Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kompasianer Spesialis Inbox Itu Dung Dung Rab!

20 Oktober 2012   00:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:37 1265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu ada Kompasianer wanita bernama Jingga, pernah menerima inbox yang TIDAK SENONOH dari akun yang tidak dikenalnya, bahkan berinteraksi pun tidak, namun dengan beraninya akun yang bernama E Majid Ghoniyu S,ST mengirim inbox kepada Jingga dan mengajaknya KENCAN untuk melihat dia bugil via YM. (Pelecehan Seksual di Kompasiana).

Semakin bertambahnya user di Kompasiana ini tentu akan menambah beragamnya masalah. Namun yang membikin tidak nyaman ketika ada beberapa Kompasianer yang DITEROR lewat inbox dengan berbagai kata-kata TIDAK SOPAN, celakanya para pengirim surat lewat inbox itu kebanyakan AKUN yang TIDAK AKTIF berinteraksi dengan sesama Kompasianer. Saya menyebutnya Kompasianer Spesialis Inbox, sebab memang nongolnya hanya di inbox, kita tahu ketika sang penerima inbox memberitakannya dalam sebuah artikel, namun banyak juga yang DIAM dan tidak menuliskannya, namun ada juga yang  pilih kabur dari Kompasiana ini karena mentalnya sudah runtuh dengan teror inbox itu.

Kompasianer Spesialis Inbox ini ada juga yang AKUN KLONINGAN, semua bisa dilihat dari kalimat-kalimatnya yang MIRIP atau sengaja dimirip-miripkan dengan Kompasianer yang banyak kita kenal keberadaannya di sini. Tentu saja hal itu akan menimbulkan prasangka-prasangka yang membuat ketegangan terasa meninggi. Apalagi kalau ada Kompasianer yang gigih menyelidikinya bisa saja kecurigaannya itu menjadi KEBENARAN yang tak bisa dibantah. Kompasianer spesialis inbox ini ibarat rumput, meski dicoba dibasmi dengan berbagai cara bahkan dikubur dengan tanah, toh dia tetap muncul dan hidup kembali. Terbukti, setelah kasus Inbox Jingga, masih adalagi yang menerima inbox dengan kata-kata yang TIDAK PATUT dituliskan itu. Adalah Kompasianer Bunda Khadijah dan Arke (Arab Kere), yang mengabarkan dapat inbox TAK SENONOH dari Kompasianer (kloningan) yang tak bertanggung jawab alias kabur tanpa jejak dan menjadi seorang PENGECUT selamanya! Kompasianer spesialis inbox dengan menulis kata-kata jorok untuk memaki seorang ibu-ibu kalau bukan orang yang tak punya rasa hormat kepada orang tuanya, tentunya masuk dalam kategori anak durhaka! Kompasianer tersebut sepertinya memakai jurus NABOK NYILIH TANGAN, nabok itu artinya memukul dengan telapak tangan, nyilih artinya meminjam tangan. Maksudnya orang yang berbuat jahat kepada orang lain, tetapi tidak dia lakukan sendiri, dia melakukannya dengan orang ketiga (atau memakai kloningan) agar terbebas dari tuduhan/dakwaan atau bisa berkelit dan bebas dari tanggung jawab alias LEMPAR BATU SEMBUNYI TANGAN. Tindakan demikian bisa dikategorikan sebagai tindakan PENGECUT. Berani berbuat tetapi tidak berani bertanggungjawab. Orang yang menulis di Kompasiana seharusnya berani bertanggungjawab, sehingga dia layak disebut KSATRIA, harus GENTELMAN atau GENTELGIRL. Dan penulis inbox berkata JOROK itu tetaplah DUNG DUNG RAB!

Tentu saja banyak Kompasianer yang saling mendukung untuk membongkar akun kloningan tersebut dengan berbagai analisanya, bahkan sudah ada yang langsung menunjuk hidung seseorang, apakah hal itu menjadi kebenaran? Waktu yang akan menentukan. Yang jelas, Kompasianer spesialis inbox ini patut kalau saya sebut Kompasianer DUNG DUNG RAB! Apakah kita perlu kasihan terhadap Kompasianer spesialis inbox itu? Bisa jadi Kompasianer tersebut dihinggapi  superiority complex, dulunya mungkin orang yang menderita perasaan RENDAH DIRI, setelah berhasil berlagaklah sebagai orang benar. Ketika menulis dan berinteraksi di Kompasiana, suka mendesakkan idenya, bahkan terlihat BAWEL, lancang mulut, sukar mengendalikan amarah. Orang seperti itu cepat merasa kecewa jika tulisannya dikritisi, merasa dihina dan direndahkan apabila tidak mendapatkan tanggapan yang mereka harapkan. Selalu menganggap diri LEBIH daripada orang lain, ditempuhlah berbagai cara untuk memaksa orang lain agar mengangkat dirinya ke posisi yang lebih tinggi bahkan kalau perlu menjadi FENOMENAL di jagat maya ini.

Kompasianer yang mengirimi inbox pada Bunda Khadijah dan Arke ini memang DUNG DUNG RAB, membaca kata-katanya tampak keangkuhannya, obral kalimat tidak senonoh, kalimatnya muluk-muluk, bahkan cenderung pamer untuk menunjukkan diri sebagai orang hebat, padahal hanya orang yang TIDAK TAHU DIRI, maka pantas dah kalau saya juluki dia DUNG DUNG RAB saja!

Kompasianer spesialis inbox yang suka berkata-kata KOTOR di inbox, akun aslinya pasti cenderung orang yang mau menang sendiri, suka main paksa, sepertinya memang dihinggapi bully complex, terlihat dari kata-katanya yang ingin menunjukkan kekuatan mereka. Atau juga bisa bersandiwara menjadi orang yang lemah lembut dan ceria hanya untuk menutupi rasa gelisahnya. Kepribadian ganda pun dilakoninya. Sebagai manusia yang mempunyai hati dan rasa, suatu saat rasa bersalah itu pasti akan menghantui hidupnya, dia akan hadir kembali mengusik ketenangannya. Dengan tajam rasa salah akan mengingatkannya kembali sebagai dosa di masa lampaunya. Menulis inbox dengan kata-kata TIDAK SENONOH tentu dilakukan dengan terencana, tentu saja itu melanggar nilai-nilai moral dan religius. Bila Kompasianer spesialis inbox ini TIDAK MINTA MAAF kelak akan DIHANTUI rasa bersalahnya. Hukum karma akan menimpanya, hatinya yang mengeram dendam akan menerima kepahitan dalam hidupnya atau bahkan sanak keluarganya. Kompasianer DUNG DUNG RAB ini melakukan intimidasi lewat inbox. Kompasianer DUNG DUNG RAB ini ingin menunjukkan kehebebatannya. Kompasianer DUNG DUNG RAB ini ingin menunjukkan keunggulannya. Kompasianer DUNG DUNG RAB ini ingin menciptakan citra diri. Kompasianer DUNG DUNG RAB ini memurnikan naluri agresi agar dihormati. Kompasianer DUNG DUNG RAB ini  DUNGU DUNGU ARAB. Maksudnya, walau DUNGU tapi dia ARAB. Artinya, walau DUNGU tetap cinta ARAB. Bagaimana kalau pengirim inbox Bunda Khadijah dan Arke itu bukan ARAB? Ha ha ha ha ha ......kalau dia bukan ARAB tetap saja DUNG DUNG RAB! Maksudnya? Ya DUNGU DUNGU SARAB! Boleh memuja Arab tapi jangan sampai jadi DUNG DUNG RAB. Sebab, percuma saja memuji-muji Arab sampai kiamat toh tetap saja akan disebut TKI! Jadi, Kompasianer spesialis inbox berkata-kata KOTOR itu memang layak dipanggil DUNG DUNG RAB alias DUNGU DUNGU SARAB, biar SARAB tapi tetap DUNGU, karena DUNGU makanya SARAB! Semoga Admin langsung bertindak bila terjadi TEROR MENTAL via inbox dengan cara-cara yang CEPAT dan TEGAS!

NB : Artikel di atas sebagai rasa SOLIDARITAS saya kepada Bunda Khadijah, Arab Kere, Jingga, dan Kompasianer yang tidak mau disebut namanya akibat kena teror inbox tersebut.

Illustrasi :  Rumiquotes, PHI facebook.com, Witfacebook.com

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun