Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Presiden SBY Dizolimi TV One

15 Februari 2012   17:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:36 6389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.teammanic.com/wp-content/uploads/2011/11/social-media-hiring-art-02.jpg

Lama-lama media di Indonesia ingin meniru Amerika dalam hal kegarangannya menyerang Presiden. Apakah memang begitulah media sekarang ini tidak terlalu kuat lagi berpijak pada asas jurnalisme, namun lebih suka pada SENSASIONALISME? Segala berita yang bisa MEMICU EMOSI orang layak untuk diliput, apalagi jika menyangkut seorang pejabat tinggi. Apa saja yang dilakukan seorang presiden bisa menjadi sasaran empuk wartawan atau penulis berita atas nama kebebasan pers. Di era Orde Baru media Indonesia sering menjadi pihak yang dizolimi penguasa, namun di era reformasi ini jadi sebaliknya media sering menjadi pihak yang menzolimi dan memberikan tekanan pada sumber beritanya. Artinya media sekarang bisa juga bertindak sewenang-wenang dalam memberikan informasi. Presiden SBY sendiri saya kira mengalami banyak tekanan dengan era kebebasan pers ini, bahkan siapa saja kelak yang menjadi Presiden Indonesia akan menghadapi media dengan segala provokasinya. Betapa buruknya SBY dipropagandakan media bila tidak setuju dengan program-program yang dijalankannya, apalagi bila gagal. Bahkan seorang wartawan berani mengatakan dalam tanya jawab kemarin bahwa pemerintahan SBY gagal! Media tentu bukan agama yang harus memberikan informasi yang memuaskan syahwat masyarakat. Media sekarang ini adalah korporasi yang memiliki kepentingan-kepentingan tertentu. Segala persepsi dibentuk lewat siapa yang memegang media. Media bukan lagi sekedar pembawa pesan, namun dia membawa pesannya sendiri. Lalu apakah dewan pers sudah cukup untuk mengawal asas jurnalisme? Apakah dewan pers suaranya lebih lantang dari media itu sendiri? Dan kebebasan pers ini sangat dinikmati oleh TV ONE dengan segala programnya yang menyangkut berita, bahkan acara Jakarta Lawyer Club pun bisa menjadi ajang "menghakimi" sesuai skenario sang pembawa acara. Dan lihatlah gambar di bawah ini, ketika SBY jumpa pers, typografinya tertulis "PESINDEN BICARA" yang seharusnya "PRESIDEN BICARA".

http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2012/02/1329370320800322878.jpg
http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2012/02/1329370320800322878.jpg
Apakah hal tersebut disengaja atau salah ketik? Ataukah memang SBY tengah dizolimi TV ONE dengan sewenang-wenang? Entahlah! Di akhir acara JLC (Jakarta Lawyer Club) TV ONE,  Karni Ilyas selalu mengutip kata-kata bijak darimana saja, untuk mengakhiri tulisan ini saya juga bisa menuliskan kata-kata bijak yang saya ambil dari SOCRATES : " Do not do to other what angers you if done to you by other" Artinya, " Jangan memberikan orang lain apa yang anda tidak sukai kalau itu diberikan kepada anda."

Tulisan Presiden sebelumnya :

1. Salam Kemiskinan Buat Tuan Presiden 2. SBY, Benarkah Indonesia Negeri Para Perampok? 3. Puisi Untuk Para Pemimpin Bangsa di Negeri Kaya Raya yang Penduduknya Kelaparan 4. Kalau SBY Gatal Melahirkan Puisi Garuk-Garuk 5. Ini Dia Keberhasilan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 6. Partai Demokrat Merayakan Hari Anas Nasional 7. Rahasia Kemenangan SBY Menjadi Presiden RI 2x 8. SBY Dapat Gelar, Gayus Makin Memar 9. Takhayul Itu Wakil Rakyat yang Menakutkan 10. Pejabat di Indonesia Sering Bertingkah 11. Rencana 3 Orang Ini Bila Bertemu Presiden SBY 12. Pergantian Kursi Menteri Kali Ini, SBY Menilai dari Cara Duduknya 13. Pidato Terbaik SBY Saat Berbuka Puasa 14. Ratu Belanda Dijadikan Sasaran Tembak, Presiden SBY Diam Saja 15. Mengkritik Presiden SBY Illustrasi : Facebook.com,teammanic.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun