Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dicari Pahlawan yang Bisa Memberi Damai Sejati

10 November 2010   00:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:44 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://3.bp.blogspot.com/_OLk_oOmotBU/Su8a4PtxG4I/AAAAAAAAA8g/Ov5XzyUHYYQ/s1600/Pahlawan+Super+Jalan-jalan+Bareng.jpg

SEBUAH negara memerlukan pahlawan yang mampu memberi semangat untuk berkarya membangun bangsa. Dulu ada pahlawan di negri ini tatkala memperjuangkan kemerdekaan dalam mengusir penjajah. Penjajah yang ingin mengangkat kekayaan bangsa ini untuk dibawa ke negerinya. Kekayaan negri ini dikuras dengan keras tanpa memperdulikan penduduk asli yang menderita, miskin dan mati tanpa jati diri. Ketika penjajah berhasil diusir keluar dari negri ini dengan sederet nama pahlawan yang tercatat dalam buku sejarah sebagai bukti bakti kepada negri ini, lantas apakah masih ada pahlawan yang diperlukan dalam era kemerdekaan ini? Rakyat tentu masih memerlukan pahlawan, bukan sosok pahlawan yang menyandang senjata lengkap dan gagah perkasa layaknya tokoh hero yang mampu menghabisi musuhnya dengan sekali gebrak, melainkan sosok pahlawan yang mampu membela mereka dari hidup yang terlunta-lunta di negri sendiri. Masih banyak rakyat yang walau bebas hidup di negara ini, namun sering dipotong oleh kemiskinan, oleh kurangnya pendidikan, oleh diskriminasi, oleh orang-orang yang kurang peka. Banyak anak cucu pahlawan bangsa ini tidak meniru semangat orangtuanya yang gigih mengusir penjajah demi kemerdekaan untuk mengelola negara sendiri, tetapi justru meminta tanda jasa kepada negara akan kepahlawanan orangtuanya. Kekayaan, kedudukan menjadi tujuannya demi ambisi tanpa perduli lagi cita-cita besar para pahlawan dulu, yakni menciptakan negri adil makmur untuk semua warganya. Ketika mempunyai kedudukan tinggi, gambar para pahlawan hanya sebagai penghias dinding atau bahkan disimpan di gudang, agar bisa punya nyali untuk bekoar. Mereka yang kaya berhak mencibir yang miskin, kelebihan hartanya dipakai sebagai senjata penghinaan. Kekuasaannya bersandiwara sebagai pengayom masyarakat, pengarah, pemandu, penuntun dan predikat senada yang bersifat membantu dan melindungi namun juga bisa melakukan ancaman bila masyarakat itu tidak menuruti kehendaknya.

http://3.bp.blogspot.com/_7bnITXGl480/SvTRSPoYd9I/AAAAAAAAAAs/z-jfo-ZcZKQ/S1600-R/pahlawan.jpg
http://3.bp.blogspot.com/_7bnITXGl480/SvTRSPoYd9I/AAAAAAAAAAs/z-jfo-ZcZKQ/S1600-R/pahlawan.jpg
Dalam era kemerdekaan dan terus melakukan pembangunan di segala bidang ini, masih belum tampak adanya pahlawan yang berani maju melawan para penguras harta kekayaan bangsa ini. Musuh baru para pahlawan sekarang ini adalah para PENYELEWENG, para KORUPTOR. Merekalah yang menguras harta kekayaan negri ini. Dulu mengusir penjajah, sekarang harusnya memberantas para koruptor itu. Mereka yang berani memberantas para koruptor itu jadi pahlawan, karena dengan hilangnya koruptor, pertumbuhan ekonomi bisa lebih cepat. Kalau tidak diambil para koruptor, uang negara ini bisa dimanfaatkan untuk investasi pada bidang-bidang yang menyerap tenaga kerja. Karena korupsi itu menciptakan kesenjangan ekonomi. Koruptor bisa semakin kaya, sementara rakyat semakin miskin, karena tidak bisa korupsi. Perlu dipahami bahwa korupsi itu tidak menyangkut uang saja, bisa menyangkut pendidikan, kebudayaan, ekonomi, jasa, hukum atau teknologi. Karena korupsi adalah suatu tindakan yang melanggar peraturan demi keuntungan diri sendiri.Lihat saja kasus yang lagi hangat di negri ini, pengadilan bisa dipengaruhi oleh uang. Apakah pahlawan sudah habis? Rakyat berhak bertanya,  tentu bukan bermaksud menghakimi, walau punya hak untuk melakukannya. Pahlawan tidak harus memenangkan perang dengan senjata hebat, tetapi pahlawan yang bisa memberi damai sejati melalui usaha untuk saling mengerti satu sama lain. Para pemimpin harus melakukan banyak usaha agar ada pengertian, saling peduli, mengakui perbedaan dan kesalahan, menghormati hak rakyat dan berusaha mencapai kesatuan. Para pemimpin yang ingin menjadi pahlawan harus bisa menjalankan sistem nilai yang benar, agar tidak terjadi korupsi, tidak ada kesenjangan, tidak ada keresahan, membuat pertumbuhan dan pemerataan ekonomi dengan lebih cepat.
http://2.bp.blogspot.com/_gFy43vsmkwU/TBPBeeYnb1I/AAAAAAAAACc/vPiYBnvBhlY/s1600/Hari+Pahlawan.jpg
http://2.bp.blogspot.com/_gFy43vsmkwU/TBPBeeYnb1I/AAAAAAAAACc/vPiYBnvBhlY/s1600/Hari+Pahlawan.jpg
Illustrasi : fotolutu.blogspot.com, mardasemangatlomba.blogspot.com, nakindo.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun