Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia Perlu Sulap Agar Agama Tidak Tiarap

17 September 2010   01:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:11 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

RESI ROMO dengan sengaja mengganti acara diskusi tentang agama dengan diskusi bebas. Biar wawasan tambah luas, biar umat lebih kritis, begitu alasannya. Umat tidak hanya sekedar menghafal ayat-ayat dari Kitab Suci saja tapi lebih dari itu harus mampu menterjemahkan ke dalam bentuk kerja nyata. "Apa kita bicara tentang jabatan Kapolri yang lagi hangat ini Romo?" tanya Cantrik, yang kemudian disahut temannya yang bernama Cangak. "Apa? Jangan itu bosen ah, yang lain saja. Bukankah Polisi dari dulu tidak ada perubahannya? Walau Kapolrinya berganti-ganti juga, tetap saja dapat rapor merah dari masyarakat?" "Masyarakatnya saja yang tidak mau tertib kan?" "Ya sama-sama tidak mau tertib lah! Polisi suka birokrasi bila memakai seragamnya, masyarakat tidak mau repot, ya sudah TST lah!" "Bagaimana kalau bicara tentang FPI da HKBP yang lagi hangat?" usul Cuntrik. "Ah sudah banyak yang ngurusin, lainnya saja!" "Atau tanah-tanah di Jakarta tiap tahun amblas 36 cm itu?" "Bosen, dari dulu berita seperti itu ada, toh orang Jakarta ya tidak memusingkannya kok. Bagaimana kalau bicara tentang pendidikan?" "Apa, pendidikan? Soal pendidikan sudah kadaluwarsa, banyak tikusnya juga, tikus-tikus bergelar tinggi  tapi rakus dan memakan biaya tinggi. Saya setuju kalau yang dibicarakan PENDIDIKAN SULAP !!" sahut Dobol keras. "Pendidikan sulap? Buat apa?" sahut mereka berbareng. "Dengan sulap kita bisa menyulap rakyat yang miskin menjadi hidup cukup. Dengan sulap kita bisa menyulap barang impor menjadi banyak. Karena tidak ada Konvensi Hak Sulap kita kan tidak melanggar Konvensi Hak Cipta. Dengan demikian negara kita bisa kaya karena sulap kan?" "Lho bukankah sulap sudah menjadi kebiasaan di negri kita ini? Semua kan bisa disulap, terdakwa bisa menjadi bebas,  KORUPTOR bisa melenggang bebas,  PEMBUNUH bisa keluar bebas,  PEJABAT bisa bebas menyulap hukum menjadi sesukanya. Jadi kita sudah menjadi bangsa yang pintar main sulap kok, ngapain pakai pendidikan segala. Sulap di negeri ini sudah mendarah daging tujuh turunan bahkan lebih !!" "Benar! Sulap di negri ini sudah dilakukan secara bebas dan bertanggung jawab, tapi kok masih banyak rakyat yang nggak kesulap hidupnya jadi makmur ya?" "Lho apa ada yang tidak bertanggung jawab?" "Banyak toh departemen-departemen bebas nyulapin tanpa perlu bergerak di luaran demi citra departemennya." "Bagaimana kalau menurut Romo Resi?" tanya mereka pada Romo Resi yang duduk bersila sambil manggut-manggut. "Sebagian yang kalian sampaikan ada benarnya juga. Dalam zaman di mana SDM dan bahan mentah berkelimpahan, kontribusi pengetahuan tak terbatas, program pendidikan meningkat jauh, membuat dunia digoncangkan menuju kekacauan..." Romo Resi menghela nafas sejenak, kemudian melanjutkan pandangannya. "Kebencian, perselisihan, perang, ketidakpuasan, kurang percaya diri, bergandengan dengan masalah ekonomi dan dunia industri yang serakah. Sementara orang-orang dari berbagai kelas ekonomi berjuang terus, sehingga kestabilan menjadi tidak mungkin dan kemakmuran menjadi sulit." "Lalu apa yang kurang? Kita kurang sesuatu yang mendasar seperti mata air yang manis, yang hanya dapat datang dari sumber yang tidak dirusak oleh sifat mementingkan diri sendiri, keserakahan, pikiran busuk dan hidup yang jahat. Di mata Allah kita semua adalah orang-orang yang sangat penting, TANPA memandang prestasi atau kekurangan kita." "Kepandaian politik tak dapat menghalau ke titik iri hati, cemburu, dendam, bangga, berprasangka, takut. Di tengah kebencian yang menakutkan sangat perlu bagi setiap orang untuk BERSINAR DENGAN KASIH dan kebaikan, sehingga hari cerah yang damai boleh datang." "Negri kita perlu semangat KASIH, semangat CINTA,  untuk memenangkan perang dan mendapatkan damai sejati. Kalian pasti tahu, siapa Sang Pendamai Sejati itu?" "Jangan bicara agama dulu Romo Resi, agama di Indonesia masih mudah di adu domba, itu artinya apa Romo?" "Banyak yang belum bisa menerapkan di mana letak kebaikannya agama itu!" Semua menundukkan kepala, entah apa yang ada dalam pikirannya? Illustrasi : sulapmagic.com,forumkami.com, grafisosial.wordpress.com

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun