Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ini Dia 5 Besar Puisi Terlaris di Kompasiana

14 November 2011   23:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:40 1671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kalau ada yang mengatakan PUISI adalah bagian dari sastra yang paling terpencil, rasanya tidak perlu diresahkan, sebab mustahil agar 90 persen rakyat Indonesia mencintai puisi. Namun bagaimana caranya agar kita bisa menambah kuantitas pembaca/penggemar puisi bukanlah sesuatu yang mustahil. Bagi masyarakat yang tak punya waktu untuk merenung-renung di tengah situasi kehidupan yang serba sibuk ini, puisi-puisi yang terlalu banyak merangkai kata-kata konotatip semakin susah untuk dimengerti. Apalagi para pembaca yang tak punya ketajaman perasaan, barangkali hanya membuang-buang waktu saja. Namun ada fenomena yang cukup menarik untuk diamati, di Kompasiana ini ternyata ada KARYA PUISI yang mampu menyedot pengunjung ribuan jumlahnya dalam kurun yang tidak begitu lama, jika semakin lama pembacanya pun akan meningkat cukup signifikan. Mereka bukan PENYAIR TOP yang bisa disetarakan dengan Sutarji CB dengan KREDONYA, Abdul Hadi WM dengan SUFINYA, WS Rendra dengan PAMFLETNYA, Remy Silado dengan PUISI MBELINGNYA, para penulis di Kompasiana ini terdiri dari banyak profesi, namun lewat SALAH SATU puisinya mampu MENARIK PERHATIAN begitu banyak, ada apakah dengan puisi-puisi mereka? Mari kita simak PUISI TERLARIS di Kompasiana hingga saat ini masih TERTINGGI di antara ribuan puisi yang ada di sini, apa rahasianya?

1. Pipi…Pipi…Ini Mimi…Bukan Mimi yang Dulu Lagi….

HL | 21 July 2010 | 13:17 Pengunjung hingga saat ini : 14.596 Komentar dan jawaban : 118. Puisi yang dipublish setahun yang lalu ini ternyata menduduki peringkat pertama sebagai PUISI TERLARIS di Kompasiana. Puisi yang menceritakan wanita mantan selebritis yang terjun ke dunia gelap ini mampu digambarkan dengan begitu gamblang walau dengan simbol-simbol namun bisa kita jumpai sehari-hari. Temanya memang tak lepas dari perselingkuhan yang berakhir dengan kesepian karena gagal membina cintanya. Puisi di atas MASUK HL hingga mendukung untuk dibaca banyak, walau tidak di share ke jejaring sosial manapun.

2. Neraka di Pipi Mimi

FIKSI | 24 July 2010 | 07:41 Pnegunjung hingga saat ini : 4.412 Komentar dan jawaban : 35 Penulis yang pernah masuk sebagai Kompasianer favorite 2010 ini dalam profilnya hanya menggunggah SATU PUISI saja di Kompasiana, masuk dalam kanal fiksi, TIDAK HL  namun mampu menuai pembaca cukup laris, bahkan menduduki peringkat ke dua di Kompasiana ini.  Judul di atas memang MENGEKOR puisi TERLARIS itu, sebab pada waktu itu lagi TREND puisi dengan gaya PIPI MIMI, lihat tanggal postingnya terpaut 3 hari. Dan pada bulan itu judul-judul dengan kata PIPI MIMI memang cukup banyak, namun hanya 2 puisi di atas yang cukup LARIS hingga saat ini.

3. Puisi Kemerdekaan Untuk Pahlawan

FIKSI | 10 August 2010 | 16:53 Pengunjung hingga saat ini : 3. 127 Komentar dan jawaban : 6 Puisi yang menduduki 3 TERLARIS di Kompasiana bukan puisi berbau esek-esek atau cinta-cintaan cengeng semata, melainkan PUISI TENTANG KEMERDEKAAN. Puisi yang pernah meraih juara pertama di tingkat Kelurahan ini, ternyata gagal meraih apapun dalam lomba di Kompasiana yang bertema kemerdekaan, namun justru menuai banyak pembaca yang entah dengan daya magnet apa bisa meraup ribuan hingga saat ini. Puisinya sendiri TIDAK MASUK HL, juga tidak di share ke jejaring sosial manapun, bahkan komentarnya pun paling sedikit, keajaiban apa yang ada dalam puisi di atas? Entahlah, atau mungkin ada ERROR hingga puisi tersebut bisa masuk dalam deretan PUISI TERLARIS di Kompasiana?

4. Celoteh Pelacur-pelacur Parlemen Negeri Bingung

HL | 28 September 2011 | 05:53 Pengunjung hingga saat ini : 2. 499 Komentar dan jawaban  : 125. Puisi ini masuk HL maka dalam waktu singkat langsung meraup ribuan pembaca, apalagi di share dengan begitu banyak. Lewat twetter 5, Google+ 3, dan faceebook 104, tak pelak lagi, langsung menjadi PUISI TERLARIS urutan ke empat. Temanya tak beda jauh dengan puisi pertama dan puisi kedua, namun puisi ini lebih sarkasme ke arah politik. Penyairnya jelas menyoroti hingar bingarnya anggota parlemen di negeri ini dengan pemparafrasean pelacur dalam puisinya. Namun puisi ini juga meraih posisi pertama dalam hal paling banyak komentarnya.

5. Kalau Besok Mati, Kita Bawa Apa? (Renungan)

HL | 08 November 2011 | 00:04 Pengunjung hingga saat ini : 1482 Komentar dan jawaban : 110. Ini adalah puisi terakhir yang menduduki sebagai PUISI TERLARIS di Kompasiana. Baru sebulan diunggah, namun sudah meraih ribuan pembaca, apalagi dibantu dengan MASUK HL dan di share di facebook 143, Google+ 1, maka peningkatan pembacanya cukup dramatis. Puisinya sendiri tidak penuh dengan ungkapan simbolis, namun terang benderang tentang bekal apa yang akan kita bawa dalam kematian kelak, begitulah amanat yang tersirat dalam puisi di atas. Pada akhirnya, PUISI bukan sekedar rangkaian kata-kata tanpa makna namun bisa menjadi jembatan antara penyair dengan pembacanya. Untuk itulah seorang pembaca diharapkan mampu menangkap nilai-nilai yang ada dalam sebuah puisi, paling tidak dapat menafsirkan puisi supaya dapat mendekati maksud hati si penyair. Begitulah selintas pengamatan saya tentang PUISI TERLARIS di Kompasiana ini, bila ada yang terlewat tentu saya siap untuk mengeditnya hingga sesuai kenyataan yang ada, sekali lagi dalam konteks ini, semua berdasarkan yang sudah terpublish di Kompasiana dalam kanal FIKSI khususnya PUISI. Baca Sebelumnya : - Ini Dia Ratu Puisi Di Kompasiana - Ini Dia Penyair Kompasiana Yang Luar Biasa - Karya Sastra Terbesar dari Sastrawan Dunia (2) - Pak Dhe, Sastra Itu Apa To? - Ini Dia Penulis yang “Disegani” di Kompasiana Illustrasi :kolomkita.detik.com, Kaskus

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun