Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Jokowi kau bisa apa sih?" Tanya Foke.

31 Agustus 2012   17:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:04 2025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lelaki berpenampilan sederhana itu memandang perahu yang baru datang dari tengah laut, sementara memandang dia menambatkan perahunya. Ketika perahu itu sudah dekat, tampaklah seorang PRIA BERKUMIS yang ada di dalamnya, sebelum perahunya mendekati bibir pantai, dengan cepat ia meloncat ke daratan dengan gerakan yang sangat lincah. Kedua pasang mata saling bertemu, tapi pria berkumis itu cuek saja sambil mengibas-ibaskan tangannya mengusap rambutnya yang basah, kemudian melangkah pergi begitu saja. "Tuan, tuan, tunggu...!" sang lelaki itu memanggil sambil mengejar. "Mau apa kau memanggil dan mengejarku?" tanya pria berkumis itu seraya menghentikan langkahnya. lelaki itu tersenyum lebar, memperlihatkan deretan gigi yang putih kuat dan senyum yang bersahaja menyorotkan kejujuran. Seketika lelaki itu mengangkat kedua tangan di depan dada sebagai tanda penghormatannya.

"Melihat gerakan tuan yang begitu lincah ketika keluar dari perahu menandakan ilmu ringan tubuh yang tangguh, oleh sebab itu aku ingin berkenalan dengan tuan," pria berkumis cukup tebal itu mengerutkan alisnya, memandang  lelaki itu dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Apakah tuan akan meninggalkan perahu itu di sini?" "Biarlah kalau mau hilang, aku tidak membutuhkan perahu itu. Mau berkenalan? Mereka yang berkenalan denganku biasanya merasakan pukulan, tendangan dan tebasan pedangku." Lelaki itu semakin terbelalak dengan jawaban pria berkumis itu, sungguh jawaban yang terbuka apa adanya, jujur tanpa kepura-puraan yang menambah kekagumannya.

"Hahaha...tuan hebat sekali, saya suka gaya tuan yang ceplas-seplos itu. Perkenalkan saya JOKOWI, salah satu murid dari Perguruan Surakarta Hadiningrat." Melihat sikap terbuka seperti itu, membuat pria berkumis itu tersenyum geli, jelas lelaki ini sama sekali tidak kurang ajar. Sikapnya memang terbuka, wataknya kelihatannya baik, hm apakah dia pantas menjadi sahabatnnya, pikirnya. Untuk itu harus dibuktikan dahulu. "Dengan maksud apakah engkau seorang lelaki dari kampung jauh ingin berkenalan dengan orang berpengaruh sepertiku?" "Memang suhu pernah berpesan, jangan mendekati pria berkumis yang punya pengaruh, yang kadang bisa berbahaya melebihi ular berbisa. Tetapi aku hanya ingin bersahabat, karena baru pertama kali ini aku merantau. Untuk itu aku membutuhkan seorang sahabat yang pandai seperti tuan ini agar memberi petunjuk kepadaku." Pria berkumis mirip HITLER itu masih ragu, terus memandangnya, lelaki ini pintar atau bodoh atau ada bayangan ketololan dalam sikap terbukanya itu. "Kau bisa apa sih? Apakah bisa menyenangkan hatiku?" tanya pria berkumis itu sinis. "Aku yang bodoh ini akan menunjukkan kesetiaan sebagai seorang sahabat, kalau ada yang mengganggu tuan, biar kuhajar sampai berdarah-darah. Biar ada sepuluh orang atau lebih, aku sanggup mengalahkannya.' "Dengan tangan kosong seperti itu?" "Oh tidak tuan, KERIS PUSAKAKU kutinggal di dalam perahu. Tentu tidak pantas kalau berkenalan dengan tuan aku menenteng sebuah senjata." kata lelaki itu lalu menuju perahunya untuk mengambil sebilah keris.

Diam-diam timbul rasa suka pria berkumis ini terhadap lelaki yang bernama JOKOWI itu, tapi mana mungkin bisa seorang lelaki dari kampung  bersahabat dengan tuan besar sepertiku? Nanti tidak pantas dilihat orang dong. "Walau kita berbeda, kalau ada yang mengatakan macam-macam, akan kusobek-sobek mulutnya. Aku bukan seorang yang berpikiran kotor dan sembarangan dalam memilih sahabat. Kalau boleh perkenalkan nama tuan?" "Kalau hanya omong tanpa ada buktinya itu namanya sombong. Apakah benar engkau dari perguruan Surakarta Hadiningrat yang kesohor sebagai KOTA SOLO BERSERI TANPA KORUPSI it? Aku ingin membuktikannya. Aku juga tidak sembarangan memperkenalkan nama kalau tidak tahu benar siapa yang ada dihadapanku." berkata begitu pria berkumis itu mencabut pedangnya perlahan-lahan, tampak sinar putih memantul dari pedang itu ketika tertimpa sinar mentari. "Tidak usah banyak ragu, kalau tidak berani, cepatlah angkat kaki dari sini." Seketika lelaki kurus itu mencabut keris dari warangkanya serta melemparkannya ke tanah warangka keris tersebut. "Mari tuan, aku sudah siap."

Meloncatlah pria berkumis itu menyerang dengan kelebatan pedang yang begitu cepat dan dahsyat, yang tampak hanya segulung sinar yang berkelebat, ini menunjukkan tenaga dalam yang luar biasa tingginya. Sehingga tubuh pria berkumis itu seperti menghilang di balik kelebatan sinar pedang tersebut. "Haiya!" JOKOWI langsung menyambutnya dengan gerakan yang tak kalah cepatnya. Ia sangat senang melihat ketangguhan pria berkumis itu, tanpa ragu-ragu ia pun mengeluarkan semua ilmunya. Di dunia kang-ouw Perguruan Surakarta Hadiningrat cukup disegani, ilmu tongkat malaikatnya banyak membuat merinding lawan-lawannya. Namun pemuda itu tidak menggunakan tongkat, melainkan keris namun dari gerakannya terlihat mengadaptasi dari jurus Tongkat Malaikat yang hebat itu. "Criing..!" kedua senjata bertemu, alangkah kagetnya JOKOWI, karena kerisnya terlepas setelah bertemu dengan pedang pria berkumis itu. Pria  itu tersenyum, ia melihat sebetulnya ilmu lelaki itu cukup lihai, tetapi karena tidak sungguh-sungguh melayaninnya, hanya dalam waktu 20 jurus saja, kerisnya bisa terlepas. Sebetulnya dalam hal kecepatan dan kekuatan, lelaki itu lebih tinggi, tapi mungkin lelaki itu hanya mendasarkan pada permainan dan tingkat menguji dan berlatih, kalau sungguh melawannya, belum tentu pria berkumis itu bisa mengalahkannya. "Cukup tuan, aku mengaku kalah," JOKOWI mundur sambil menjulurkan kedua tangannya sebagai tanda hormat. "Ah, engkau terlalu merendah. Baiklah perkenalkan namaku, FOKE dari Perguruan Jakarte Asli!"

Tentu saja JOKOWI terbelalak. Perguruan Jakarte Asli akhir-akhir ini sering mengguncangkan bumi karena kehebatan ilmunya. Sungguh hatinya bangga sekali bisa berkenalan dengan salah satu muridnya. "Kemana tujuan tuan kali ini?" "Aku akan mengunjungi Perkumpulan para pendekar yang berada di suatu tempat rahasia." "Ah," JOKOWI itu melongo, perkumpulan para pendekar yang selama ini hanya didengarnya saja ternyata benar-benar ada. "Dimanakah itu tuan? Bolehkan aku ikut?" "Oh boleh saja, tapi kamu harus mempunyai jurus kunci yang bernama jurus NASI BUNGKUS." "Oh kalau begitu, sudikah tuan mengajariku?" "Baiklah, karena engkau sudah kuanggap sahabat, aku bersedia mengajarimu." Akhirnya FOKE mengajari JOKOWI jurus nasi bungkus yang cukup legendaris di dunia persilatan ini. Tak berapa lama, JOKOWI sudah bisa menghafal langkah-langkah jurus tersebut dengan baik. Karena untuk masuk ke Perkumpulan para pendekar itu tidak sembarang orang bisa, walau ilmunya tinggi sekalipun, bila tanpa Jurus nasi bungkus, pasti akan tersesat. Akhirnya kedua pendekar itu bisa memasuki Perkumpulan Para Pendekat yang cukup punya nama di dunia persilatan ini. Ada Pendekar gaek AMIN RAIS, RHOMA IRAMA, HIDAYAT NUR WAHID, RUHUT SITOMPUL, MAX SOPACUA, SUTAN BATUGHANA, ANAS URBANINGRUM, RIDWAN SAIDI, ABURIZAL BAKRI, MEGAWATI, dan lain sebagainya. "Mereka ini kadang muncul ke permukaan tetapi kadang hanya diam saja mengamati," ujar FOKE Bak menjelaskan. Aku melihat beberapa nama pendekar yang sepertinya tidak asing di kancah dunia persilatan ini, seperti Ki Rhoma Irama yang berjuluk SATRIA BERGITAR dengan jurus SYAHDU-nya itu, Ki Amin Rais yang terkenal dengan jurus BELUT PUTIHNYA, dan masih banyak lagi lainnya. Mereka kadang memang tampil di kancah persilatan bila sedang terjadi keributan. Tidak semua muncul, tetapi sekali muncul jurusnya akan membuat HIRUK PIKUK dunia persilatan. "Tapi pendekar itu sering membuat ulah kalau muncul di atas," kata JOKOWI menjelaskan. "Maksudnya?" "Ia, kalo dia muncul sering mengenakan TOPENG dan membuat ulah dengan jurus barunya yang kadang mengagetkan banyak orang itu. Baru-baru ini dia mengeluarkan jurus baru bernuansa SARA dan MERENDAHKAN, sempat membuat para pengamat dunia persilatan geleng-geleng dibuatnya." "Terus?" "Ya terus menghilang lagi ke sini hehehehe........" Rupanya di sini masih banyak tempat persembunyian para pendekar yang enggan tampil di dunia persilatan, terutama para suhu-suhu yang ilmunya cukup dahsyat, mereka lebih suka mengamati saja, karena sudah yakin para pendekar yang ada bisa menangani setiap pengacau yang ingin memamerkan jurus sesatnya. Belum saatnya muncul, kata beberapa pendekar muda yang menaruh hormat kepada para suhu itu. Mereka hanya menikmati hidup sehari-hari di perguruannya masing-masing sambil saling mengasah pengetahuan tentang hidup untuk menjalin hubungan yang lebih hidup. Meskipun manusia itu lemah, jika bergabung akan merupakan kekuatan. "Tuan, saya rasanya tidak layak berkumpul di sini," kata JOKOWI setelah mencoba menyapa dan berinteraksi beberapa saat. "Ah kalau begitu kamu pulang aja ke kampung sono, ngapain di sini dong?"

"Tuan, saya di sini karena rakyat menghendaki dan saya ingin bersahabat dengan tuan sebagai itikad baik saja. Kalau tuan tidak berkenan, biarlah nanti rakyat yang akan menilainya. Permisi tuan!" dan JOKOWI meloncat dan dalam sekejap sudah menghilang dari pandangan mata FOKE si pria berkumis itu. "Tunggu saja, kau akan menghadapi jurus-jurus andalanku dan para pendekar sohor di sini!" gumam FOKE memandang bayangan JOKOWI tanpa senyum. Begitulah, sering tidak kita sadari, perbuatan kampanye dengan tindakan KEJI dilakukan untuk memuaskan rasa lapar, walau nasi bungkus sudah mengganjal perutnya. Para pejabat sering LUPA DIRI bahwa KETAMAKAN adalah akar dari segala kejahatan, tak perduli apa agamanya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun