimuat di Kompas, 11 Juli 2012, adalah salah satu contoh bahwa dia tak cinta akan negeri ini. Dia mengkritisi soal rencana pembelian tank Leopard dari Jerman dan Sukhoi dari Russia.Meski tak paham soal alutsista dan pertahanan, Direktur Imparsial ini, sering menulis, walaupun sudah beberapa kali dapat teguran dari pihak Kemhan selaku pengelola kampus. Dia dianggap asal bunyi alias asbun.

Pada 13 April 2012 lalu, dia pernah ditegur oleh Rektor Unhan Syarifudin Tippe, karena mengulas soal rencana pembelian jet tempur Sukhoi oleh Kemhan. Teguran ini adalah wajar, sebab dia adalah staf pengajar Unhan dibawah naungan Kemhan, dan sudah seawajarnya tunduk pada aturan main yang umum terjadi.

Siapa sebenarnya Al Araf? Tak banyak yang mengetahuinya. Apakah dia adalah agen atau intel asing yang dibayar untuk mengobok-obok alutsista di Indonesia agar Renstra gagal?Apakah dia agen asing yang menyamar menjadi Dosen Unhan untuk mencari data-data?Mengapa dia selalu mengkritisi kebijakan pertahanan Indonesia dan mendapat dukungan dari Ketua Panja Alutsista TNIDPR, TB Hasanudin? Siapa dibalik Al Araf?

Anehnya lagi media massa, khususnya wartawan muda, senang mengekspose pernyataan Al Araf, bad news is a good news, mungkin begitu buat wartawan yang yunior atau ABG. Tak ada lagi rasa cinta kita terhadap tanah air kita. Wartawan asing, dia lebih suka mencari cerita negatif negara lain, ketimbang negaranya sendiri. Sementara di negeri kita, wartawan lebih senang mencari sisi negatif dari negaranya sendiri, ketimbang negara lain.

Sudah selayaknya kita membuka mata lebar-lebar dan mengevaluasi akan keberadaan LSM-LSM yang mengkritik kebijakan pertahanan dan alutsista TNI. Asal tau saja,negara lain tak akan senang dan merasa terancam melihat Indonesia maju. Kalau Indonesia maju mereka tidak mau, dan kalau jatuh mereka juga tak ingin, karena akan berdampak kepada mereka sendiri kelak. Salah satu caranya adalah menggelontorkan dana besar untuk LSM-LSM di Indonesia untuk tujuan tertentu. Kalau alustsista TNI kita lemah dan bahkan uzur negara lain akan bangga, bersyukur dan tertawa lebar.Sebab, mereka bisa masuk wilayah Indonesia tanpa terdeteksi radar, bisa menyerang Indonesia kapan saja mereka mau.

Kalau Indonesia tidak punya main battle tank (MBT) mereka bersyukur sekali. Sebab dengan mudah akan diserang musuh dari negeri tetangga seperti Singapura atau Malaysia yang punya ratusan tank MBT. Negara-negara lain terus berupaya agar alutsista kita lemah, dan itu tak disadari oleh kaum muda yang tak punya pengalaman dan hanya mengerti sedikit, tapi merasa paling pintar soal MBT.

Pada jaman Soeharto, tak semua orang bisa bebas mengeluarkan pendapat. Akibatnya, Indonesia aman, antek asing tak berani masuk Indonesia. Seorang mantan agen intelijen pernah mengatakan, ketika itu untuk rapat dengan intel amerika saja, ketika rapat ditunda satu hari, intel asing sudah kebingungan dan menanyakan ada apa kok ditunda, itu saking kuatnya negara kita.

Tapi sekarang,sejak reformasi, semua orang bebas berbicara, mengeluarkan pendapat, merubah UUD 1945, dan tak lagi mengamalkan Pancasila. Sehingga, tanpa sadar negara lain membonceng dari belakang. Agen-agen asing, masuk melalui Politikus, Dosen, Wartawan, LSM asing dan berbagai macam pekerjaan lain. Ironisnya, pendapat mereka selalu jadi incaran media massa, yang seharusnya pendapat warga asing atau LSM Indonesia yang dibiayai asing itu, diboikot, alias beritanya tak perlu dimuat di media massa.Itu semua demi keutuhan negeri tercinta kita.

Dalam buku “Membongkar Kegagalan CIA” setebal 800an halaman itu,ditulis oleh Tim Wieiner dengan kata pengantar oleh Budiarto Shambazy,, disebutkan, pada akhir dekade 1950an, Central Inteligent Agency (CIA)Amerika Serikat, diberi tugas oleh Washington, untuk menyingkirkan Soekarno dari kekuasaannya. “Sebuah topeng mirip Soekarno dikirim ke Holywood, lalu dipakai seorang bintang film porno yang sedang beraksi,” kata wartawan Time, Barry Hillend Brand. Tapi, tak satupun yang termakan kampanye murahan itu.

Salah satu operasi terbesar CIA, adalah menyuplai dana, senjata, dan personel untuk pemberontakan PRRI/Permesta di Sumatera dan Sulawesi tahun 1957. Ini adalah salah satu contoh kerja intelijen asing di Indonesia. Mereka akan melakukan semua cara untuk mempertahankan kehadirannya di Indonesia dan kita harus waspada. Tak hanya di Indonesia, intel-intel asing juga bergerak ke mancanegara dalam menjalankan misinya.

Kemustahilan merupakan ideology baku bagi setiap dinas intelijen, termasuk CIA. Setiap gerak-gerik, sepak terjang, maupun seluk-beluk jaringan intelijen yang dibalit kegiatan spionase dan kontra spionase sebisa mungkin harus terhapus dari ingatan manusia.

Tanpa disadari, agen dari intel-intel asing seperti CIA (Amerika), KGB (Russia), dan M-16 (Inggris), Mossad (Israel), hingga kini tetap memiliki kepentingan besar di Indonesia sampai kapan pun, dan hal ini tak pernah disadari masyarakat Indonesia khususnya generasi penerus bangsa. Ribuan bahkan jutaan LSM yang dibiayai asing tersebar di Indonesia. Mereka mengkritisi kebijakan pemerintah dan pertahanan dalam negeri. Bahkan salah seorang anggota DPR pun kerap mengritisi kebijakan pertahanan terkait Leopard, Sukhoi, dan Hercules. Sehingga, pihak-pihak yang tak sepakat dengan Tank Leopard, Hercules, atau Sukhoi bisa dikatagorikan sebagai musuh negara.

Seharusnya bangsa Indonesia sadar akan keberadaan intel-intel asing yang bertebaran di Indonesia, dan masuk melalui LSM-LSM yang dibayar oleh asing untuk menjatuhkan NKRI.Jangan demi uang negara ini kau gadaikan wahai LSM pencari uang.

Banyak orang selalu berlindung dibalik kebebasan masyarakat untuk berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Padahal, tanpa disadari kebebasan yang kebablasan itu sering ditunggangi kepentingan lain, alias tidak murni aspirasi masyarakat. Tengok saja, demonstrasi di Indonesia, apakah murni aspirasi mereka? Anggota DPR, pensiunan TNI dan Polri, kalau kita jeli, kerap membiayai demonstrasi yang berlangsung di Indonesia, ini fakta, bukan gossip. Intelijen kita mengetahui itu.

Bagaimana dengan Al Araf, apakah dia termasuk agen atau intel asing? Hanya Tuhan dan Badan Intelijen Negara (BIN) yang mengetahui sepak terjangnya. Yang jelas, bila tidak cinta NKRI, maka itu adalah tanda-tanda bahwa dia lebih senang akan kehancuran negaranya sendiri, ketimbang membela negaranya.

Lihatlah negara lain, mereka menutup rapat-rapat soal rahasia negaranya, sementara kita, khususnya warga sipil, membuka lebar-lebar aib negaranya. Tentara asing, tak perlu menghabiskan biaya besar untuk mengetahui kekuatan Indonesia, karena sudah terpampang lebar di media massa. Kapan kita akan merubah pola pikir kita untuk negara kita tercinta ini. Marilah belajar mencintai negeri ini, mencintai Pancasila, dan UUD 1945.  Wajib Militer harus diberlakukan kepada semua masyarakat Indonesia selama 1,5 tahun, setelah itu kembali ke masyarakat, agar memiliki sikap disiplin dan cinta akan negeranya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun