Mohon tunggu...
Putri Esa Lestari
Putri Esa Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN Kelompok 174 UPI 2022: Mengurangi Penumpukan Sampah di Kelurahan Tugujaya pada Anak SD

17 Agustus 2022   15:10 Diperbarui: 17 Agustus 2022   15:19 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Permasalahan terkait dengan sampah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena didalam kehidupan sehari-hari manusia pasti akan menghasilkan sampah. Berdasarkan data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada tahun 2019 tercatat jumlah timbunan sampah mencapai 67,8 juta ton pertahun. Maka tidak heran jika Indonesia merupakan salah satu negara terbesar yang menghasilkan sampah terbanyak di dunia. Pencapaian tersebut bukanlah pencapaian yang patut untuk dibanggakan. Oleh karena itu, perlunya kesadaran akan pentingnya menjaga ligkungan dari sampah bagi setiap kalangan masyarakat mulai dari anak-anak, orang dewasa, hingga orang tua (lansia).

Sampah adalah suatu buangan (output) yang dihasilkan dari setiap aktivitas manusia. Setiap aktivitas manusia, baik individu maupun kelompok, baik itu di rumah, di kantor, di pasar, maupun di sekolah, dapat berpotensi menghasilkan sampah, baik sampah organik maupun sampah anorganik. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa volume peningkatan sampah sebanding dengan meningkatnya tingkat konsumsi manusia.

Dalam upaya untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sampah, pemerintah mengeluarkan undang-undang tentang pemanfaatan dan atau pengelolaan sampah dalam UU RI Tahun 2008 Nomor 18 tentang pengelolaan sampah yang bertujuan untuk menjadikan sampah sebagai sumber daya. Maka pola pikir masyarakat yang masih menggunakan sistem kumpul-angkut-buang sebagai solusi penanganan sampah, akan diarahkan pada kegiatan pengurangan dan penanganan sampah dengan kegiatan 3R yaitu reduce (mengurangi sampah), reuse (menggunakan kembali), dan recyle (mendaur ulang).

Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan suatu kegiatan akademik perguruan tinggi yang dimanifestasikan melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi diantaranya Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada masyarakat. Dengan adanya kegiatan KKN, kami dari mahasiswa UPI Kelompok 174 akan membantu dalam pengurangan sampah dengan cara mengubah pola pikir masyarakat akan solusi penanganan sampah yang tadinya hanya sebatas kumpul-angkut-buang menjadi sebuah kegiatan 3R.

Dalam artikel ini, saya akan memaparkan terkait dengan salah satu program yang kami laksanakan dalam rangka pengenalan kegiatan 3R. Program tersebut dilaksanakan di salah satu sekolah dasar yang berada di Kelurahan Tugujaya, Kota Tasikmalaya tepatnya di SDN 2 Tugu. Bentuk kegiatan yang kami lakukan di sekolah tersebut pertama sosialisasi terkait dengan sampah dan cara pengurangan serta penanganan dari sampah itu sendiri, kedua berkreasi dengan memanfaatkan sampah anorganik yang dapat dijadikan sebagai hiasan pajangan di dalam kelas.

Untuk kegiatan di SDN 2 Tugu ini kami ambil kelas 5 A dan kelas 5 B karena kelas tersebut merupakan kelas tinggi yang menurut pandangan kami akan jauh lebih mudah memahami dan mengikuti kegiatan yang kami rencanakan dibandingkan dengan kelas rendah. Respon baik diberikan oleh kepala sekolah dan semua guru di SDN 2 Tugu ketika kami menyampaikan program yang akan dilaksanakan selama kurang lebih dua hari.

Dokpri
Dokpri

Pada hari pertama, tepatnya pada tanggal 26 Juli 2022 kami mendatangi SDN 2 Tugu untuk menyampaikan sosialisasi terkait dengan sampah dan cara pengurangan serta penanganan dari sampah itu sendiri. Pematerian diawali dengan pengertian dari sampah, jenis-jenis sampah, akibat dan dampak yang akan ditimbulkan dari adanya sampah, serta pengenalan kegiatan 3R. 

Setelah sosialisasi pematerian selesai, kami meminta kepada siswa untuk besok mereka harus membawa sampah anorganik seperti bekas gelas minuman. Kami tidak menyarankan mereka membeli terlebih dahulu minuman tersebut, namun kami lebih menyarankan agar mereka mendapatkan bekas gelas minuman tersebut dari cara memungutnya di jalanan ataupun di lingkungan sekitar rumah mereka. Selain dari bekas gelas minuman, kami juga meminta siswa untuk membawa gunting/cutter sebagai alat untuk pembuatan kerajinan dari sampah anorganik tersebut.

Dokpri
Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun