Era setahun lalu dengan sekarang tentunya berbeda. Begitu pula dengan metode penentuan test covid-19 pun sudah berkembang. Banyak varian baru dari corona bermunculan, kata "orang pinter" begitu, metodenya sudah bukan rapid lagi namun swab begitu bahasanya.
Peristiwa berulang berawal dari test masal yang diadakan dikampung. Tiap warga dihimbau untuk mengikuti test yang diadakan. Hasilnya sebagian keluarga positif terlebih kedua orang tua saya tervonis positif kembali secara mereka berdua sudah mengikuti vaksin yang dianjurkan oleh pemerintah sebelumnya secara tuntas hingga dua kali.
Berikutnya episode isolasi mandiripun diulang seperti cerita diatas. Begitulah kisah real yang nyata ini, semoga sekaligus bisa menjadi himbauan untuk tidak memusingkan covid-19 secara berlebihan. Begitu pula mengenai data-data peristiwa ini insyaalah masih ada, falid dan rapi tersimpan.
"Biarlah mereka lewat dan berikan jalan, biar angin yang menghembuskan kembali ke angkasa dan giliran mentari kan menghanguskannya".
***
Jika boleh menyikapi PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) yang diberlakukan saat ini, dalam rangka mengurangi dan memerangi farian baru rasanya terlalu berlebihan. Bagaimana dengan nasib rakyat kecil, terus penghasilan mereka dari mana?.
Jikalau ada kompensasi yang jelas dan nyata, Insyaallah mereka akan tunduk dan patuh.Â
Jika memang bisa seperti itu, rasanya itu baru fair. Jika tidak ada kompensasi yang jelas, rasanya cukup kasih himbauan untuk mewaspadai akan dampak bahaya yang lebih akan covid-19 dengan senantiasa menjaga kesehatan masing-masing. Serta tetap mematuhi protokol kesehatan secara ketat.
Ayo "dunia" kita kembali keperadaban kita sebelum-sebelumnya.
Allahu Akbar, Laillahaillalah Waallahu Akbar
Lahaula walakuata Illabillahi Ladzil adzim