Ananta memulai dari awal, mengecup kening lalu turun ke hidung sementara tangannya melepas juntaian lingerie yang melekat di tubuh Rachel. Di saat Ananta mau melumat bibir Rachel, tiba-tiba mata Rachel terbelalak. Halaman 3.
Seperti melihat adegan film gaya Hollywood, novel The Smiling Death Senyuman Berbisa di awali dengan tokoh perempuan yang bernama Rachel dalam adegan yang cukup sensual, menampilkan lekuk-lekuk tubuh sexynya di kamar yang romantis, sementara sang pria tengah asyik mandi, begitulah adegan awal dalam episode "Malam Pertama".
Setiap membaca buku karya Kompasianer saya selalu ingin menikmatinya dengan pelan dan seksama seraya mengagumi kelincahannya dalam merangkai kata. Yang ada dalam pikiran saya BUKAN untuk mencari kelemahannya, tapi pikiran saya biarkan hanyut larut ke dalam imaji yang dituangkan dalam karya kreatifnya itu. Tentu saja kalau ingin menelitinya lebih lanjut saya harus membacanya berulangkali, tapi bagi saya cukup sekali dan bisa mengunyahnya dengan baik, apalagi sudah terbiasa membaca karya-karya sang penulis, seperti ada keakraban tersendiri, tinggal kita menyimak apa yang akan didongengkannya kali ini.
Membaca novel hasil karya Erri Subakti yang berkolaborasi dengan Arimbi Bimoseno ini, saya bertanya apa yang akan disampaikan dalam novel tersebut? Ah, saya tidak akan membuatkan ringkasan ceritanya, terlalu panjang ditulis dan bisa membuat Anda malas membacanya.
Alur cerita dalam novel tersebut sudah saya duga ketika membaca di halaman 13 dan ditegaskan kembali di halaman 17, semua pasti tentang DENDAM CINTA. Karena ke dua penulis memang punya jam terbang tinggi di bidang fiksi, cerita yang biasa bisa jadi luar biasa bila ramuannya menarik. Kesulitannya dalam berkolaborasi, satu sama lain harus mampu menyambungkan kisah demi kisah hingga pembaca seperti membaca karya satu orang. Ini jelas dibutuhkan kejelian dari masing-masing penulis untuk menggabungkan imajinasinya melebur tanpa terlihat kejanggalannya. Mas Erri Subakti dan Mbak Arimbi Bimoseno telah berhasil melakukannya.
Episode demi episode selalu di awali dengan judul dan puisi dan di akhir episode pun dengan puisi. Puisi-puisinya seperti nada yang mengiringi judulnya untuk mendeskripsikan cerita yang akan disajikannya. Dan mereka berdua tetap konsisten dengan judul bab serta mengawali dan mengakhiri dengan puisinya, sementara Carla, Rachel, dan Ananta yang tokoh utamanya memainkan perannya dalam lautan puisi tersebut.
Cinta memang tak mengenal persahabatan, sahabat sejati sekali pun, ketika cinta sudah hinggap di dada, menjadi jahat pun dihalalkan. Walau mereka berpendidikan tinggi, hidup berkecukupan, pekerjaan mapan, sekali jatuh cinta pada orang yang sama, membunuh pun tidak menjadi persoalan. Nothing is impossible, cinta memang ada yang begitu.
Ananta yang dicintai 2 wanita cantik dan mapan akhirnya menimbulkan persoalan yang berakhir mengenaskan. Walau diceritakan dengan alur meloncat-loncat, namun semua tetap terangkai dengan bulat, karena masing-masing diceritakan kilas baliknya untuk memperjelas tokohnya. Penceritaannya tidak rumit, enak diikuti, tidak cape kita membacanya, pengalaman banyak menulis, membuat mereka berdua begitu lancar bercerita.
Namun bila mencermati penyakitnya Carla, karena diceritakan mengalami penyumbatan pembuluh darah, walau pengarang tidak secara jelas mendeskripsikan tentang penyakit penyumbatan pembuluh darah itu sendiri. Sebab penyumbatan pembuluh darah sendiri ada 3 jenis untuk membedakannya, orang awam biasa menyebut hal ini sebagai STROKE. Entah stroke jenis apa yang diderita Carla, stroke iskemik, Stroke hemoragik, dan Transient Ischemic Attack? Sebab masing-masing mempunyai penanganan yang berbeda, dan tingkat penyembuhannya pun berbeda pula. Tapi entah mengapa kemampuan finansial Clara dan Ananta ketika sudah menjadi suami istri tidak menuntaskan pengobatannya tersebut?