Menjadi Presiden Indonesia itu tidak mudah namun semakin tahun semakin banyak yang mengincarnya, tujuan mulianya jelas untuk membangun Bangsa dan Negara sesuai dengan cita-cita yang tertulis dalam UUD 1945 dan Pancasila. Tapi ketika sudah menduduki kekuasaan tertinggi itu, menurut Henry Kissinger, diibaratkan bagai obat perangsang nafsu birahi. Selalu ingin mengulangi ketika kekuasaannya sudah berakhir artinya pengin dipilih kembali. Memang kekuasaan tidak merusak manusia, namun bila orang bodoh berkuasa, mereka akan merusak kekuasaan itu sendiri. Untunglah semua Presiden Indonesia tergolong pintar dan cerdas, selain itu memiliki sense of humor yang cukup, sebab kekuasaan akan sangat berbahaya bila tanpa kehormatan dan tanpa humor. Namun jangan lupa, seluruh pemerintahan tidak lain adalah seni menjadi JUJUR. Apakah Presiden yang pernah kita miliki sudah berlaku jujur?
Salah satu peribahasa Jawa mengatakan "Mikul dhuwur mendhem jero", artinya memperlihatkan jasa orang tua setinggi mungkin dan merahasiakan aibnya serapat mungkin. Oleh sebab itu mari kita berfikir positif terhadap presiden-presiden kita, jangan biarkan kita menindas pikiran sendiri karena itu lebih keji dari semua tirani yang ada. Dalam lingkaran sebuah kekuasaan yang pernah ada di Indonesia sepertinya tidak lepas dari budaya JILATISME demi ABS (Asal Bapak Senang) walau budaya demokratik digembar-gemborkan, toh implementasi budaya KRATON LIFE sepertinya tak mudah hilang begitu saja. Secara hirarkhis bawahan harus patuh, tutup mulut, bilang iya jangan tidak, itulah fakta politik yang terjadi di sini. Mari Berfikir Positif Terhadap Presiden Indonesia Ah apapun teorinya, mari kita berfikir positif saja lah terhadap presiden- presiden kita, sebelum ada yang terhasut dengan fikiran negatif, seperti apa yang dikatakan Malcolm Muggeridge "Power is evil and every thing that belongs to power belongs to the devil." (Kekuasaan adalah jahat, dan segala sesuatu yang dimiliki kekuasaan adalah milik Iblis).
1. Ir. Soekarno
Presiden pertama Republik Indonesia sejak 18 Agustus 1945 - 20 Februari 1967. Jumlah istri yang dinikahi secara resmi : 1. Oetari (1921–1923) 2. Inggit Garnasih (1923–1943) 3. Fatmawati (1943–1956) 4. Hartini (1952–1970) 5. Kartini Manoppo (1959–1968) 6. Ratna Sari Dewi (1962–1970) 7. Haryati (1963–1966) 8. Yurike Sanger (1964–1968) 9. Heldy Djafar (1966–1969) (Sumber Wikipedia) Andaikata zaman Bung Karno ada INTERNET, barangkali Presiden kita ini akan memakai AKUN KLONINGAN, dapat dipastikan nama kloningannya "Srihana", sebab Srihana adalah nama samaran ketika BK berkirim surat dengan Hartini. Pastilah akun Bung Karno banyak fansnya, terutama para cewek, maklum kata-katanya pasti puitis, coba saja baca cuplikan salah satu suratnya pada Yurike Sanger : "Dear darling Yury, Today I cannot come. I’m so busy, that I cannot find time to see you. But I do see you in my heart. Take good care of yourself" Dijamin yang nge-LIKE THIS thread tersebut bejibun, terutama bawahannya!
2. Jendral Besar Soeharto
Presiden Kedua Republik Indonesia sejak 20 Februari 1967 - 21 Mei 1998. Jumlah Wakil Presiden yang pernah mendampingi secara resmi : 1. Sri Sultan Hamengkubuwono IX (1973–1978) 2. Adam Malik (1978–1983) 3. Umar Wirahadikusumah (1983–1988) 4. Sudharmono (1988–1993) 5. Try Sutrisno (1993–1998) 6. B.J. Habibie (1998) (Sumber Wikipedia) Andaikata zaman Soeharto ada Internet, beliau pasti percaya diri dengan nama asli plus terverifikasi resmi. Barangkali saja beliau mendirikan sebuah group di facebook, namanya group ANTI TIONGHOA dan Lee Kuan Yew yang Perdana Menteri Singapura beretnis Tionghoa itu akan dijadikan salah satu adminnya, menemani Liem Sioe Liong sahabat dekatnya pak Harto. Pasti deh groupnya akan ramai, sebab penuh hujatan bernoda SARA dan banyak akun kloningannya, akun kloningan yang dipastikan populer bernama PETRUS, KUDA TULI, PULAU BURU, TANJUNG PRIOK, DOM ACEH, DOM PAPUA dan lain sebagainya dah.
3. Prof. Dr. -Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie
Presiden Ketiga Republik Indonesia sejak 21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999. Tidak memiliki Wakil Presiden. Tetap setia dengan satu istri saja. Walau "gila" teknologi tapi beliau buka tipe pemimpin ambisius, tentu saja BJ Habibie menikmati zaman internet ini, akun twitternya @habibiecenter, akun facebooknya B.J. Habibie dan memiliki setengah juta fans lebih, beliau pernah diisukan MENINGGAL DUNIA oleh penyebar Hoax, padahal sampai artikel ini ditulis beliau masih hidup. Pada masa kepresidenannya, diadakan kebijakan yang cukup radikal, memberi opsi referendum untuk mencapai solusi final atas masalah Timor Timur, dan provinsi Timor Timur (sekarangTimor Leste) yang menjadi bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia akhirnya LEPAS pada 30 Agustus1999 dan mengakibatkan pertanggungjawabannya ditolak MPR. Ada banyak akun di Facebook yang menggunakan nama B.J Habibie, sayangnya malah dijadikan tempat main-main dan pelecehan berbau seksual. Padahal BJ Habibie tergolong Presiden yang tidak diberitakan mempunyai wanita lain alias bersih dari gosip pelecehan wanita. Walau beliau kuat dengan bahasa tubuh dan emosional serta memiliki wacana luas, sering dikatakan mau menangnya sendiri, tidak berarti dengan istrinya beliau selalu menang kok. Karena begitu besar cintanya pada sang istri, Ibu Ainun, takkala meninggal, pak Habibie membuat puisi yang begitu menyentuh.
PUISI PAK BJ. HABIBIE UNTUK IBU AINUN Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu. Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi. Kau tahu, sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang. Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada, aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau di sini. Mereka mengira akulah kekasih yang baik bagimu, sayang, tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik. mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini. Selamat jalan, Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya, kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada. selamat jalan, sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku, selamat jalan, calon bidadari surgaku …. Gandul, 09 Januari 2012
4. Kiai Haji Abdurrahman Wahid
Presiden Keempat Republik Indonesia sejak 20 Oktober 1999–23 Juli 2001. Ia lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil. "Addakhil"berarti "Sang Penakluk". Kata "Addakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama "Wahid", dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. "Gus" adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiai yang berati "abang" atau "mas". Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa. Abdurrahman Wahid mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri Kesultanan Demak. Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari Putri Campa, puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V. Tan Kim Han sendiri kemudian berdasarkan penelitian seorang peneliti Perancis, Louis-Charles Damais diidentifikasikan sebagai Syekh Abdul Qodir Al-Shini yang diketemukan makamnya di Trowulan. (Sumber Wikipedia). Dengan demikian Gus Dur itu termasuk She Tan. Buktinya, Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi hari libur nasional, larangan penggunaan huruf Tionghoa dicabut, Konghucu diakui sebagai agama. Maka tak heran, di facebooknya pak Harto seperti cerita di atas, Gus Dur selalu dituduh punya akun kloningan terbanyak, sebab suka membela thread-thread yang mendiskreditkan Tionghoa di group ANTI TIONGHOA itu. Dengan alasan Pluralisme dan Multikulturalisme adalah KEMUSYRIKAN baru maka MUI menolak gelar beliau sebagai BAPAK PLURALISME yang diberikan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono itu (2010).