Kutulis kata-kata ini saat aku nggak perduli pada batas-batas cuaca yang datang silih berganti Tak kuperdulikan segala tulisanmu, yang bagiku begitu usang untuk dilumat, sebab begitu hening akan kehadiranku Kekagumanku padamu adalah ketakpahamanku tentangmu Aku nggak perduli akan hasil yang kau tuliskan Melimpah yang membaca atau sepi dari ringkiknya Sebab jika tak ada cinta buat apa kau tuliskan semua itu Sepertinya kau tak punya kesadaran tentang kebahagiaan Kebenaranmu hanya dogma yang mengalir lalu membeku Aku tidak akan menangisi kesepianmu Aku tidak akan mengenang kecantikanmu Aku nggak perduli segala pujian terhadapmu Kau hanyalah sosok sunyi yang ingin menghidupkan nafsu Dan nafsumu begitu menggebu, saat kau lihat orang lain menderita setelah meragukanmu Kekerdilanmu dalam berfikir tumpah ruah dalam jawaban-jawaban kosong tanpa makna Kehausanmu akan popularitas membutakan kenyataan Bahwa rimbun tak berarti melindungi dari titik air Aku nggak perduli saat diam sendiri Maafkan aku bila itu memuaskanmu Aku nggak perduli bila tak kau maafkan Yang penting kau bisa mendengarnya Sebab kalau kau sudah tiada Buat apa aku meminta maaf padamu? Kekasihku, aku memang nggak perduli Mengatakan cinta padamu setiap hari Sebab hanya Engkau kekasihku sejati. 161211 Puisi-puisi yang laris ada di sini (Laris di sini dalam arti tanpa rekayasa IT, minim HL dan TER namun banyak sahabat yang mendapatkan sesuatu banget dari puisi-puisi ini, terima kasih untuk itu, sahabat : -Puisi Kemerdekaan Untuk Pahlawan -Puisi-puisi Religi Tante Paku Puisi-puisi Cinta Tante Paku DLL
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H