Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tuhan Tidak Beragama Menunjukkan Jalan Kebenaran

28 Januari 2011   00:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:07 1891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://2.bp.blogspot.com/_5gmccDzAv5A/TMW3_oV8qbI/AAAAAAAAABw/rB4sz5Lcick/s1600/god-is-good-logo.jpg

Munculnya semua agama di dunia ini tak lepas dari tokoh utama yang selalu menjadi pusat dari semua kehidupan ini yaitu Sang Maha Pencipta. Dan masing-masing agama, entah lewat ilham atau hasil pemikiran manusia, Sang Maha itu sering dinamakan Allah, Tuhan, Dewa, dan lain sebagainya, terserah manusia memberikan nama pada DIA. Semua pengikut agama tersebut pun menganggap bahwa agamanya tak ada yang salah, agama yang dianutnya adalah yang paling benar, tentu dengan berbagai alasan yang irrasional maupun yang rasional. Namun ketika ada yang kurang memuaskan, mereka selalu menjawab bahwa semua itu menjadi RAHASIA TUHAN. Ada juga yang tidak menganut suatu agama karena menganggap bahwa TUHAN TIDAK BERAGAMA, percaya hati nurani diri sendiri dan mengikutinya akan menemukan KEBENARAN. Manusia lah yang membuat agama bukan Tuhan, Tuhan lah kebenaran sejati, kebenaran yang tidak perlu pembenaran dari manusia. Sebab pembenaran manusia belum tentu kebenaran Tuhan, karena pembenaran manusia sering berangkat dari KESALAHAN, sementara Tuhan adalah KEBENARAN sebab memberikan JALAN KEBENARAN bukan JALAN PEMBENARAN. Tuhan yang benar akan membawa di JALAN YANG BENAR. Oknum Kristen : "Walau saya korupsi, tapi karena hidup saya sudah ditebus Yesus Kristus, saya kelak pasti masuk sorga!" Oknum Islam : "Korupsi tidak masalah asal kita menjalankan rukun Islam, naik Haji sudah pasti, beramal atau kalau perlu membangunkan Masjid buat masyarakat, kelak saya mati pasti masuk sorga!" Itulah contoh PEMBENARAN menurut manusia dalam kehidupan nyata ini yang dianggapnya sudah sesuai dengan ajaran agamanya. Lalu seberapa jauh pembenaran para umat beragama dalam membenarkan Kitab Sucinya yang merasa paling benar menceritakan kebenaran tentang Allah/Tuhan Sang Pencipta itu? Apakah memang masing-masing agama  mempunyai Sang Pencipta yang tidak sama? Tapi kalau mereka semua sepakat mempunyai Sang Pencipta yang sama, mengapa selalu saja terjadi peperangan antar masing-masing pemeluk agama dengan dalih demi MEMBELA TUHAN?

http://4.bp.blogspot.com/_Ow3XC71bNhA/R1faPYDBbwI/AAAAAAAAAAc/J02xFhA_AIg/s400/war.jpg
http://4.bp.blogspot.com/_Ow3XC71bNhA/R1faPYDBbwI/AAAAAAAAAAc/J02xFhA_AIg/s400/war.jpg
Perang membela agama atau membela Tuhan masih akan terus berlangsung antar pemeluknya, bahkan mungkin AKHIR DUNIA berawal dari perang ANTAR AGAMA ini, dengan pola pikir yang sama semua perang itu dilakukan untuk Tuhan, mereka pikir semua itu dilakukan atas perintah Allah/Tuhan.  Tanpa disadarinya, segala debat agama yang berujung perang nyata itu hanya untuk EGO sendiri atau kelompoknya. Apa alasan mereka membela Tuhan? Sudah tertulis di Kitab Suci, begitulah argumen akhirnya. Sungguh sadarkah bahwa mereka sebagai manusia ciptaan Tuhan hendak membela ciptaan-Nya? Apakah kekuasaan Tuhan yang SANGAT BESAR tidak mampu membela diri-Nya sendiri hingga perlu dibela manusia ciptaan-Nya? Lihatlah untuk mengenal-Nya Tuhan sudah mengutus berulangkali para Nabi, tapi apa yang terjadi? Mereka selalu memusuhi utusan Tuhan itu dan selalu berusaha membunuhnya, coba bayangkan bagaimana jika Tuhan sendiri yang datang menemui manusia? Manusia pasti membunuh-Nya cing! Apakah tandanya orang mengenal Tuhan ? Hanya karena gerak bibir dan goyang lidah menyuarakan ayat-ayat dalam Kitab Suci sudah cukup menjadi tanda mengenal Tuhan ? Orang bisa saja mengenal Tuhan tanpa mempedulikan perilaku kebajikan, akan tetapi tak mungkin orang mengabdi kebajikan tanpa mengenal Tuhan!  PERBUATAN NYATA yang menjadi ukuran,  BUKAN gerak bibir dan goyang lidah! Selama kita menjadi manusia, lebih-lebih yang sudah beragama dan merasa mengenal Tuhan, pernahkah berdoa untuk si miskin gembel kelaparan ? Pernahkah berdoa untuk si jahat agar kembali ke jalan yang benar ? Pernahkah kita membantu untuk pelaksanaan doa-doa itu dengan perbuatan nyata? Apa jasa kita untuk negara dan bangsa ? Apakah orang-orang menjadi baik setelah kita setiap hari bersembahyang? BERBICARA tentang agama tanpa menyebut satu pun ayat dalam Kitab Suci apakah bisa dikatakan tidak membicarakan tentang agama? Apakah membicarakan agama HARUS menyertakan ayat-ayat agar terlihat lebih Alkitabiah? Bukankah agama lebih menuntut  TINDAKAN NYATA, bukan kehebatan ilmu dari pemeluknya. Menjadi pemeluk agama  yang baik tidak mengharuskan kita menjadi AHLI KITAB. Saya teringat guru agama saya pernah mengajarkan pelajaran agama dengan cara membersihkan halaman sekolah. "Pak katanya pelajaran agama? Kok cuma bersih-bersih?" "Ya, ini juga pelajaran agama. Anak-anak pun sudah dapat dikenal dari pada perbuatannya, apakah bersih dan jujur kelakuannya. Ini tindakan iman, " Kami tersenyum memahami. Dengan begitu agama masih tetap agama biarpun tak diwarnai banyak ayat-ayat dalam kitab suci. Memang di dunia, tiada yang sempurna kecuali Tuhan. Apalagi manusia, mahluk yang banyak sekali melakukan penyelewengan-penyelewengan, mahluk yang selemah-lemahnya, setiap manusia tentu ada saja kelemahannya di samping kebaikan-kebaikannya, pembenaran-pembenaran yang dikatakannya sering tidak sesuai KEBENARAN TUHAN, sebab pembenaran manusia sering membeda-bedakan umat manusia di bumi ini. Kebenaran Tuhan SEPERTI MATAHARI yang memberikan sinar yang sama kepada semua ciptaan-Nya. Illustrasi :radjalejab.blogspot.com Foto koleksi Jap Gwan Siu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun