Apakah menjadi Kompasianer Terfavorite itu ada KARMA yang akan menimpanya? Saya sering bertanya seperti itu dalam hati, tentu saja karma di sini bisa positif atau negatif tergantung dari sudut pandang mana kita menilainya. Mari kita mengingat jejak para Kompasianer Terfavorite yang pernah terpilih, pada tahun 2010 Kompasianer Andy Syoekri Amal bergabung 21 July 2009 dengan jumlah artikel 452, beliau biasa dipanggil Bang Asa, setelah menang malah CURHAT dengan mengatakan "Sebagai Kompasianer Terpopuler, saya bangga sekaligus risi!" Kenapa bisa bisa begitu? Bukankah kemenangan Bang Asa ini disambut gegap gempita, sampai beliau sibuk membalas ucapan selamat dari berbagai penjuru dunia, bahkan harian lokal Tribun Timur memberitakan dengan judul“Warga Palopo Meraih Kompasiana Award 2010″ sedangkan Palopo Pos memberitakan, “Blogger Palopo Raih Kompasiana Award 2010″.
Walau Bang Asa tidak hadir dan diwakilkan sahabatnya, piagam dan hadiah sudah diterimanya dengan selamat. Steelah kemenangan itu berlalu, KARMA pun mulai menggoyang, Bang Asa malah menghilang dari Kompasiana, jarang sekali menulis, memang kadang ada satu dua komentar di lapak sahabatnya, atau sebagai silent reader saja, yang pada akhirnya MENGHILANG dari peredaran. Konon Bang Asa sibuk di komunitas yang dibentuknya di jejaring sosial dan sepertinya melupakan Kompasiana yang telah membesarkan namanya di DUMAY ini. Apakah hadiahnya cukup besar sehingga beliau keasyikkan mengembangkan "bisnis" online-nya? Kemudian Kompasianer Terfavorite 2011 diraih Babeh Helmi, beliau termasuk bangkotan di Kompasiana, bergabung 14 November 2009 dan cukup dengan 73 artikel saja mampu menuju ke kursi Terfavorite. Babeh Helmi ini termasuk irit dalam menelurkan tulisannya, setelah menang juga jarang nongol, tahun 2012 sampai bulan ini hanya menulis 7 artikel HL 1, apakah Babeh Helmi juga menikmati hadiahnya untuk pensiun menulis di Kompasiana?
Babeh Helmi memang low profile dan mudah akrab dengan siapa saja, tengok aktivitasnya, walau jarang nulis KOPDAR jalan terus. Maka jangan heran setiap ada kopdar di Jakarta atau Komunitas yang ada di Kompasiana, beliau selalu muncul fotonya, ampe bikin heran ibu-ibu yang hafal beliau, "Itu Babeh Helmi kok kayak TUYUL, selalu ada dimana-mana," begitu kata mereka. Rekam jejak di atas bisa menjadi indikator bahwa untuk menjadi Kompasianer Terfavorite tidak ditentukan dengan banyaknya artikel saja, pasti banyak pertimbangan yang Admin tentukan untuk menetapkan bisa masuk menjadi kandidat calon terfavorite. Lalu siapa calon Kompasianer Terfavorite 2012 nanti? Perhitungan VOTE sementara Aulia Gurdi berada di urutan teratas, apa rahasianya?
TERNYATA Aulia Gurdi diboncengin mbak Yayat naik moto GP!
Ya jelas saja selalu di depan, sementara Tante Paku yang membayangi jauh di belakang cuma diboncengin Indro Warkop, walau naik Harley Davidson, tapi Bang Indro sudah tua, gemuk lagi, dikit-dikit minta berhenti buat minum atau makan ke Warteg, bagaimana bisa nyusul?
Di belakang Tante Paku ada Bidan Care, walau sudah punya tim sukses Bunda Siti Swandari yang potensial itu, tidak mampu menyusulnya, tertinggal di belakang, padahal sudah naik AMBULANCE lho. Sirinenya yang meraung-raung cukup membukakan jalan, tapi sayang Bidan Care selalu minta berhenti bila ada objek foto yang menarik, sama Bunda Siti malah jeprat-jepret bergantian. "Nanti di posting untuk Kampretos!" Teriaknya sama Bunda Siti yang lagi bergaya kayak ABG itu. Setelah selesai motret Ambulance-nya tancap gas lagi.
Bagaimana dengan Kong Ragile? Walau sudah punya tim sukses yang terkenal sebagai PENULIS HARAM JADAH, Herry Fk yang tampan dan mempesona penghuni Ragunan, dan sudah bekerja keras mencari dukungan, nyatanya sama yang suka ON AIR saja ketinggalan, apa sebabnya? Ternyata Kong Ragile tidak memberikan pengarahan, malah keasyikan ngurusin Abu Jahal, barangkali si Engkong naksir berat sama Gundik Arab sampai melupakan tugas wajibnya. Bagaimana dengan Indri Hapsari? Tim sukses beliau memang juga dari kalangan akademis,Kompasianer Choiron. Apa yang sudah dilakukan? Macacih sama Kong Ragile yang lagi asyik main-main dengan Gundik Arab dan Abu Jahal saja kok bisa sampai ketinggalan? Rupanya Indri Hapsari sibuk kejar setoran, paling tidak sehari bisa tiga kali posting di Kompasiana sampai lupa mengajak para mahasiswanya buat ngasih VOTE, itulah kesalahannya. Sementara si Choiron, walau sudah berkampanye, toh tak bisa mendulang suara banyak, ternyata si Choiron asyik PACARAN sama Darsem dan bersaing dengan Arke, tugas utamanya mengajar dan mengajak sudah lupa, yaah ketinggalan dah.
Apa perlu beliau suruh tanya pada rumput yang bergoyang?
Dan Kompasianer Katedra Rajawen, yang pernah memperoleh hadiah sebagai KOMPASIANER TERAKTIF ini ternyata MASUK LAGI jadi nominasi Kompasianer Terfavorite 2012, tahun 2011 kemarin juga masuk menjadi nominator, tapi buru-buru LEMPAR HANDUK sebelum acara berakhir tuh. Apakah tahun ini, setelah melihat Aulia Gurdi yang di depan akan LEMPAR CANCUT? Kita tunggu saja pengakuannya. Ira Oemar lagi sibuk ber-REFLEKSI setahun di Kompasiana, sampai lupa minta bantuan KPK untuk nge-VOTE dirinya, jadi ya tertinggal. Tapi siapa tahu, setelah membaca ini akan bergerak mencari celah buat menggenjot suaranya dengan membentuk tim yang solid dengan slogan SAVE IRA OEMAR SAVE KOMPASIANA.
Dan Marlistya Citraningrum, juga sibuk ngelonin boneka beruangnya, sampai lupa ngontak Cherry Belle buat ngasih VOTE dirinya. Tapi siapa tahu, saat-saat terakhir nanti beliau bergerak dengan cepat menyusul yang lainnya, minta bantuan para JOMBLOLER buat mendongkrak suaranya, semoga demikian.