BAHWA dalam kehidupan perkawinan tak ada menang dan kalah, lemah dan kuat. Bahwa rumahtangga adalah kehidupan kerjasama yang saling mengisi. Bahwa kita harus terus SALING BERDAMAI untuk saling mengingatkan, bukan menghukum. Bahwa jika seorang suami atau seorang istri lalai, ia tidak harus berkewajiban menerima sanksi, sementara pasangannya berhak menempatkan diri sebagai PUNISHER, sebagai hakim, sebagai penghukum. Sepasang suami istri sebaiknya menjaga kesehatan walau dalam usia separoh baya, seperti sepasang suami istri Bu Dewi dan Pak Dewa ini, tiap hari berjalan 5 km. Mereka akan berjalan keluar dari rumah menuju desa-desa yang dirasa udaranya masih sejuk dan berjalan kembali untuk pulang. Suami  : "Apakah kamu masih kuat berjalan lagi, atau sudah merasa sangat lelah?" Istri      : "Oh tidak. Saya masih cukup kuat untuk berjalan kembali." Suami : "Kalau begitu, saya akan menunggu disini. Kembalilah ke rumah, ambil mobil kita dan jemputlah saya!" Itulah seorang suami yang cari enaknya alias curang, tapi sang istri kadang tidak mengerti kalau dicurangi. Tapi ketika mereka sekeluarga pergi berenang ke pantai, anak semata wayangnya pengen sekali ikut ayahnya berenang. Anak    : "Mam, boleh nggak saya berenang?" Mama  : "Jangan sayang, ombaknya besar. Sangat berbahaya buatmu." Anak    : "Tapi mengapa papa boleh mam?" Mama  : "Papamu diasuransikan, sayang!"
http://1.bp.blogspot.com/_ihv1kQHHM98/S_1ARsFvtWI/AAAAAAAABCc/TT35o7yIqPA/s320/nenek.jpg
Sang istri pun dengan tenangnya membiarkan suaminya yang nekat berenang dalam ombak besar itu ternyata memang ada keuntungannya kalau misalnya sang suami tertelan ombak, kan dapat uang asuransi yang cukup besar. Untunglah sang suami selamat ketika berenang itu. Perkawinan mereka begitu awet hingga usia kekek nenek, tapi toh sang kakek masih jagoan. Itu terlihat ketika seorang anak muda anak konglomerat lokal yang jago ngebut di jalanan menantang sang kakek balapan, kalau sang kakek menang, Harley Davidsonnya akan diberikan, tapi kalau kalah, sang kakek cukup membayar satu juta rupiah saja. Tantangan itu diterimanya, ombak yang besar saja dilawan, apalagi cuma jalanan berliku antara Karanganyar ke Tawangmangu. Dan pertarunganpun berlangsung pada pagi hari, sang pemuda memboncengkan ceweknya, sang kakek memboncengkan sang nenek, karena begitulah persyaratannya, untuk membuktikan bahwa cinta terkadang perlu menantang maut, berdua tanda sama-sama setia selalu. Kakek Dewa dan Nenek Dewi jelas tak gentar, maklum hobi mereka berdua sejak muda memang touring dengan motor, baik motor besar maupun motor biasa. Baik Kakek Dewa maupun Nenek Dewi sama-sama bisa mengendarai motor roda dua dengan sama baiknya. Kebut-kebutan pun berlangsung seru, kakek Dewa ternyata masih lincah di atas motornya, sementara sang istri juga cukup tenang berpegangan pada perut suaminya itu. Setelah melalui jalanan berliku yang sangat curam, belokan-belokan tajam, sampailah ke garis finish, sang pemuda itu berkata : "Kakek memang hebat! Tak takut sedikit pun,
AKU KALAH!" "Tapi aku hampir berteriak tadi!" jawab sang Kakek sambil mengusap dahinya yang berpeluh. "Kapan?" tanya pemuda itu spontan.
"Sewaktu istriku terlempar ke jurang!" Mendengar jawaban kakek yang tanpa rasa sesal itu membuat sang pemuda terkapar pingsan! Ternyata dalam usia tua sang kakek lebih sayang sama motor Harley Davidson daripada menolong sang istri yang terlempar ke jurang itu.
http://4.bp.blogspot.com/_a2Ac_i7cQNk/S8gsakMTdHI/AAAAAAAAXy8/pANAmS8MP7E/s320/4.jpg
Illustrasi : forumkami.com, solocybercity.wordpress.com,yafi20.blogspot.com, thebestuniquephotos.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humor Selengkapnya