Ketika ada bencana melanda tanah air bantuan pun tak sedikit yang mengalir. Semua orang saling bahu membahu untuk ikut membantu, media-media pun mengabarkannya saat demi saat bahkan ikut mengumpulkan dana dari masyarakat untuk disalurkan kepada mereka yang tertimpa bencana. Apakah media, lembaga, yayasan dan kelompok masyarakat yang mengumpulkan dana dan barang untuk para korban bencana itu sudah mengurus izinnya ke Departemen Sosial (Depsos) atau belum? Entahlah, sebab ada yang berpikiran bahwa yang penting segera membantu korban bencana daripada mengurus izinnya dulu, padahal izin dari Depsos itu suatu keharusan. Kenyataannya memang ada yang mempunyai izin ada yang belum mempunyai izin atau tidak mempunyai izin, dan mengumpulkan bantuan dari masyarakat jalan terus!
http://www.uii.ac.id/images/stories/berita/2010.11.21.%20kembali%20dipercaya%20distribusikan%20bantuan%20dana%20pemirsa%20tvone.jpg
Tak bisa dipungkiri, setelah bencana mereda, mereka, lembaga-lembaga yang mengumpulkan dana dari masyarakat itu terus saja mengumpulkan tanpa memberi laporan penyalurannya secara transparan dan berkesinambungan. Laporan hanya sekedar formalitas belaka sambil foto-foto dengan bangga. Dan masyarakat yang memberikan bantuan itu sendiri sering tak mgekritisinya, mereka hanya percaya saja. Akhirnya, penyelewengan itu kalau ada, siapa yang mengontrolnya? Kalau ada yang mengontrolnya, apakah mereka tidak bisa kerja sama untuk mengelabuinya? Jangan-jangan bantuan dari masyarakat untuk bencana itu tidak disalurkan sebagaimana mestinya, tapi justru dijadikan lahan bisnis tersendiri atau bahkan untuk kegiatan politik? Siapa yang tahu? Nyatanya tak banyak orang menuliskan hal ini, tak banyak orang menelusuri kegiatan para pengumpul dana masyarakat ini untuk diberitakan kepada masyarakat. Seiring berlalunya waktu, dana yang terkumpul sudah beranak-pinak ketika di simpan di bank dan mereka pun berharap ada bencana dahsyat lagi kah? Tersebutlah Mas Amat sangat getol dalam mengumpulkan dana , entah dalam moment apa saja, baik berbagai macam bencana alam atau musibah biasa saja. Mas Amat memang mempelajari segala macam cara untuk mengumpulkan dana masyarakat tanpa dihujat. Ia mengganggap mengumpulkan dana dari masyarakat adalah bisnis juga, bahkan keuntungannya bisa berlipat-lipat artinya bermilyar-milyar rupiah, yang disalurkan sedikit saja, sebagai buktinya ia bisa membayar media untuk memberitakannya, agar masyarakat yang telah menyumbangkan hartanya jadi percaya.
http://www.fugly.com/media/IMAGES/Funny/monkey_kiss.jpg
Suatu ketika ia bercerita pada orang kaya bahwa ia ingin mengumpulkan dana untuk orang miskin, maklum bencana lagi sepi. Orang kaya yang sudah kenal baik dengan mas Amat itu tergolong nyentrik juga, sambil tertawa ia akan membantu 10 juta rupiah kalau ia berhasil mencium wanita dalam satu jam sebanyak 25 wanita! "Oke, saya akan mencium Blogger wanita , boleh? "Terserah profesinya, pokoknya wanita lho!" "Kalau begitu, mari sini lihat laptop saya!" kata mas Amat sambil menarik lengan teman nyentriknya itu duduk. Kemudian mas Amat membuka situs Kompasiana.com. Setelah itu ia mencari nama-nama Kompasianer yang wanita, begitu avatarnya muncul ia pun segera menciumnya! Begitu seterusnya hingga berjumlah 25 Kompasianer wanita berhasil ia cium dengan sukses! Nah, siapa saja Kompasianer wanita yang berhasil dicium mas Amat? Illustrasi : duniakita.info, forum.vivanews.com, fugly.com, uii.ac.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humor Selengkapnya