Hampir setiap tahun selalu saja ada penulis yang mengunggah artikel tentang HL dan TER di Kompasiana ini dengan berbagai sudut pandangnya. Ada yang senang sekali tatkala tulisannya terpajang di HL maupun Terekomendasi, namun tak sedikit yang mengeluh karena banyak tulisannya tak pernah sama sekali mampir di HL maupun Terekomendasi. Berbagai argumentasi disampaikan dalam unek-uneknya itu, merasa tulisannya sudah bagus kenapa tidak terpilih masuk HL, justru yang HL kok tulisannya tidak berbobot menurut dia. Ada lagi yang begitu membanggakan diri kalau tulisannya LARIS MANIS tapi kok tak masuk HL juga Terekomendasi, apakah Admin tak melihat kenyataan ini? Ada juga yang merasa gelarnya lebih panjang dari namanya dan tulisannya sangat ilmiah serta populer dan aktual, tapi kenapa tak masuk HL atau Terekomendasi? Bahkan mungkin ada juga yang JAPRI lewat adminnya buat memasukkan tulisannya ke HL atau Terekomendasi? Entahlah, tapi begitulah seringnya yang ditulis para penulis lama maupun baru bila menggunjingkan tentang HL dan Terekomendasi yang mutlak keputusan di tangan Adminnya. Masuk HL atau Terekomendasi apakah membanggakan? Tidak salah kok kalau bangga. Masuk HL atau Terekomendasi apakah membuatnya bahagia? Boleh saja kok kalau bahagia. Masuk HL atau Terekomendasi apakah membuatnya puas? Sah saja kalau puas bila hasil jerih payahnya diakui. Masuk HL atau Terekomendasi apakah membuat tabungannya bertambah? Ini sih salah informasi. Senang, bahagia, puas bila tulisan kita di Kompasiana ini diganjar HL atau Terekomendasi itu TIDAK SALAH, bahkan kalau kecanduan pengin masuk ruang itu terus menerus juga bukan dosa, yang tidak benar ketika Anda FRUSTRASI dan MENYERAH KALAH ketika tidak pernah masuk HL dan TER terus BERHENTI MENULIS. Atau sebaliknya TERBIASA MASUK HL atau TER ketika akhirnya JARANG masuk etalase itu akhirnya NGOMEL lewat tulisan, entah pakai nama sendiri atau KLONINGAN, pokoknya ngomelin adminnya, itu yang TIDAK PAS.
http://de.acidcow.com/pics/20110617/photos_02.gif
Bukannya tidak boleh ngomelin adminnya, tapi bila menyangkut HL dan TER itu rasanya terlalu intervesi ke dalam tugasnya admin, kecuali ngomelnya kalau tulisan Anda "diperkosa" hingga jadi tidak pas, atau tulisan HL Anda akhirnya DIANULIR dalam hitungan menit tanpa pemberitahuan, nah OMELIN saja dengan sebaik-baiknya. Yang jelas teruslah berkarya, masuk HL atau TER itu anggap saja BONUS menulis di Kompasiana ini. Di Kompasiana ini KARYA BESAR tidak melulu tulisannya masuk HL dan TER, tetapi lebih dengan DAYA TAHAN, KETEKUNAN dalam berkarya. Bukankah banyak Kompasianer yang JARANG HL dan TER namun mampu melahirkan BUKU yang bagus di luar? Seorang penulis yang rajin tidak ada yang mustahil, segalanya menjadi mungkin. Tapi kalau Anda lagi NYIDAM pengin masuk HL atau Terekomendasi, coba RAPAL RAHASIA alias
MANTRA dari mbah Dukun yang cukup ampuh untuk dipraktekkan, sebab saya pernah mencoba, tulisan saya yang sederhana dan ditulis dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, ketika berhasil di posting lalu saya bacakan mantranya eh tak lama kemudian nangkring di etalase HL itu. Tentu saja TIDAK SEMUA tulisan saya bacakan mantranya, sebab saya menulis di Kompasiana tidak memburu HL atau Terekomendasi, HANYA SEKALI saya coba mantranya dan berhasil, selanjutnya saya malas menggunakannya. Sebab rasanya tidak fair kalau habis menulis baca
mantra buat ngejar HL atau TER, walau ini lebih sulit dideteksi daripada bikin KLONINGANÂ sampai puluhan hanya buat nge-VOTE biar masuk TERAKTUAL? Para sahabat Kompasiana dimana saja berada, simpanlah MANTRA yang akan saya tulis di sini, namun jangan diberikan kepada teman sesama penulis yang tidak baca di sini, sebab kalau semua baca mantra itu, resikonya berat, Adminnya bisa BENGONG hingga HL-nya bisa ERROR, tiap menit berubah HL-nya apa nggak kacau? Setelah posting tulisan, beberapa menit kemudian baca saja mantra seperti di bawah ini :
Nuwun Admin Kompasiana iki ono tulisan becik mung satitik kanggo sliramu yen kerso tak jaluk lebokno nyang HL yen ora kowe dadi musuhku yen setuju kowe dadi sedulurku admin, mreneyo, mreneyo,mreneyo Itu mantra yang pertama, sementara untuk mantra yang kedua begini bunyinya :
aku penulis lumrah isih nyawang langit ugo nyawang bumi isih doyan sego isih ngombe banyu isih nganggo HP ugo komputere kantor aku umate Gusti Allah kang cilik luwih cilik soko lebu ngasorake opo kang gumede luwar soko adigang, adigung lan adiguna aku nyuwun admin Kompasiana ngerteni tulisanku ben mlebu Ter utawa HL Admin dadiyo satriyo sejati kang andhap asor becik ing budi lan welas asih sanajan tulisanku ora sampurno amargo sing sampurno mung Gusti Allah mlebu, mlebu, mlebu, mlebu HL kuwi karepku Setelah membaca salah satu mantra itu, Anda harus menjejakkan kaki kanan tiga kali dan sambil menepuk HP atau Laptop atau Komputer yang dipakai sebanyak tiga kali. Dan mohon maaf kalau mantra warisan leluhur dari tlatah Jawa ini tidak ampuh kalau dialihbahasakan. Selamat mencoba, semoga kecewa kalau gagal. Artinya Admin setelah membaca ini pasti akan cari MANTRA PENANGKALNYA, tinggal mana yang kuat ilmu batinnya ha ha ha ha ha.............
https://assets.kompas.com/data/photo/2009/12/17/1103318p.jpg
Illustrasi : fotografindo.com,ghofur.us,internasional.kompas.com Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Inovasi Selengkapnya