Mohon tunggu...
Lisa yulianti
Lisa yulianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

penugasan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubungan Inflasi dan Kenaikan Bahan Pangan

5 Desember 2022   18:42 Diperbarui: 5 Desember 2022   18:43 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketergantungan yang tinggi pada sektor pertanian untuk mencapai kesejahteraan rakyat  terutama pada tanaman pangan yang dikendalikan dengan penetapan harga pokok dan harga pokok hasil panen Pangan. Peran pemerintah adalah menjaga stabilitas harga produk pertanian baik pada saat terjadi kelebihan produksi maupun gagal panen agar tidak terjadi fluktuasi harga produk pertanian yang dapat berdampak negatif terhadap stabilitas harga komoditas dan jasa secara umum. Inflasi sangat mempengaruhi perekonomian suatu negara. Inflasi menggambarkan daya beli nilai tukar selama periode waktu tertentu. Inflasi dapat dijadikan sebagai indikator kondisi ekonomi, yang dapat diartikan positif atau negatif. Nilai aset dapat bergantung pada evolusi inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mengukur inflasi barang dan jasa yang dikonsumsi, khususnya makanan; makanan olahan, minuman, rokok; perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar; Pakaian; Kesehatan; pendidikan, hiburan dan olahraga; transportasi, komunikasi dan jasa keuangan; dan umum. Perubahan harga barang dan jasa dapat mempengaruhi kondisi perekonomian, terutama untuk komoditas bahan pokok. Naiknya harga pangan dapat berkontribusi terhadap inflasi suatu negara.

Menurut Widiarsih, "harga beras pada tahun 2012 berpengaruh signifikan terhadap inflasi pangan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek yang ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi yang positif. Hal yang sama berlaku untuk beberapa makanan lainnya. Menurut penelitian tersebut menyatakan bahwa "harga komoditas beras, kucai dan cabai berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat inflasi di Indonesia".

Bahan pangan pokok  dapat digolongkan sebagai volatile food antara lain beras, daging ayam, daging sapi, telur, kucai, bawang putih, cabai, cabai rawit, baking powder, dan gula pasir. Negara berkembang lebih besar dari negara maju karena proporsi pembelian makanan di negara berkembang lebih tinggi. Terdapat hubungan antara harga pada tingkat produksi yang menggunakan input impor dengan tingkat inflasi. Kebijakan moneter dapat berperan dalam mendorong inflasi dengan menetapkan suku bunga yang memengaruhi permintaan agregat untuk biaya transportasi, yang dapat memengaruhi harga pangan dalam kaitannya dengan biaya produksi. Naiknya harga pangan berdampak pada inflasi utama dan inflasi non-pangan melalui biaya tenaga kerja yang lebih tinggi, harga bahan pengganti yang lebih tinggi, dan pendapatan relatif produsen. bahwa kenaikan harga dan permintaan pangan kaya protein dan vitamin serta kegagalan sistem distribusi merupakan penyebab inflasi.

Secara umum, menurut Kementerian PPN/Bappenas tahun 2020, inflasi akhir tahun 2020 cenderung rendah karena rendahnya inflasi inti, rendahnya volatilitas harga dan harga yang diatur oleh Negara. Selama pandemi, permintaan konsumen anjlok karena pendapatan yang lebih rendah di sektor informal dan kecenderungan untuk menabung di saat ketidakpastian. Inflasi harga yang fluktuatif artinya volatilitas harga pangan rendah karena daya beli masyarakat yang berkurang. Rendahnya tingkat konsumsi tercermin dari sektor perbankan dan keuangan yang belum berkembang terutama pada masa pandemi dari tahun 2020 dimana modal cenderung disimpan.

Bahan pangan yang meliputi beras, telur dan minyak goreng cenderung naik karena pada tahun 2021 harga bahan pangan tersebut tidak akan kembali ke harga semula pada tahun 2017. Bahan pangan ayam, kucai, bawang putih, cabai merah, cabai rawit berfluktuasi. Barang-barang tersebut mengalami pertumbuhan dari tahun 2017 hingga 2021 dan cenderung tidak kembali ke harga terendahnya selama tahun 2017-2021. Hal ini diwakili oleh rentang harga pangan yang relatif singkat dan sebagai periode bulanan. Harga tertinggi untuk daging sapi Rp 125.450,00/kg, sedangkan harga terendah untuk minyak goreng Rp 13.050,00/kg.

Jadi, inflasi merupakan indikator penting dari kondisi perekonomian. Pangan yang tergolong volatile dapat berkontribusi terhadap volatilitas inflasi nasional akibat fluktuasi harga. Penyebab fluktuasi harga pangan antara lain pasokan saat musim panen, kondisi cuaca, tingkat permintaan, harga komoditas, dan harga internasional. Selama pandemi Covid-19, ketersediaan pangan dapat dipengaruhi oleh kebijakan yang membatasi aktivitas atau pergerakan. Cabai, beras, daging sapi, dan minyak goreng berdampak negatif terhadap inflasi, karena deflasi cenderung terjadi pada pergerakan harga bahan pangan tersebut. Menurunnya daya beli juga memicu rendahnya inflasi seiring berlanjutnya dampak Covid-19 terhadap perekonomian. Bawang putih, daging ayam, dan gula pasir berpengaruh positif terhadap peningkatan inflasi karena cenderung mengalami kenaikan harga dari tahun 2017 ke tahun 2021 dan merupakan bahan pangan yang konsumsinya relatif tinggi dalam konsumsi rumah tangga.

Terimakasih telah membaca artikel ini, semoga pembaca dapat mengambil sisi positif dari artikel ini.

Sumber : http://journal.univetbantara.ac.id/index.php/agrisaintifika/article/view/1859

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun