Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Blogger Kompasiana yang Masuk Katagori Terbaik

7 Juni 2015   02:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:19 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terbaik itu belum tentu benar, terbaik juga sangat subjektif karena tidak ada parameter untuk menilainya dalam persoalan ini, Blogger Kompasiana yang masuk kategori terbaik dalam judul di atas hanyalah penilaian seorang pengusaha yang kebetulan bertemu dengan para Kompasianer yang kemarin diundang makan siang di Istana Negara bersama Presiden Jokowi. Beliau biasa dipanggil dengan akun Erizeli Jely Bandaro, saat bertemu dengan saya terlibat pembicaraan yang santai tapi serius, kebetulan beliau duduk pas berhadapan dengan saya. Jadi saya banyak mendengar dan sesekali menanggapi berbagai ceritanya dalam dunia tulis menulis ini. Mari kita simak cerita beliau saya bertemu dengan Kompasianer dan pandangannya terhadap sang Presiden yang mengundannya sebagai Blogger bukan sebagai Kompasianer, walau kami bersama dalam meja makan yang sama. "Sejak tanggal 15 Mey saya kedatangan mitra bisnis dari China yang sedang menjajaki pembangunan Kawasan Industri di Indonesia. Hari hari saya disibukan dengan berbagai kegiatan bersama mitra bisnis saya. Kadang sampai dini hari baru pulang. Marina menyampaikan Via message bahwa tanggal 19 Mey pertemuan dengan Pak Jokowi. Artinya saya harus menyesuaikan diri atas jadwal Presiden. Kami janjian di Plaza Indonesia jam 10.45 untuk sama sama pergi ke Istana Merdeka. Acaranya makan siang bersama Presiden. Ketika sampai di Istana Negara, diruang tunggu semua undangan sudah hadir. Saya bersama Marina yang datang belakangan. Mereka yang diundang makan siang itu adalah para blogger Kompassiana yang masuk katagori terbaik dengan tingkat hit tertinggi. Semua tahu bahwa banyak orang hebat dibidang ekonomi,social , politik, budaya, agama menjadikan Kompassiana sebagai media menyampaikan pemikirannya. Saya merasa kecil ditengah tengah mereka. Apalah saya dibandingkan mereka. Dan juga saya tidak punya akun Kompasiana.

Namun dengan rendah hati mereka mengatakan bahwa sudah mengenal saya lewat tulisan di blog dan Facebook. Dari pembicaraan dengan mereka satu hal yang membuat saya kagum  bahwa mereka bukan saja penulis yang baik dan hebat tapi secara emosional dan spiritual mereka sudah matang. Entah mengapa kami berkumpul dengan latar belakang berbeda namun dapat akrab. Walau kami belum saling mengenal lahir namun secara batin kami seakan sudah lama saling mengenal lewat tulisan didunia maya. Acara makan siang itu ,tidak diliput media massa.Tidak ada protokoler yang ketat. Kami yang diundang tidak ada hubungan politik atau apalah dengan presiden. Bahkan ada diantaranya tidak pernah bertemu dengan Jokowi atau orang terdekat Jokowi. Lantas mengapa kami seakan menjadi pembela Jokowi? Bahkan sebagian para hater menuduh kami penjilat Jokowi, berharap sesuatu dari Jokowi. Tidak ! Kami tidak butuh jabatan karena kami bukan pengangguran. Kami engga butuh uang karena kami bukan orang yang pantas di sedekahi. Kami engga perlu popularitas  karena kami sudah popular. Untuk diketahui bahwa kami hanya menyampaikan kebenaran , bahwa Jokowi itu orang baik dan tentu kita semua wajib membantu orang baik agar berprestasi baik. Inilah hakikat kebenaran sesungguhnya. Itulah yang kami lakukan sehingga selama ini kami menjadi seakan  prajurit cyber yang mengawal seorang Jokowi tampil menjadi RI-1 dan sampai kini tetap konsisten membela Jokowi dari serangan para pembenci ,penghasut dengan berita sesat. Tentu sebagai prajurit kami jadi sasaran tembak dari lawan.  Dari hujatan segala kata buruk yang kami terima tanpa terasa kami terlatih menjadi bijak. Kami sudah kebal dari cacian , makian , dan kami anggap itu sebagai kembang demokrasi. Karena bagaimanapun kadang memberi kesempatan orang marah dengan melampiaskan kekesalan, itu lebih baik secara psikologis dan baik untuk kesehatan mereka. Makan siang dengan Presiden yang dibicarakan seputar : 1. Subsidi yang dicabut. 2. Kebijakan penenggelaman Kapal pencuri ikan. 3. Pembubaran Petral 3. Energy yang terbarukan. 4. Tanda tangan kepres Tunjangan Pejabat Negara. Semua yang publik tidak ketahui selama Ini disampaikannya dengan apa adanya. Ternyata memang beliau berpikir sederhana bahwa kejujuran itu mutlak dan kebaikan itu harus dilakukan apapun resiko nya. Dialog tidak formal. Suasana penuh tawa seakan tidak ada sekat antara beliau sebagai Presiden dengan kami rakyat jelata. Saya menyampaikan pentingnya kemauan dunia usaha untuk berubah dengan adanya kebijakan pemerintah. Dari pertemuan ini saya baru menyadari bahwa saya tidak bertemu dengan seorang Presiden negara dengan 250 juta populasi tapi orang biasa saja yang ingin berbuat dengan cara cara sederhana untuk negeri yang dia cintai. Yang sederhana itulah yang selama periode Presiden sebelumnya dibuat rumit karena agenda kepentingan pribadi dan golongan. Entah kenapa hari Selasa ini hari yang serba kebetulan .Mengapa ? saya bertemu dengan insinyur2 hebat. Makan siang dengan seorang Presiden. Makan malam dengan Riza Pahlefi, Walikota Payakumbuh dan Ridwan Kamil,Walikota Bandung..Dari pertemuan dengan mereka saya mendapatkan kesan yang hampir sama. Bahwa mereka tahu sekali bagaimana harus berbuat. Menguasai detil tekhnis. Mereka sadar bahwa masalah bangsa ini tidak mudah. Terlalu banyak harus dibenahi setelah berpuluh puluh tahun dibiarkan jalan diatas platform politik yang berpihak kepada penguasa dan kroni. Mereka punya langkah stategis ,punya skala prioritas dan langkah terobosan.Untuk itu mereka berani ambil resiko. Mereka generasi first class lulusan universitas terbaik di negeri ini. Mereka menjadi pemimpin setelah mereka selesai dengan dirinya sendiri. Karenanya tak berlebihan bila mereka semua nampak rendah hati. Memahami agama dengan baik dan sikapnya membumi untuk mudah dipahami orang lain. Mereka pendengar yang baik dan sangat cepat memahami setiap persoalan yang ada. Menghargai perbedaan. Suka pada kebaikan darimanapun sumbernya dan menolak komplik yang tidak perlu. Petarung untuk kebenaran dan keadilan. Ya..Kita tidak perlu kawatir akan masa depan bangsa ini. Selalu ada harapan. Apabila Jokowi usai dengan tugasnya dua periode, kita masih punya Ridwan Kamil dimana 10 tahun lagi berusia 53 tahun. Riza Pahlefi berusia 55 tahun.Juga lainnya yang tak kurang hebatnya. Kita akan memilih orang baik baik untuk menjadi pemimpin kita. Siapanpun yang akan memegang tongkat estafet pemimpin nasional,mereka akan menjadi sabaik baiknya takdir kita. Hari ini seakan Allah berdialogh kepada saya menjadi orang penting itu baik namun jauh lebih penting menjadi orang baik.Selasa yang berkah, dipertemukan dengan orang orang baik.Terimakasih Tuhan........." Demikian cerita sahabat Kompasianer yang bertemu di Istana Negara dalam acara yang sama yaitu menghadiri undangan Presiden untuk makan siang di Istana Negara. Beliau berangkat dari Hongkong dengan biaya sendiri. Salam. Artikel sebelumnya :

Catatan Lengkap Kompasianer Diundang Makan Siang Presiden Di Istana Negara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun