Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menjelang Lebaran Pasar Klewer Jadi Incaran

13 Agustus 2010   08:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:04 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MENURUT riwayat dari Babad Sala, dari sejumlah pasar di Solo, yang perkembangannya paling mencolok adalah Pasar Klewer. Semula  adalah pasar pakaian bekas kemudian menjadi pasar tekstil besar. Letaknya sebelah selatan Masjid Besar, di tepi jalan tertua di kota Solo, jalan yang pertama kali dibuat lurus menghubungkan Kraton Surakarta dan Kartasura. Dan dibuat untuk kepentingan BOYONGAN AGUNG perpindahan kraton Kartasura ke kraton  Surakarta pada tahun 1745, pada zamannya Paku Buwono II (dua).  Sebelum menjadi pasar dulu merupakan sebuah tanah lapang untuk parkir kereta para abdi dalem dari luar kota yang akan SOWAN (menghadap) ke Kraton Surakarta. Tentu saja, para ABDI DALEM tadi adalah bupat-bupati mancanegara. Dari semula bernama PAKRETAN (tempat parkir kreta), tiba-tiba entah kenapa berubah menjadi bernama SLOMPRETAN. Konon pasar tersebut sempat mati pada waktu zaman Jepang dan kembali menjadi tanah lapang yang sepi, sebab tradisi sowan pun telah mulai pudar saat itu. Adapun istilah KLEWER bermula dari orang-orang yang berjualan pakaian bekas (Lungsuran), di sepanjang jalan-jalan kota Solo. Memang zaman Jepang pada waktu itu terkenal zaman LARANG SANDHANG LARANG PANGAN, tak mengherankan bila pakaian bekaspun ramai dijual belikan. Para pedagang pakaian bekas ini memang tak punya tempat tertentu. Mereka menyampirkan dagangan di pundak-pundak sambil menawarkan kepada siapa saja yang kebetulan lewat, sehingga tampak PATING KLEWER. Berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, lantaran mendapat larangan dari petugas. Akhirnya pihak Kasunanan menyadari, tak mungkin menghilangkan tradisi baru tersebut. Maka dibuatlah kebijaksanaan, mengumpulkan mereka ke lapangan bekas PASAR SLOMPRETAN. Dan mulai berdenyut kembali nadi pasar tersebut. Selanjutnya pasar slompretan tersebut di kenal sebagai PASAR KLEWER. Dalam perjalanannya, pasar satu ini senantiasa tetap mempertahankan dominasinya sebagai pusat penjualan sandang. Setelah Merdeka, utamanya zaman Orde Baru di mana bahan sandang bukan sesuatu yang luks lagi, yang dijual belikan bukan lagi barang lungsuran dan tidak kleweran lagi. Ketika bangunannya menjadi tingkat dan diresmikan pada tahun 1970 oleh Presiden Soeharto, namanya tetap PASAR KLEWER. Bila berbelanja di pasar klewer, meski kios sempit, tetapi pengunjung tidak perlu kuatir, karena setiap pedagang akan dengan senang hati melayani dan tak akan keberatan menggelar semua dagangannya, sehingga motif setiap kain akan di gelar, sehingga pembeli bisa meraba halusnya tenunan, menciumi bau malam(bahan batik atau parafin) dan bumbu batik, juga mengagumi corak ragam design corak batiknya. Konon perputaran uang di pasar Klewer bisa mencapai ratusan milyard dalam sebulan. Apalagi menjelang lebaran, selalu penuh dengan berbagai pengunjung dari berbagai kota di Indonesia, bahkan parkir bis-nya sampai meluber memenuhi Alun-alun Utara dan Alun-alun Selatan yang merupakan lapangan milik Keraton Surakarta. Ramadhan ini Pasar Klewer banyak memberi berkah bagi para pedagang musiman, karena tidak hanya batik saja yang dijual, berbagai atribut islami jadi rebutan untuk dijajakan dimana saja mereka keliling. Bahkan mereka yang ingin memberikan HADIAH LEBARAN yang berupa SARUNG, PECI, SAJADAH, TASBIH, bahkan ALQURAN pun cukup melimpah serta harganya bisa dibilang murah dengan kualitas cukup mewah, asal pandai menawar saja. Selamat mencoba berbelanja di PASAR KLEWER SOLO untuk menyambut LEBARAN beberapa pekan mendatang. Salam. Gambar dari Google.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun