Fauzi Bowo alias Foke ini kalau dalam ajaran moral dan filosofi hidup orang Jawa diibaratkan NGEMUT LEGINING GULA ORA GELEM NGLEPEH. Ini ungkapan bernada sindiran untuk seseorang yang enggan melepaskan jabatan atau kedudukan yang telah memberikan RASA MANIS baginya.
Sejatinya jabatan itu memang memberikan kenikmatan, gaji besar, berbagai fasilitas, meningkatkan status sosial, memberikan berbagai kemudahan dia dan keluarganya. Konon gaji seorang Gubernur DKI Jakarta setahunnya total bisa mencapai 9,3 milyar! Bukankah ini bayaran yang cukup menggiurkan, makanya seorang Foke enggan untuk melepaskannya dan akan berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankannya, kalau perlu dengan cara-cara CURANG dan melanggar norma-norma kepatutan.
Ungkapan "Ngemut legining gula ora gelem nglepeh", gula artinya zat yang berasa manis, pada umumnya disukai orang. Jadi bukan hal yang aneh kalau orang lebih memilih GULA (yang manis) daripada JAMU (yang pahit). Sekali merasakan manisnya gula, umumnya orang enggan untuk menumpahkannya, dia akan menikmati manisnya hingga habis.
Demikianlah yang tengah dilakukan Foke, dia berusaha keras mempertahankan manisnya menjadi Gubernur DKI Jakarta dan enggan melepaskannya walau dalam putaran pertama sudah jelas kalah, untung ada undang-undang pemborosan yang mengharuskan adanya tanding ulang, jadi Foke masih ada peluang.
Untuk itu Foke mati-matian mengeluarkan berapapun dana yang dibutuhkan, partai-partai besar yang rata-rata MATA DUITAN lebih mementingkan duit daripada aspirasi rakyatnya. Ayat-ayat suci pun coba dihafalkan untuk menarik simpati, seolah-olah kalau sudah hafal ayat suci pasti orangnya baik hati dan amanah. Memangnya rakyat itu bodoh semua dan percaya begitu saja mulut manis yang dibalut ayat-ayat suci?
Yang dibutuhkan seorang pemimpin itu bukan hafal kitab suci saja tapi harus bisa NGELONGANA JIWA REMANA MAHA artinya kurangilah sifat angkara murka dan NGIMBUHANA BANYU KARAHAYON atau tambahkanlah air keselamatan. Seorang pejabat itu harus mengurangi tindakan atau perilaku angkara murka, sikap sombong, congkak, emosional, dan sebagainya. Seorang pemimpin hendaknya menambah keutamaan demi keselamtan dan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Akhirnya walau Foke dibantu Nara berusaha mati-matian ingin mempertahankan jabatannya, rakyat Jakarta sudah pada tahu SAMARANNYA, dan terbongkarlah cara-cara menyamarnya di DUMAY ini untuk disebarkan ke khalayak luas agar mengamati siapa sebenarnya yang menyamar ini. Dan gambar-gambar SAMARAN FOKE dan NARA yang LUCU banyak tersebar di jejaring sosial Facebook.
Silahkan saja menyamar menjadi apa saja wahai Foke dan Nara, toh para pendukungnya pun juga sudah suka menyamar dari dulu, contohnya nih Amien Rais, orang yang mengaku ASLI SOLO tapi tidak tahu Solo, maklum dia dendam dulu rumahnya pernah dibakar massa, jadi masih trauma, makanya merapat ke pak Kumis.
Tentu saja cara-cara Amin Rais, Foke, dan Nara ditertawakan oleh masyarakat luas yang sudah tahu rekam jejaknya. Rakyat sekarang tidak OON yang mudah dikibulin dengan seabreg kata-kata suci penuh janji, namun kenyataannya PEPESAN KOSONG saja alias cuma NYARI DUIT buat memenuhi ambisi merebut kekuasaan.
Rakyat Jakarta selamat memilih Gubernur yang JUJUR untuk memimpin kota Anda!