Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dalam Iman Pelacur Itu Menemukan Imam

31 Januari 2011   00:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:02 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seringkali manusia membenci orang yang tidak sesuai dengan keinginannya, keinginan untuk berbuat baik seperti yang ada dalam kepalanya. Padahal seringkali keinginan itu hanya sekedar keinginan tanpa tindakan untuk menunjukkan nilai-nilai kebaikan itu sendiri. Kenyataannya banyak ORANG-ORANG BAIK memilih tidak berbuat apa-apa dan itu merupakan satu-satunya yang disukai Iblis karena kemenangannya bila orang-orang baik itu tidak berbuat apa-apa! Kita boleh membenci DOSA, tetapi kita tidak benar kalau membenci seorang pendosa. Salah satu kebijaksanaan adalah bila kita bisa mengenali yang buruk dan melakukan yang baik, karena TUHAN tidak memanggil kita untuk menjadi orang yang sukses tetapi memanggil kita untuk menjadi orang yang PERCAYA. Percaya akan keberadaan-Nya yang menciptakan seluruh kehidupan ini. IMAN percaya itu tidak mudah seperti diucapkan, tapi kita selalu mengatakannya dengan mudah. Apakah seorang pelacur tidak mempunyai IMAN karena dia hanyalah seorang pelacur? Dalam IMAN Pelacur Itu Menemukan IMAM Ia perempuan cantik Kembang wangi para lelaki Setiap hari mereka menciumi Menggumuli najis tanpa henti Ia perempuan harum Menyusuri malam dalam remang Menyebar nikmat berbungkus laknat Sambil menghitung-hitung dalam luka Ia perempuan dalam kembara sepi Mengumpulkan luka-luka pribadi Dalam bayang-bayang misteri Hidup yang tidak pasti Ketika datang Terang Singgahi undangan sang farisi Yang selalu meludahi dengan dengki Ia tak perduli karena ada hati Buli-buli pualam berisi minyak wangi Ia tumpahkan pada Kaki Menciumi Sang Kaki Air matanya mengalir membasahi Rambutnya terurai menyekaNya Tidak ada IMAN yang memahami Sang IMAM pun mengampuni Perempuan itu lahir kembali Luka telah mekar jadi bunga Sepi telah mencair jadi cinta Segala yang tak terduga terjelma Ia pergi dengan suka cita. 260809. Illustrasi : Foto koleksi Jap Gwan Siu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun