Para tokoh agama selalu mengajarkan adanya sorga dan neraka sebagai tujuan akhir setelah kematian, tentu saja dengan berpuluh ayat untuk menguatkan ajaran tersebut. Kalau melihat kekudusan Tuhan, mestinya tidak ada manusia yang bisa masuk sorga, sebab mana ada orang YANG SEMPURNA di dunia ini? Sebab semua orang adalah campuran BAIK dan JAHAT, tanpa perlu pemikiran lebih dalam, deskripsi tersebut sangat cocok dengan fakta alamiahnya. Tentu saja masih banyak tokoh agama yang akan menuangkan doktrin bahwa BAIK dan JAHAT dalam kehidupan manusia akan ditimbang untuk menentukan tujuah akhirnya, sorga atau neraka. Namun ada juga yang mengatakan bahwa semua itu ANUGERAH TUHAN, bukan pertimbangan mana yang banyak antara perbuatan baiknya dan jahatnya. Ada juga yang kebingungan, ketidakpastian akan kontradiksi-kontradiksi dalam setiap ajaran agama satu dan lainnya, membuatnya tidak perduli dengan itu semua, yang penting kekaburan moralitas bisa dijelaskan ke dalam kategori moral.
Pada dasarnya manusia tidak mampu menjadi baik sepenuhnya dan jahat sepenuhnya, tidak mungkin menjadi jahat seterusnya dan baik selalu, dan moralitas adalah cermin hitam putih untuk mengupayakan kompromi yang akan menentukan sisi mana yang akan kalah dan mana yang akan menang. Karena alam tidak secara otomatis menjamin keamanan, sukses dan kelangsungan hidup manusia, begitu juga Agama tidak secara serta merta MENJAMIN umatnya masuk sorga semua, namun lebih bersifat DOKTRIN SPEKULASI yang memang harus diajarkan agar menjadi pengakuan psikologis yang rasional. Bagaimana kalau ternyata semua orang HARUS melewati NERAKA terlebih dahulu sebelum melangkah menuju ke halaman sorga yang penuh keindahan itu? Apakah akan ada seleksi ketat di pintu masuknya dari para malaikat demi kebaikan umat manusia? Ada yang mengajarkan semua orang harus melewati API PENSUCIAN sebelum benar-benar layak menghadapNya, yang memberi nyawa semua mahluk itu. Dan semua orang harus melewatinya, tidak perduli umat beragama atau tidak beragama, sebab AGAMA memang hanya ada di bumi ini, belum terbukti eksistensinya di alam lain bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H