Sekarang ini sepertinya harga sebuah KEARIFAN sangat mahal, karena nyaris tidak digubris. Kepahitan hati dicoba dilapisi dengan senyum manis. Ketika kata-kata bijak dibelokkan sebagai pertanda kenyataan apakah ini hanya sekedar parodi semata? Coba anda renungkan ketika membaca kalimat bijak "Kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah", atau "Mencari barang haram saja susah kok disuruh mencari yang halal".
Ini karena manusia sudah banyak yang memandang bahwa dasar kebahagiaan itu dipandang dari materi yang berlebihan, meski dibungkus dengan sederet kalimat bijak bahwa semua itu hanya bersifat duniawi.
Kegelisahan bangsa ini menjadi semakin ruwet dan tak kunjung selesai. Perilaku para legislatif sama sekali tidak menunjukkan kepeduliannya kepada rakyat pemilihnya. Yang merasa orang tua tidak memberi contoh langsung akan pentingnya budi pekerti. Semua pejabat pun sudah tak memahami dan menjalani apa makna lagu kebangsaan INDONESIA RAYA.
"...bangunlah jiwanya....bangunlah badannya...untuk Indonesia raya...."
Bangsa ini baru bisa bangun badannya, sementara jiwanya tertinggal jauh di belakang.
Dan pengakuan-pengakuan Kompasianer yang saya copas dari profilnya ini tentunya terungkap dari jiwanya yang dalam, diharapkan tak lepas dari akhlak, etika atau moralnya sebagai manusia yang berbudaya. Yang jelas, orang yang santun itu bermoral terpuji karena dorongan dari jiwa terdalamnya. Tetapi apakah dalam perilaku sehari-hari perilakunya yang santun itu untuk menutupi moralnya yang tidak terpuji?
Orang yang baik, tentu mempunyai teman yang baik, begitu kata-kata bijak yang mengandung arti bahwa orang yang berbudi pekerti baik, biasanya bergaul dan berteman dengan orang baik-baik saja. Para Kompasianer yang terhormat tanpa mengurangi rasa hormat, sharing dan conneting tak ada artinya bila kita tak mempunyai budi pekerti yang baik demi sebuah nilai persahabatan sebagai sesama penghuni Kompasiana.com ini untuk melakukan yang baik bagi kita semua lewat kemampuannya masing-masing dalam mengolah kata-kata.
116. Ufahrisa : "Labil!"
(Entah apa yang membuat saudara kita ini mengaku LABIL, apa karena benci untuk mengucapkan “Selamat Ulang Tahun, Semoga Panjang Umur?" Atau Admin meminta anda untuk menyediakan Sepotong Bulan Ungu Karena Bulan Itu Bulat? Biarlah Ufahrisa yang menjelaskan makna tag linenya itu)
117. Dian : "Separuh jiwa saya adalah tentang anak-anak dan dunianya."