Akhir-akhir ini berita tentang SBY yang menerima penghargaan World Statesman Award dari organisasi Appeal of Conscience Foundation (ACF) pada Kamis (30/5/2013) waktu setempat atau Jumat pagi WIB, di Garden Foyer, Hotel The Pierre, New York, Amerika Serikat, menjadi kontroversi yang cukup seru di berbagai media, yang menjadi pertanyaan pantaskah SBY menerima penghargaan itu? Indonesia layak berbangga mempunyai PANCASILA dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, yang terbuka lebar menerima masuknya semua agama, baik yang konvensional atau tradisional, juga aliran kebatinan dan berbagi ISME yang ada. Apakah Pancasila itu sekedar wacana dan gerakan pluralisme yang mampu membuka lembaran baru bagi hubungan antar umat di negara ini? Kita memang tidak bisa menolak proses globalisasi di pelbagai aspek kehidupan secara alamiah dan persaingan serta kompetisi pun tak terhindarkan lagi. Kita pun harus membuka kesadaran diri bahwa salah satu dampak globalisasi yang tak bisa dihindari adalah HETEROGENITAS dan PLURALITAS kehidupan keagamaan manusianya. Manusia beragama HARUS BISA menyadari akan pentingnya KERJASAMA untuk menghadapi dan memecahkan banyak masalah demi mewujudkan kemakmuran, serta kebutuhan mutlak umat manusia akan kedamaian, ketenangan, kesejahteraan, kesatuan dan persatuan. Dengan kesadaran ini, mestinya rakyat Indonesia mampu mempertahankan keyakinannya masing-masing, juga mampu menghormati kepercayaan yang dianut orang lain.
Semua agama memberi petunjuk bagaimana moral dijalankan. Semua agama menjadi sumber moralitas hukum. Semua tindakan moral akhirnya kembali ke agama sebagai sanksi terakhir. Agama memang memiliki sumber rohani yang sangat besar. Agama pun dimanfaatkan sebagai jembatan segala program yang dilancarkan. Agama memang bisa menjadi jalan yang paling pendek dan mulus ditempuh untuk usaha-usaha politik. Secara umum manusia bisa dikatakan sebagai HOMO RELIGIOUS, mahkluk agamis, makanya sejarah manusia adalah sejarah agama, yang mengajarkan pengetahuan yang lebih benar dan cinta yang lebih mendalam kepada apa yang dipercayai sebagai Tuhan.
Budaya Pluralis Sejak semula Indonesia sudah mewarisi kehidupan pluralisme agama, jadi sudah terbiasa dengan dialog-dialog keagamaan, bahkan menjadi budaya tersendiri dalam kehidupan masyarakat, menurut situasi dan kondisi setempat. Bahkan agama sudah menjadi tulang punggung bagi persatuan dan kesatuan, dan menjadi kunci sejarah, sumber kebudayaan, dasar kemajuan masyarakat, inspirasi keilmuan dan keindahan yang tidak pernah lepas dari kehidupan umatnya. Manusia Indonesia menjadi manusia berbudaya yang berada dalam terang cahaya iman. Agama tak bisa lepas dari detak kehidupan manusia Indonesia, bahkan di atas segala-galanya! Kurang lebih ada 6 agama besar dunia yang masuk ke negeri ini, masing-masing memiliki penganut yang potensial secara kualitatif maupun kuantitatif. Dan penganut Islam Indonesia yang paling besar jumlahnya, dari seluruh populasi umat Islam dunia, Indonesia bahkan dibilang paling banyak.
Toleransi Umat Islam Dalam sambutannya, Rabbi Schneir mengungkapkan alasan di balik terpilihnya Presiden SBY sebagai penerima World Statesman Award tahun 2013. Menurutnya, SBY sebagai presiden dari negara dengan warga Muslim terbesar telah berupaya mewujudkan perdamaian dan mengembangkan Indonesia menjadi negara demokrasi. Selain itu SBY juga dinilai konsisten melawan ekstremisme. Memang Indonesia terbesar umat yang menganut agama Islam dan sudah menjadi fakta umat Islam di sini memang penuh toleransi dibandingkan dengan yang intoleran. Kalau umat Islam di Indonesia tidak toleran, tentu akan terjadi peristiwa berdarah dimana-mana, kaum minoritas akan dihabisi sampai ke akar-akarnya, dan Indonesia akan menjadi negara yang penduduknya semua beragama Islam, entah Islam aliran apa, yang penting ISLAM. Bagaimana kalau umat minoritas melakukan perlawanan habis-habisan? Mungkin dengan prinsip TIJI TIBEH MATI SIJI MATI KABEH, perang bubat pun meletus dimana-mana, kalau perlu umat minoritas akan minta bantuan kepada MAS WAHYUDI dan KAPTEN AMERICA! Umat Islam pun tak mau kalah, minta bantuan juga kepada Militan Afghanistan dan Palestina atau negara-negara Islam lainnya, DUAAAAAR!! Perang besar meletup, perang dunia ke tiga dimulai dari Indonesia, akhirnya SENJATA KIMIA pun dikeluarkan, tak digubris lagi segala seruan damai, semua saling bunuh, BENCANA NUH kembali terjadi dengan lebih modern bukan dengan bencana alam tapi bencana yang diciptakan oleh manusia sendiri. Semua mati menghirup udara beracun, lalu siapa yang tersisa? Kita tunggu saja kalau ada yang mau membuat filmnya!
SBY Melupakan Komitmen? Sejatinya Indonesia sudah mewarisi kehidupan pluralisme agama dan sangat terbiasa dengan dialog-dialog keagamaan. Dialog dalam kehidupan masyarakat adalah budaya tersendiri menurut corak, situasi, dan kondisi serta perjalanan waktu yang layak dicatat. Apakah di era pemerintahan SBY sudah melupakan komitmen pemerintah sebelumnya atas kepentingan menciptakan kehidupan agama yang harmonis itu? Apakah pemerintah sudah kehabisan amunisi potensi dalam menjaga hubungan dialogis, bersahabat, saling percaya, dan saling memerlukan yang sudah diatur oleh UUD 1945, dan dikukuhkan oleh nilai dasar negara yaitu PANCASILA?
Dimanakah Badan Konsultasi Antar Umat Beragama yang dulu ada? Dimanakah Institute Inter-Faith Dialogie in Indonesia yang pernah ada? Dimanakah Forum Dialog Antar Umat Beragama Indonesia yang dulu ada? Dimanakah Forum Persaudaraan Antar Umat Beriman yang pernah ada? Dimanakah Wadah Musyawarah Antar Umat Beragama yang dulu ada? Dimanakah Lembaga Pengkajian Kerukunan Umat Beragama yang pernah berdiri? Apa yang dilakukan MUI, PGI, KWI, PHDI, WALUBI, tatkala di negeri ini terjadi pertikaian antar agama? Bukankah yang di belakang badan, lembaga, organisasi itu adalah orang-orang yang penuh keyakinan dan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap kebenaran dan keluhuran agamanya masing-masing? Apakah mereka orang yang sudah tidak yakin dengan kebenaran ajaran agama yang dipeluknya, jadi melakukan pembiaran tanpa memberi masukan kepada Kepala Negara bila terjadi peristiwa pertikaian antar agama? Ataukah SBY sudah menerima masukan namun membiarkan saja karena keberpihakan pada salah satu agama? Bukan pada hukum yang berlaku? Kebaktian Bagimu Negeri Ketika saya berada di Jakarta, salah seorang Kompasianer mengajak saya untuk ikut menghadiri acara 2 mingguan yang sering diadakan di depan Istana Negara yaitu Kebaktian Bagimu Negeri, yang diadakan oleh umat beragama yang diperlakukan dengan tidak adil di negeri ini, antara lain umat dari GKI Yasmin, HKBP Filadelfia, umat Syiah dari Sampang Madura, umat Islam dari Aceh, dan beberapa organisasi yang perduli dengan segala ketidakadilan di negeri ini. Ada beberapa kotbah yang menarik tentang TEMPAT IBADAH, bahwa tempat ibadah itu sejatinya ada dalam hati setiap insan, bukan dalam bentuk bangunan. Namun seberapa jauh umat beragama mau memahami hal demikian? Bukankah umat beragama sekarang sepertinya berlomba-lomba memperindah tempat ibadahnya? Memperbanyak tempat ibadahnya? Apakah tempat ibadah ini menjadi syarat penting untuk menyembah Allah Yang Maha Esa? "Penghargaan ini adalah pengakuan atas kesuksesan SBY di kancah internasional dalam mendorong kehidupan berdampingan secara damai dan memajukan hak asasi manusia, kebebasan beragama, dan kerjasama antaragama, yang menjadi sasaran dari Appeal of Conscience Foundation," kata pendiri ACF tersebut. Ya SBY memang SUKSES mengelola kehidupan beragama di Indonesia ini dengan damai, bahkan SBY tak mengusir ketika depan Istananya dijadikan KEBAKTIAN BAGIMU NEGERI oleh umat beragama yang digusur tempat ibadahnya setiap saat.
Barangkali ini menjadi POINT PENTING penilaian sang Rabi Yahudi, walau Yahudi dibenci sebagian besar umat di sini, namun berbaik hati memberikan penghargaan kepada Presidennya. Umat Islam terbesar di Indonesia tidak mendemonya, artinya memang mendukung SBY untuk menerima penghargaan tersebut? Rabbi Schneir mengakui, bahwa pemberian penghargaan World Statesman diberikan untuk suatu upaya yang belum selesai. Oleh karenanya, ia berharap penghargaan ini dapat mendorong Presiden SBY untuk menjamin dan melindungi hak warga Indonesia dalam menjalankan agamanya masing-masing. Bukankah SBY sudah MENJAMIN dan MELINDUNGI umat beragama yang digusur tempat ibadahnya untuk melakukan kebaktian setiap saat di depan istananya? Bahkan dijaga oleh aparat keamanan biar mereka yang beribadah lebih tenang. Dengan demikian bagi umat yang tidak memiliki tempat ibadah atau digusur dengan berbagai alasan, di depan Istana Negara lah tempat ibadah paling nyaman dan aman lho, bahkan boleh diselingi ORASI menentang SBY dengan alat pengeras. Jagalah kebersihan! Itulah yang perlu diingatkan oleh mereka yang menghadiri kebaktian tersebut, jangan menginjak rumput sembarangan, kecuali aparat yang berjaga-jaga. Jangan membuang sampah sembarangan, ingat Anda beribadah di depan Istana Negara tempat SBY yang suci dan mulia memerintah Indonesia. Buktikan kalau KEBERSIHAN SEBAGIAN DARI IMAN! Jangan-jangan Rabbi Schneir ini memberi PENGHARGAAN kepada SBY ini sebagai PENGHINAAN kepada SBY? Karena pak SBY orang Jawa, maka sang Rabbi menggunakan jurus Jawa yaitu PASEMON! Rabbi Schneir mengakui, bahwa pemberian penghargaan World Statesman diberikan untuk suatu upaya yang belum selesai. Atas nama agama manusia bersatu Atas nama agama manusia bersaudara Atas nama agama manusia pun bertengkar dan berseteru. Pulang dari kebaktian itu ada tanya yang tertinggal di hatiku Kusimpan di puncak Monas yang berkilau emas Perbedaan Mengapa harus disingkirkan? Perbedaan Mengapa harus dimusnahkan? SEKIAN
Illustrasi : 1. nasional.kompas.com 2. www.sindonews.com 3. hamamburhanuddin.wordpress.com 4.gereja.tumblr.com 5. banten.kemenag.go.id 6. edypekalongan.blogspot.com, 7. Koleksi pribadi. 8. www.kopimaya.com 9. www.acicis.murdoch.edu.au
Lihat Politik Selengkapnya