Mohon tunggu...
Shaffa Audy
Shaffa Audy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Saya seorang mahasiswa Universitas Airlangga program studi Manajemen Perkantoran Digital yang ingin mengembangkan kemampuan diri sesuai dengan prodi yang saya ambil.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Prediksi Kepunahan Majalah Bisnis Di Era Digitalisasi 2.0

15 Desember 2024   22:00 Diperbarui: 15 Desember 2024   21:57 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Adakah orang yang saat ini masih membaca sebuah majalah bisnis? Mungkin bisa dihitung dengan jari. Ditengah laju transformasi virtual yang begitu cepat, industri media cetak, termasuk majalah bisnis, menghadapi tantangan yang semakin besar. Digitalisasi 2.0, yang ditandai oleh kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), huge records, dan Internet of Things (IoT), tidak hanya mengubah pola konsumsi informasi tetapi juga mendisrupsi version bisnis media konvensional. Fenomena ini memunculkan pertanyaan: Apakah majalah bisnis akan bertahan, atau justru mengalami kepunahan?

Majalah bisnis memiliki peran penting sebagai sumber informasi, analisis mendalam, dan inspirasi bagi pelaku ekonomi. Namun, dalam technology virtual, akses ke informasi menjadi lebih cepat, lebih murah, dan lebih beragam. Pembaca kini lebih memilih platform virtual seperti portal berita, media sosial, atau podcast untuk mendapatkan wawasan bisnis secara real-time. Data dari Statista menunjukkan penurunan tajam dalam sirkulasi majalah cetak global, termasuk majalah bisnis, sejak dekade terakhir. Disisi lain, platform virtual seperti Forbes Online dan Harvard Business Review Digital mencatat lonjakan kunjungan karena menawarkan fleksibilitas akses dan konten yang lebih interaktif.

Berikut 3 penyebab utama penurunan popularitas majalah cetak di era digitalisasi sekarang ini menurut MIDiA Research (2019).

  • Perubahan Perilaku Konsumen: Generasi milenial dan Gen Z, yang menjadi segmen pembaca potensial, lebih suka membaca konten ringkas dan dinamis melalui perangkat mobile. Mereka juga cenderung menghindari biaya berlangganan tinggi yang biasanya dibebankan oleh majalah cetak.
  • Biaya Produksi yang Tinggi: Produksi dan distribusi majalah cetak memerlukan biaya besar, sementara pendapatan dari iklan cetak terus menurun karena pengiklan lebih memilih platform virtual yang menawarkan records analitik dan jangkauan lebih luas.
  • Persaingan Digital: Majalah cetak kalah bersaing dengan media virtual yang menawarkan konten multimedia, personalisasi, dan pembaruan cepat. Selain itu, algoritma platform virtual memungkinkan distribusi konten yang lebih efisien kepada audiens target.

Meskipun menghadapi tekanan besar, peluang untuk bertahan tetap ada. Berikut 3 strategi adaptasi yang dapat dilakukan oleh majalah bisnis antara lain:

  • Transformasi ke Platform Digital: Mengembangkan aplikasi dan situs internet yang memungkinkan aksesibilitas lebih luas. Contohnya, banyak majalah bisnis internasional sudah beralih ke version berbasis langganan virtual.
  • Konten yang Lebih Interaktif: Memanfaatkan video, infografis, dan podcast untuk menarik perhatian pembaca virtual. Kolaborasi dengan influencer atau pakar bisnis juga dapat memperluas jangkauan.
  • Fokus pada Niche Market: Alih-alih mencoba menarik pasar umum, majalah bisnis dapat memfokuskan kontennya pada audiens khusus, seperti startup, teknologi hijau, atau investasi.

Kepunahan majalah bisnis, meskipun belum sepenuhnya terjadi, tampaknya semakin mendekati kenyataan jika transformasi tidak dilakukan. Sebagian besar majalah bisnis akan mengalihkan seluruh operasinya ke platform digital. Model cetak mungkin akan menjadi sesuatu yang sangat eksklusif atau terbatas pada acara tertentu, seperti laporan tahunan atau edisi spesial. Penurunan signifikan pada edisi cetak akan marak terjadi. Dimana majalah cetak yang tidak mampu menghadirkan nilai lebih dibandingkan platform digital akan semakin sulit bertahan. Majalah konvensional akan berintegrasi dengan teknologi canggih seperti AI untuk merekomendasikan konten yang relevan berdasarkan preferensi pembaca.

Sebagai salah satu universitas terkemuka di Indonesia, Universitas Airlangga juga berperan dalam mempromosikan keberadaan majalah bisnis. Melalui publikasi internal yang berfokus pada penelitian dan pengembangan bisnis, contohnya UNAIR Business Digest dan jurnal sejenis turut berkontribusi dalam memberikan analisis yang relevan kepada civitas akademika dan praktisi bisnis. Namun publikasi kampus juga menghadapi tantangan yang sama. Digitalisasi memaksa dunia usaha untuk mengadopsi teknologi terkini agar tetap relevan. Platform digital memungkinkan publikasi kampus untuk memperluas audiensnya dari mahasiswa hingga praktisi di luar kampus. Dalam konteks ini, Universitas Airlangga mempunyai potensi besar untuk menjadi pionir dalam mengintegrasikan riset dan teknologi untuk menjamin keberlanjutan jurnal bisnis. Langkah yang mungkin dilakukan antara lain beralih ke aplikasi berbasis web dan seluler, memproduksi konten multimedia, dan berkolaborasi dengan pebisnis lokal untuk membuat artikel yang lebih relevan. Pendekatan ini memungkinkan majalah bisnis  Universitas Airlangga  tetap relevan  bahkan memberikan inspirasi bagi publikasi serupa di universitas lain.

Prediksi kepunahan majalah bisnis bukanlah sekadar wacana pesimistis. Ini adalah peringatan bagi industri media cetak untuk segera beradaptasi dengan perubahan zaman. Mereka yang mampu memanfaatkan teknologi virtual dan menciptakan nilai unik bagi audiensnya akan tetap relevan. Sebaliknya, mereka yang bertahan dengan version bisnis lama mungkin akan hilang di tengah arus transformasi. Era digitalisasi 2.0 ini tidak harus menjadi ancaman, melainkan peluang untuk berinovasi lebih efektif lagi kedepannya. Majalah bisnis harus mengambil langkah-langkah strategis untuk memastikan eksistensinya di era yang serba digital ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun