Datang dan pergi di sebuah komunitas virtual adalah hal yang sangat biasa, malah sangat amat biasa, sampai saya pikir kalau pun saya pergi tidak akan bikin pengumuman lewat posting. .Karena kalau pun saya pergi, probabilitas mengatakan saya akan kembali lagi (kecuali jika persentase probabilitas menjadi 0 alias saya sudah meninggal!). Jadi mengapa saya harus mengatakan di depan umum bahwa saya akan pergi atau berpisah jika saya akan kembali lagi? Itu yang saya lihat dari banyaknya user yang mengucapkan kata perpisahan di berbagai forum atau komunitas virtual. Pergi, tapi kembali lagi. Jika ada Kompasianer pergi dan berpisah, pergilah. Saya tidak akan mengatakan BUBYE atau menahan anda untuk tidak pergi. Saya belajar dari yang lalu-lalu, mengucapkan kata perpisahan buat orang yang berkata akan pergi, nggak taunya dia kembali. Entah dengan wujud awal atau wujud berbeda. Akhirnya kata-kata yang saya buat untuk mereka seperti sia-sia diucapkan, nyatanya mereka berubah pikiran, orang lain yang dongkol. Saya tidak akan menanyakan kenapa seseorang pergi. Karena belum ada dari kepergian tersebut yang cukup menarik buat saya untuk menanyakan hal tersebut. Toh orang di komunitas mana pun cukup dewasa untuk mengambil keputusan, baik untuk datang maupun untuk pergi. Asumsinya begitu, bahwa mereka dewasa. Ada juga orang-orang lain yang pergi diam-diam, dan saya tidak menyadari kepergian mereka. Mungkin karena keberadaannya selama ini tidak saya sadari, apalagi kepergiannya. Jadi apakah mereka ada, atau tidak ada, itu tidak berpengaruh buat saya. Di Kompasiana ternyata ada STEMPEL baru buat Kompasianer yang "pergi" dan tak akan kembali lagi, sebab stempelnya berwarna merah dan bertulisan ACCOUNT SUSPENDED, artinya apa? Kita hanya bisa bertemu mereka bila menggunakan AKUN BARU. Dan kepergian mereka karena kesalahannya melanggar TOC, bisa juga kita yang melaporkan pelanggaran mereka kepada Admin. Kita tidak tahu kesalahan siapa sebenarnya, sebab masih ada peluang diperdebatkan, toh Admin sudah bertindak, AKUN mereka sudah tewas di sini. Mari mengenang mereka di akhir tahun 2012 ini, siapa tahu ada di antara Anda yang pernah mengenalnya, bersinggungan dalam komentar, atau melaporkan kepada Admin, memaki atau memuji, bahkan yang DENDAM hingga kini dan merasa menang karena NAMA mereka sudah tidak muncul lagi di sini. Ingatlah, kita juga BISA mendapat STEMPEL MERAH itu kalau tidak berhati-hati berinteraksi di sini, siapa pun Anda! Mau mengaku ASET, FENOMENAL, TERFAVORITE, sering HL, tetangganya Admin, atau Kompasianer of The Year, yang muda, yang jompo sekali pun, tak terverivikasi atau TERFERIVIKASI tetap punya PELUANG YANG SAMA untuk mendapatkan stempel ACCOUNT SUSPENDED! Kita mulai dari akun yang cukup tua batu nisannya di sini, dan sedapatnya dah, maklum Taman Makam Kompasianer sudah cukup padat penghuninya, kalau mau pesan kapling, silahkan nego sendiri sama juru kuncinya :
Dengan postingan terakhir "Semut pun Akan Menggigit" akun
Wendierazifsoetikno dapat STEMPEL MERAH berdampingan
kuburan dengan akun NERAKA JAHANAM, kini dia benar-benar merasakan gigitan semut di dalam lubang kuburnya, semoga damai besertanya, amal dan kebaikannya diperhitungkan oleh yang Maha Kuasa, amin.
Almarhum akun bernama
Mertamupu ini juga tewas setelah menulis artikel berjudul "Inti Ajaran
Hindu", yang juga sering menulis artikel yang bersinggungan dengan
Agama Islam, entah karena apa dia pun kena STEMPEL MERAH. Beruntung dia dikebumikan berdampingan dengan wanita cantik bernama
Shinta Bella. Semoga dia mendapatkan
Sanatana Dharma ( kebenaran yang abadi ) di alam sana.
Boleh saja SUPER SEMAR merubah peta perpolitikan di Indonesia, namun di Kompasiana akun
Super Semar tidak mampu bertahan lama, ia di Almarhumkan setelah menulis 2 artikel dan 2 tanggapan, benar-benar mengharukan sekali, apa dosanya hingga begitu cepat Kyai Bodronoyo alias Semar yang berubah nama menjadi Super Semar dapat STEMPEL MERAH? Hanya Tuhan yang tahu, selain Adminnya. Namun nasibnya cukup baik, di pemakaman Umum khusus Kompasianer ia berdampingan dengan cewek muda cantik yang biasa dipanggil
Pacar Fuad Bispak. Semoga Pak De Super Semar tenang di alam sana sambil memeluk pacarnya Fuad itu deh.
Saya kira generasi tua Kompasiana yang hidup di era ORBA sudah mengenal
Akun Rafael Naftali ini, dia memang paling demen debat soal Agama, sayang tulisannya sudah dihapus semua seiring dengan dihapusnya RUBRIK
AGAMA di Kompasiana ini. Pernah bertarung dengan
Tante Paku dan cukup seru, sayang dia kedodoran sendiri hingga kabur tak memberi kabar, padahal berjanji mau nulis tentang Malaikat, setelah saya beri link tulisan saya tentang Malaikat eh malah minggat. Tau-tau dapat kabar Rafael Naftali sudah Almarhum dan dikuburkan dengan kuburan baru, cewek cantik penjual alat memperpanjang Penis,
Raisa Andriana! Wah, semoga si Raisa berhasil memperpanjang punyanya Rafael di alam sana deh.
Akun Almarhum
Coretan Rizal ini, entah karena tulisannya tentang TERORIS, soal FATWA, tentang TUYUL, tentang PELET, tentang KELAMIN, atau soal CELANA DALAM, dia pun sudah dapat STEMPEL MERAH dengan 18 Artikel dan 83 tanggapan sebagai peninggalannya sewaktu hidup di Kompasiana ini. Coretan Rizal cukup beruntung dimakamkan dekat dengan Kompasianer Fenomenal yang hidup di era Reformasi ini,Â
Erianto Anas!
Nama
Erianto Anas yang sering mengusung tulisan Agama dan Filsafat ini mampu mengobrak-abrik daya cengkram keimanan para pembaca di sini yang konon kuat-kuat imannya itu, toh EA mampu merontokkan dan membuat banyak orang muntah darah menyumpah-nyumpah melaporkan dengan tuduhan SAMPAH. Erianto Anas MATI, bangun kembali, dimatikan lagi, bangun kembali, hingga sepuluh kali. Dan Akun
EA Setan pun menjadi prasasti di sini, dikuburkan berdampingan dengan akun JOEKARTA. Pas sekali, di Jakarta EA Setan akhirnya mati dengan STEMPEL MERAH di nisannya.
Akun
NABI BARU, konon reinkarnasi dari Erianto Anas atau EA Setan, namun umurnya tak cukup panjang. Maklumlah, kata pecinta Agama, tidak ada Nabi Baru, maka bila ada yang mengaku nabi baru pasti akan dibunuh dengan cara apa saja. Begitulah kenyataan sejarah, setiap nabi baru selalu mendapat tantangan, dan tidak ada lagi tempat buat nabi baru, atas nama Agama, atas nama Allah, atas nama Tuhan, atas nama SUMPAH apa saja, manusia sekarang sudah MENUTUP buat kehadiran NABI BARU. Maka akun Nabi Baru di Kompasiana pun mati dan dikuburkan berdampingan dengan akun berprofil Ustad namanya
IBRAHIM. Klop sudah, mereka bisa berdiskusi di alam sana tanpa ada yang akan melarangnya, kecuali di sana ada ADMINNYA!
Lain lagi dengan riwayat akun BENGKELLAS ini, sudah sukses mengelola bengkelnya eh terlalu serius belajar Agama malah kebablasan, semua tulisan Kompasianer yang tidak sesuai dengan keyakinan Agamanya mau dilaporkan
Yusril Ihza Mahendra untuk di proses hukum. Dasar apes, malah dirinya kena STEMPEL MERAH karena terlalu bersemangat NGELAS Agama. Bengkellas mati bersama
Aan Anak Bangsa, namun
Abbah Jappy yang mau dilaporkan ke Polisi hingga kini masih mondar-mandir di sini. Rupanya sang JURU KUNCI kuburan Kompasiana ini tahu kesukaan si
Bengkellas yaitu AGAMA, maka ia dikuburkan bersanding dengan ESTHER-ESTHER, biar berdiskusi sampai MUNCRAT toh kagak bakalan ketemu ujungnya. Untung si
Eshter Esther segera bangkit dari kubur hingga 4 kali untuk menikmati Taman Kompasiana ini bersama Kompasianer yang masih ada di sini, meninggalkan Bengkellas yang kesepian di kuburnya sambil ngedumel nggak karuan.
Kesalahan apa yang membuan
Anton Lingga Al_aziz dapat STEMPEL MERAH? Saya hanya bisa menduga-duga saja, barangkali masih ada kaitannya dengan nuansa AGAMA? Entahlah, Agama memang di sini masuk ranah SENSUAL binti SENSITIF, apapun nama dan kata, bila menyinggung ayat-ayat
agama, CURIGA JALAN TERUS. Ataukah Anton mati juga karena membela agamanya di sini? Yang jelas ia dikuburkan berdampingan dengan Kompasianer nasionalis
ALEX LAKSANA. Sayang, Alex Laksana tidak betah mati berdampingan dengan anak muda itu, ia pun bangkit dari kubur dan bisa leluasa bergentayangan di Kompasiana dengan ceria.
Kalau akun
Taufan Marsigit ini kena STEMPEL MERAH karena artikel-artikel politiknya. Begitulah POLITIK dan AGAMA itu banyak menyimpan "kekejaman" di balik kata-kata manisnya, bila tidak kuat pemahamannya, mati pun menjadi kebanggaan, hingga lupa kalau HIDUP adalah kebenaran, jadi bagaimana mau menegakkan kebenaran kalau pilih mati? Dan ia dikuburkan berdampingan dengan akun bernama
RAM,
sosok yang kental dengan tulisan Agama, klop sudah mereka bisa memadukan AGAMA dan POLITIK, entah untuk kebaikan atau kehancuran, kita lihat saja hasilnya.
Akun
Radik WP yang pertama memang sudah dialmarhumkan, tapi berhubung dia punya misi dan visi cukup jelas, walau berhadapan dengan akun-akun suci dan mulia di Kompasiana ini, ia bangkit dari kubur untuk mengabarkan Hak Asasi Manusia yang paling purba. Rupanya di sebelah kuburan Radik yang sudah KOSONG itu ada kuburan baru yaitu akun
GUNDIK ARAB. Akun Gundik Arab ini umurnya di Kompasiana memang tidak panjang, dia hobbynya membully lewat inbox, kelainannya itu akhirnya membuatnya sial, MATI sebelum berkembang.
Akun
CINTA MALAIKAT ini diindikasikan membajak akunnya Kompasianer
Lingga, jadi begitu ada laporan dia membuat kerusuhan langsung di STEMPEL MERAH dan dikirim ke ALAM MALAIKAT, dia memang tidak cocok berada di lingkungan Kompasiana yang berisi manusia-manusia plural ini. Ia pun dikuburkan dengan tokoh fenomenal pada zamannya, akunÂ
Alexandre The Great! Konon selingkuhannya Rafael Naftali di kala masih hidup di dunia Kompasiana.
Dan
Darsem adalah akun yang mengisi deretan kuburan Taman Makam Kompasiana ini, konon ia mati dibunuh komplotan yang menjebaknya di kandang Onta, sebab dicurigai "beragama lain" dengan pembunuhnya., mengingat ia mempunya KEBO BULE dan rumah tinggal di Jerman. Namun, Tuhan tidak tidur, salah satu pentolan komplotan yang konon berada di Saudi Arabia itu bernama
Bernandang Delta Bvlgari-henina, ikutan MATI kena HUKUM KARMA akibat dilaporkan EEK sembarangan oleh mereka yang perduli pada kebersihan lingkungan. Juru Kunci Makam Kompasiana pun berbaik hati, mereka dikuburkan berdampingan dalam DAMAI SEJAHTERA KOMPASIANA. Allah Tuhan kita Maha Murah, dua akun yang mati berdekatan itu dibangkitkan dari kuburnya,
DARSEM diberi nama
Lovely Darsem, dan Delta Bvlgari-henina diberi nama
Nome Abi Wanasah. Sungguh luar biasa nama-nama pemberian yang maha murah itu. Semoga keduanya tetap seperti sediakala saat dulu hidup di dunia Kompasiana, seiring sejalan
bagai REL kereta api, artinya KAGAK PERNAH KETEMU!
Akun
Zulkarnain El-Madhury ini nama
sebelum akun
Alexandre The Great, yang mati duluan karena BINGUNG nulis tentang Agama ini itu. Ia mati dan dikuburkan berdampingan dengan PACAR setianya TATA MARCELLI. Pada zamannya, mereka berdua terkenal sebagai pasangan serasi, saling berbalas komentar dengan mesra, hingga banyak umat beragama di sini menuduhnya telah melakukan PERSELINGKUHAN di muka umum, akhirnya keduanya kena STEMPEL MERAH dengan pasrah.
Akhirnya gadis berprofil mungil dan terlihat tanpa dosa pun kena STEMPEL MERAH juga, walau nampak polos rupanya akun bernama
TITI ini pintar sekali mengelabui dunia maya, akhirnya ketahuan dan ia pun MATI saat BBM-an di dekat air terjun belakang Puskesmasnya pak Dokter. Ia pun dikebumikan dekat dengan kuburan akun bernama ADMIN ODONG-ODONG. Menurut sejarahnya, akun
Admin Odong-Odong ini kloningannya si
Rafael Naftali yang sering kali dapat peringatan namun terus membandel, akhirnya dua-duanya tewas tanpa bisa disatukan dalam satu kuburan. Demikianlah
STEMPEL MERAH yang berada di batu nisan
Kuburan Umum Kompasiana yang berisi para pejuang tulisan yang sering disebut sebagai Kompasianer ini berhasil saya kumpulkan, tentu masih banyak yang tidak bisa saya sampaikan di sini, maklum keterbatasan waktu buat meneliti satu persatu nama-nama yang tertera di nisan itu. Yang membuat saya KAGET, ternyata ada kuburan ADMIN di sini, we lhadalah, siapa yang membunuhnya?
Kematian yang begitu tragiskah ini? Setelah berhasil membuat banyak akun yang dianggap bermasalah kena BANNED, ia malah meninggalkan kita sebelum menyelesaikan tugas pentingnya. Apa tugas yang belum diselesaikannya sehubungan dengan STEMPEL MERAH yang kini menjadi senjata pusakanya itu?
Oh rupanya akun ABU JAHAL masih AMAN dalam perlindungan Tuhan Yang Maha Esa, ia selamat dari STEMPEL MERAH, ia masih diberi umur panjang setelah berhasil membuat Kompasianer ARKE kalang kabut dengan teror inbox-nya. Ah, kita berharap Admin ber-REINKARNASI hidup kembali untuk menyelesaikan tugas menjaga Kompasiana ini dengan mengamankan akun-akun yang menjadi TERORIS untuk mengacau kedamaian dan keamanan negeri ini.
Saya menutup catatan ini dengan mengutip kalimat Ludwig Von Beethoven "We all make mistakes, but everyone makes different mistakes". (Kita semua pernah membuat kesalahan, tetapi setiap orang membuat kesalahan yang berbeda).
SEKIAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humaniora Selengkapnya