Sebenarnya banyak tulisan-tulisan di Kompasiana ini di COPAS ke blog pribadi seseorang dengan tanpa menyebutkan sumbernya, apalagi penulisnya, rasanya hal ini sudah menjadi trend dan diamini sang pengCOPAS sebagai hal yang biasa dengan berbagai alasan yang seolah-olah kebenaran. Blogger dengan tipikal seperti itu lebih pantas kalau disebut sebagai PENCURI KEBAJIKAN. Mencuri diam-diam atau terus terang tanpa menghargai sang penulisnya demi mencari popularitas pribadi atau untuk mencari uang. Sang Blogger demikian ini tidak akan menjadi besar selain besar sebagai PENCURI saja. Sudah sering HL yang masuk Kompasiana digugat oleh Kompasianer lain sebagai hasil COPAS dengan berbagai bukti yang tak terbantahkan lagi, bahkan ada yang mengatakan semua tulisan HL 80-an% adalah hasil COPAS, dan pro kontra pun terus berlanjut menyikapi hal ini entah sampai kapan? Sebenarnya, yang paling mendekati kebenaran adalah bukan COPAS TOTAL tapi banyak yang menggunakan jurus KUTISANI alias KUTIP SANA SINI, itulah yang sering terjadi, cuma ada yang menyebutkan sumber kutipannya, ada yang kelupaan, atau memang melupakan diri, toh semua bisa DIVERIFIKASI kalau memang perduli, jangan lupa kirimkan fotocopy KTP biar tambah meyakinkan Admin, perduli setan KTP-nya nenek moyang! Mari kita lanjutkan kembali perjalanan para peserta FFK 2011 yang saling isi mengisi dalam sebuah MOZAIK cerita dengan jurus KUTISANI semua pun terjalin terangkai dalam bingkai yang narsis habis! Tersebutlah, Dua Sejoli Merah, Haz R-Alg dan Sari Novita mempersiapkan Naskah Bunuh Diri untuk Sebuah Monolog Ning. Semua naskah itu akan di simpan oleh Wongky Tongky dan Tria Nin ke dalam Liang Mesin Waktu Sunya. Arya Ningtyas beserta Ge Siahaya memanggil Vini dan Astuti, "Dimana Trio Kwek Kwek Ge, Ria dan Indah berada?" "Mereka lagi berlatih teater Ode Buat Korban Bencana dan membacakan Puisi Sang Penantang," jawab Agung Hariadi dan Youly Chang hampir berbareng. Di lain tempat Ahkmad Sekhu dan Alliya Hanafie memainkan kasidah Hikayat Petarung Cinta untuk mengiringi Kisah Cinta Tabu Yang Mengharu Biru dari Duet SEHATI Fitrie Yenti dan Katedra Rajawen. Duet LINTANG Thamrin Dahlan dan Yemima Lintang Khastiti asyik bergantian membaca puisi Jakarta Ya Jakarta : Jakarta Ya Jakarta AdaTitan Amaliani dan Indriatami Suwardi bagaikan Perempuan dan Malam. Ada Selsa Rengganis dan Adrian Kelana Yang memadu cinta di Dermaga Rindu. "Beri Aku Garansi, Ku Tak Mau Menjanda Ke tiga Kali," teriak Triansyah PJ dan Ningwang dengan LEBAY-nya. Mus Guide-in Aceh dan Ani Ramadhani menyahut,"Tsunami Cinta di Negeri Sakura." "Ah Bulan Di Atap Rumah," kataVenus atawa Sofi’atun sambil memandang mesra Katedra Rajawen. "Cinta Ini Memang Terlarang, tapi mereka tetap melakukannya," bisik Nova Agung Budiono pada teman duetnya Devi Djunarsih. "Ah biarin saja, semoga mereka tahu fungsinya Ranjang, Meja dan Kursi, Maaf lho." sahut Ina Sitepu yang berada di sebelahnya Mohammad Irfan Ramly. Ni Nengah Suastini dan Iin R. Landa mengaku sebagai duet Dejavu, Erri Subakti dan Lolo Sianipar mengatakan sebagai pasangan duet Jalan Tak Ada Ujung . Melihat pasangan duet itu, Ramdhani Nur dan Herlya Annisa serta Santy Novaria mengatakan,"Aku di Antara Karma dan Sesal." "Ah kalian pasti akan sampai pada Akhir Sebuah Penantian," jawab Inge dan Fajar menganggukan kepala sebagai tanda persetujuannya dengan kalimat yang dilontarkan pasangannya itu. "Halah dasar Tembang Cinta Janda Kembang," ungkapan Ragil Koentjorojati dan LH sangat mencerminkan jati dirinya sebagai pasangan duet Psikopat yang sebenarnya. Melihat itu, Gusti Putra dan Lily oktavia Kai menyahut, "Sorry Lin, Aku Lupa." "Walau ada Pisau Untuk Jayeng," kata Winda dan Edu Krisnadefa tetap menghadapi, "Sebab kami adalah duet Biar Badai Menerjang kami Kokoh Bagai Karang." "Sah saja, kayak Diandra," Halim Malik , Deddy Rachmawan ,Lisa Meri T ,Tonny Mondong menimpalinya berbarengan, maklum mereka berempat memang lagi menggemari Diandra. Acik, Pak Astoko ,Yusep H yang tergabung dalam Trio Manis masih asyik menikmati Elegi Cinta untuk Arin. Sementara itu,Bahagya Arby dan Mariska Lubis menjelaskan Arti Sebuah Perkawinan sebagai akhir dari perjalanan sebuah cinta. "Satu Detik Yang Berarti." kata Syam Petani dan Ginanjar aka Gibb mengomentari penjelasan itu. Dan Rizal falih serta Yuliani masih tetap kagak bisa nahan untuk melipat-lipat Kertas Puisi dalam sebuah Rumah Kecil Berpagar Bambu Putih desain dari Budi Susilo dengan asistennya Diana Dhamayanti dan Yusep hendarsyah. Pada kemungkinan yang lain tampaklah Hana Sisworini dan Fathoni Arif menyelidiki Lika Liku Hati, "Sebagai Kata Titipan Ayah," ungkap Eka Siswanto Pratama yang ditemani Tery . "Hey Jude!" teriak Granito Ibrahim memanggil Inge Ngocol sebagai ungkapan hasrat yang tak terbendungnya. "Hasrat merekasebenarnya jauh sejauh Antara Jakarta-Hongkong," kata Fera Nuraini yang diamini Katedra. "Ah Granito sama Inge itu tengah membuat Sensasiku Sensasi Durian," teriak Indri Permatasir dan Indra Yudhistira menyahutnya dengan tawa panjang. "Ssst diam! Fikri Takut Sholat Jum'at, sebab kalian berisik." hardik Hadi Samsul dan Winda Krisnadefa yang berada di sampingnya diam saja, maklum terpengaruh sensasi durian sih. Banyak yang tidak tahu kalau Endah Raharjo dan Rusdianto tengah mendiskusikan Dari Hasrat Hingga Main Perempuan diam-diam, sebab Ketika Cinta Menjadi Tubuh, tentu Fajar dan Theresia N Hapsari mensyukurinya.Sungguh tidak disangka, ketika asyik membicarakan cinta, Mimin Mumet dan Syariful Alam malah mengatakan, " Angka 13 = Kematian." Raffa Muhammad dan fatwaningrum tibat-tiba menampakkan Getir Senyum Sang Penyamun, sambil menikmati Wayang Selangkangan yang dimainkan dengan indah oleh Pungky dan Topan Di tempat yang agak remang Roni Syaroni dan Daveena terlibat French Kiss Yang Mematikan, Pada Suatu Sore Yang Basah Dan Dingin disaksikan Deasy dan Erick yang saling meremas tangan, tak kuat menahan getaran. (Bersambung)
Karya Copas di Ajang FFK 2011 Bagian 1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H