Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prabowo Marah Karena Puisi Fadli Zon Salah Alamat?

22 April 2014   04:25 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:22 3195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13980893341509971861

Barangkali Fadli Zon ingin seperti penyair Chili Pablo Neruda yang sukses dengan sajak-sajak revolusionernya, Fadli pun membuat puisi dengan aura politik demi tujuan politisnya. Dalam suasana pemilu ini ia telah membuat 3 puisi yaitu : AIR MATA BUAYA, SAJAK SEEKOR IKAN, dan RAISOPOPO yang menurut banyak pengamat ditujukan untuk lawan politiknya yaitu JOKOWI dan partainya PDIP. Politik dan sastra memang dekat tapi tidak melekat, menjadi sastrawan atau penulis artinya siap mengemban tanggungjawab sosial. Tanggungjawab untuk secara otentik menghasilkan karya dengan orisinalitas dan nilai artistik yang tinggi, yang dapat memperkaya bahasa dan budaya bangsa. Sastra yang berada di ranah imajinasi bisa menjadi gudang objektivitas yang menampilkan deskripsi paling genuine dan paling representatif tentang problem-problem riil bangsanya ketika aktor dan institusi pengetahuan lain terbungkam. Seperti karya Octavio Paz dan Domingo Faustino Sarmiento di Amerika Latin, maupun Pramoedya Ananta Toer, WS Rendra, dan Sutardji Calzoum Bachri di Indonesia, untuk menyebut mereka yang berkarya di pertarungan relasi sosial dalam medan kebudayaan itu. Antara sastra dan politik bisa dilukiskan dalam relasi "cinta-benci". Ada kalanya berjalan seiring. Dan Fadli Zon tengah melakukan perannya sebagai politikus penyair dengan puisi-puisi politisnya itu. Namun ada Kompasianer Hai Hai dengan jeli menangkap MISTERI 3 PUISI Fadli Zon itu dan menuangkannya dalam tulisan seperti di link ini. Tulisan Hai Hai itu pun menyebar dengan cepat hingga Prabowo Subianto pun mendengarnya, beliau pun meradang setelah membacanya, benarkah 3 puisi Wakil Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Fadli Zon itu JUSTRU berbalik untuk dirinya? Puisi sebagai ungkapan HATI NURANI terdalam, bisa jadi menggambarkan "dendam" lama yang tersimpan di hati Fadli Zon ini, mengingat, konon ia PERNAH DIHAJAR Prabowo Subianto, seperti diberitakan di banyak media, kalau Fadli Zon MENILEP duit sekitar Rp. 900 juta saat diberi tugas Prabowo untuk mengorganisir massa binaannya, dari PREMAN sampai jago silat di Jakarta. Fadli Zon termasuk lincah dan cerdas dalam bersandiwara, buktinya Prabowo malah luluh dan merekrut dia dalam partainya. Barangkali, Fadli Zon beralasan kalau uang dana "demo" itu sebagian besar dipakai buat BELI KERIS dan KORAN KUNO serta BARANG ANTIK lainnya untuk koleksi perpustakaannya sebagai salah satu upaya  MENYELAMATKAN budaya bangsa ini, tapi ia kurang dana maka dana itu dipakainya. Prabowo Subianto pun bisa memahami, nyatanya KOLEKSI Fadli Zon mendapat penghargaai dari MURI (Museum Rekor Indonesia), antara lain : 1. Penghargaan MURI kepada Fadli Zon Library utuk Perpustakaan Pribadi dengan Koleksi Koran Tua terbanyak, 1 Juni 2011 2. Penghargaan MURI kepada Fadli Zon Library utuk Perpustakaan Pribadi dengan Koleksi Piringan Hitam terbanyak, 1 Juni 2011 3.Penghargaan MURI kepada Fadli Zon Library utuk Perpustakaan Pribadi dengan Koleksi Keris terbanyak, 1 Juni 2011 Begitulah cerita dari sumber yang tidak mau disebutkan namanya, dan sumber itu pulalah yang menceritakan betapa Fadli Zon cukup tegang saat dipanggil Prabowo Subianto ke rumah mewahnya di Hambalang itu. Konon Fadli Zon kena marah gara-gara 3 puisi yang tidak sukses sampai tujuannya malah nyasar ke dirinya. Untuk itu Fadli Zon dilarang membuat puisi yang tidak jelas, kalau puisi untuk menyerang lawan sebut saja namanya, begitu pesan Prabowo dengan tegas walau sambil cemberut. Saya pun bangun dari tidur dan membaca kembali puisinya Fadli Zon di malam yang sunyi ini. Sumber gambar : Koleksi Fadli Zon https://www.facebook.com/fadlizon?fref=photo

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun