Bagi warga Surabaya pasti tahu JMP (Jembatan merah plaza), yang lokasinya memang tepat bersebelahan dengan Jembatan Merah Surabaya yang penuh dengan nilai-nilai histori sejarah itu. Atau dari kota lain, semisal Gresik, Lamongan juga Sidoarjo  yang sering berbelanja grosir disitu. Sekalipun sering lewat depan lokasi tapi entah sudah berapa lama tidak mengunjungi JMP. Terakhir berkunjung kesana setelah pembukaan JMP2, mungkin sudah sepuluh tahunan lebih kalau tidak salah ingat.
Siang kemaren memang sengaja ingin mengunjungi JMP untuk melihat pameran furniture yang sebelumnya dapat informasi dari teman, kalau produknya ada yang dipasarkan disana. Akhirnya  saya sempatkan berkunjung ke JMP setelah sekian lama nya itu untuk melihat produk furnitur teman saya tersebut.
Saat masuk  kondisi lengang sudah terasa, aku pikir mungkin sebagian saja. Langkah terus saya lanjutkan lurus maju kedepan. Tidak lama baru beberapa toko dari pintu masuk, ada seorang pedagang dengan stand losnya. Disitu saya ditawari seorang ibu untuk melihat dagangannya, saat itu saya cuman senyum, karena memang tidak ada niatan untuk berbelanja.Â
Telusur sambil mencari lokasi pameran, ternyata sepi banget, kalau orang Surabaya bilang "sepi pol". Soal dulu kalau masuk kesana sudah pasti "senggol-senggolan" dengan para pengunjung lain karena memang kondisinya selalu ramai. Apalagi kalau saat bulan puasa atau menjelang idul fitri, pasti kondisi dalam pertokoan JMP bukan ramai lagi , tapi macet. Mau pilih-pilh barang saja harus rela antri dan berdesak-desakan.
Sekarang dari tiap lantainya selalu ada stand yang tutup, malah dibeberapa lantai ada sisi area yang sudah kosong. Raut muka para pedagang juga sudah beda dengan yang dulu, seperti ada kecemasan, sekalipun sapaan-sapaan penawaran barang dagangan masih tetap ada. Dalam hati kok bisa seperti ini?. Akhirnya langkah saya lanjutkan untuk lebih menyusuri semua lokasi yang dulu menjadi titik-titik keramaian.
 Apa gerangan? gumam dalam hati, saya yang ketinggalan berita atau saya, juga kita yang sudah mulai "terdegradasi", dalam arti lebih suka mengunjungi dan berbelanja di mall ataupun plaza yang mewah dan bergeser ketempat yang lebih wah. Belum lagi "gurita" toko Online yang sudah sangat merubah life style model gaya berbelanja kita.
Dalam hati sedih campur aduk melihat kondisi seperti itu. Dalam benak pikir, saya harus berbelanja disini, tapi apa ?. Saat itu juga teringat ibu tadi yang sempat menawari saya di lantai satu dengan stand los nya. Walaupun agak lupa lokasi stand ibu tersebut, namun setelah cari sana sini alhamdulilah akhirnya ketemu juga. Disitu saya dipanggil "mas ganteng", saya sampai ketawa dan senyum sendiri mendapat sambutan hangat ibu penjual dalam menawarkan barang dagangannya tersebut.Â
Langsung saja tawaran berbagai macam dagangannya ia luncurkan. Sekalipun tidak begitu butuh dengan barang yang ditawarkan tapi saat itu saya berusaha memilih dan membeli apa yang bisa saya beli. Lagi-lagi saya dapat titel lagi, "mas sabar", katanya saya orangnya sabar banget lho, nglihatnya dari mana coba. Mungkin dari melihat dan mendengarkan saja  apa yang ditawarkan penjual tanpa melakukan penawaran, langsung pilih dan bayar sesuai dengan harga yang ditawarkan.
Disisi itulah saya melihat sepertinya kondisi JMP sudah lama terlihat kurang bergairah, sekalipun sekilas tampak depan jalan terlihat ramai dengan dinamika yang cukup.
Pameran furniture produk teman saya ternyata juga bukan sebuah pameran, melainkan memang salah satu produk yang dijual disalah satu stand toko JMP namun dipajang agak keluar yang sekilas nampak seperti pameran. Itupun kondisinya juga kurang bergairah, tidak kalah mengenaskan dan sepi pengunjung.
Jika menelaah lebih dalam JMP harusnya bisa lebih prospek dan menarik ketimbang mall atau plaza lain yang begedung mewah. Mari kita amati dan telaah satu persatu beberapa spot diseputaran area JMP.