Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Wanita Semakin Tak Berdaya

20 Desember 2010   11:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:34 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://1.bp.blogspot.com/_smbPsbTkn_g/TNwaQYL-Q4I/AAAAAAAAAEc/GzM2WmDBK04/s1600/ibu.jpg

SETIAP orang dalam memandang wanita memang berbeda. Tapi pada dasarnya SEX -APPEAL yang terbaik adalah PRIBADINYA. Kemampuan pribadinya yang mampu berbuat atau menarik diri orang. Dan yang penting dasar utamanya ia harus BERSERI alias bersih rapi sehat. Baru menyusul gerakan-gerakan atau cara bicara dan lain-lainnya deh. Berat memang untuk jadi wanita yang bisa tampil selalu menarik di depan suami. Apalagi suami macam Arjuna, yang mendekati sempurna sebagai sosok pria idaman wanita. Untunglah tujuh wayang istri Arjuna bisa saling mengerti dan memaklumi sifat suami mereka. Begitulah risiko menjadi suami wayang terkenal, tidak bisa tidak harus "ikhlas" DIMADU. PADAHAL, di dunia ini jarang ada wanita yang LEGA LILA LAHIR BATHIN mau dimadu! Perasaan cemburu, iri hati makin terasakan di hati Srikandi. Lebih-lebih ia belum mempunyai keturunan, sementara hampir semua istri sah Arjuna sudah mempunyai MOMONGAN. Untunglah rasa cemburu itu selalu dialihkan dalam kegiatan-kegiatan yang banyak  menyita hari-harinya. Srikandi aktif ikut SENAM BL, aktif mengurus organisasi PANAHAN, aktif nge-BLOG di  Kompasiana.com, aktif juga PESBUKAN dengan teman-teman dunia maya yang tergabung dalam club HAWA HAWA. Juga ikut arisan di berbagai kumpulan ibu-ibu dari bermacam organisasi kewanitaan lainnya. Padahal Srikandi juga mempunyai bisnis SALON yang cukup laris.

http://1.bp.blogspot.com/_smbPsbTkn_g/TNwaQYL-Q4I/AAAAAAAAAEc/GzM2WmDBK04/s1600/ibu.jpg
http://1.bp.blogspot.com/_smbPsbTkn_g/TNwaQYL-Q4I/AAAAAAAAAEc/GzM2WmDBK04/s1600/ibu.jpg
Toh hati kecilnya sebenarnya merindukan ketenangan bersanding di samping suaminya. Namun harapan itu sulit diwujudkan, sebab suaminya selalu sibuk dengan acara-acara yang padat. "Mbakyu Srikandi hari ini kok nggak latihan senam?" Tanya Dewi Ulupi di beranda gedung induk tempat keluarga Arjuna berkumpul. "Males ah," jawab Srikandi yang duduk di kursi malas sembari memainkan HP-nya berchatting-ria. Dewi Ulupi tak bertanya lagi. Ia meneruskan membaca majalah wanita kesukaannya. Melihat Srikandi lagi suntuk, ia takut kalau banyak bertanya malah membuatnya marah. "Rayi Ulupi," tiba-tiba Srikandi berkata lirih. Dewi Ulupi sontak memandangnya. "Betapa bahagianya perempuan yang mempunyai suami yang setia," lanjutnya. "Lho bukankah suami kita sangat sayang kepada semua istrinya? Jawab Ulupi sambil meletakkan majalahnya. "Syukurlah kalau Rayi sudah merasa bahagia dengan kangmas Arjuna," ujar Srikandi menghela nafas panjang. "Apakah mbakyu Srikandi merasa kurang bahagia?" Dewi Ulupi mengernyitkan kening. "Saya cukup berbahagia bahwa kangmas Arjuna mempunyai istri seperti Rayi Ulupi, tidak seperti saya yang......" "Aah mbakyu Srikandi jangan berprasangka begitu,"potong Ulupi. "Saya juga merasa bangga pada kangmas Arjuna yang bisa memilih mbakyu sebagai istrinya. Lelaki mana sih yang nggak bangga beristrikan perempuan yang cerdas, aktif dan gesit?" Srikandi tersenyum datar.
http://notlikeitmatters.files.wordpress.com/2010/05/mother-and-child.jpg
http://notlikeitmatters.files.wordpress.com/2010/05/mother-and-child.jpg
"Apakah karena saya belum mempunyai anak, perasaan cemburu ini begitu berat saya rasakan mbakyu Drupadi," cerita Srikandi pada kakaknya Dewi Drupadi, ketika pulang arisan ia mampir ke rumah kakak sulungnya itu. "Rayi....rayi Srikandi, kenapa mesti timbul rasa cemburu itu? Seharusnya kau merasa paling berbahagia, karena bebanmu tidak seberat mereka yang telah mempunyai anak. Apakah setiap wanita yang mempunyai anak merasa dirinya paling bahagia?" "Tapi paling tidak, seorang suami akan merasa bangga bila istrinya memberikan anak sebagai hasil dari buah cintanya. Mana ada sih mbakyu, seorang suami senang jika istrinya mandul?" Dewi Drupadi tersenyum sambil geleng-geleng, ia benar-benar tak bisa mengerti, adiknya yang biasanya cerewet, mendadak serius. Dulu waktu pertama kali menikah dengan Arjuna, Srikandi tak pernah menampilkan muka muram. Tapi kini..... "Apakah rayi Srikandi sudah positip mandul? Jangan berkata begitu rayi, bukankah dari istrinya yang lain, Arjuna sudah punya keturunan 9 anak. Kenapa rayi merisaukan hal itu. Percayalah rayi, meskipun kau belum mempunyai anak, suamimu akan tetap sayang." "Tapi aku sebel sama kangmas Arjuna, mbakyu. Dia benar-benar mata keranjang!" Drupadi tersenyum. "Biarkan saja to rayi, asal masih ingat rumah saja....." "Huh, awas....saya juga mau main mata sama pria lain!" "Hus! Jangan ngomong sembarangan. Sudah punya suami itu ngomongnya di atur rayi!" Srikandi tersipu.
http://www.wf-f.org/WFFResource/Mother%20Teresa-1.jpg
http://www.wf-f.org/WFFResource/Mother%20Teresa-1.jpg
Sedan BMW edisi khusus yang dikemudikan Srikandi memasuki gedung mewah di negara Pancala. Ia ingin menemui babenya, Prabu Drupada. "Hua ha ha ha.....suamimu itu memang KUTU KUPRET! Tapi percayalah sama papi, Arjuna tuh orangnya baik, ksatria sejati," ujar Prabu Drupada ketika mendengar aduan anaknya perihal sang suami. "Tapi Pi, I belum punya baby, takut kangmas Arjuna mengacuhkan I." "Hua ha ha ha....macem mana kamu anakku. Kau kira Arjuna tambah anak akan gembira? Apa dia minta tambah anak lagi? Dia kan sudah mengacau program KB ha ha ha....Tapi kemarin dia mengakui kalo KONDOMnya banyak dilubangi istrinya yang lain hua ha ha ha.....Dasar DODOL!" "Anakku yang paling cantik, punya anak banyak itu repot. Apalagi biaya hidup ini makin lama makin besar. Belum biaya sekolah yang semakin membumbung. Seharusnya kau merasa bangga sebagai istri Arjuna, berpendidikan tinggi, pintar, gesit, lincah, supel dalam pergaulan. Papi saja bangga melihat kamu kok." "Ah papi sukanya selalu bilang begitu." "Seharusnya kau bangga anakku. Hidupmu sudah mantap TIDAK BANYAK orang yang mempunyai kesempatan sebaik kamu. Coba bayangkan berapa banyak orang yang bingung cari kerja, berapa banyak wanita yang belon dapat jodoh? Kamu serba cukup bahkan berlebih, apa yang membuatmu kurang puas?" Srikandi tertunduk. Tanpa terasa airmatanya meleleh. Perasaan campur aduk menggelora dadanya. BETAPA mudahnya kita memberi nasihat ketimbang MENERIMA KENYATAAN. Dan betapa banyaknya wanita yang tak bisa berbuat apa-apa diperlakukan TIDAK ADIL oleh kaum LELAKI. Meski EMANSIPASI selalu bergema setiap saat, toh masih juga banyak wanita yang belum mendapatkan arti emansipasi. Apalagi bila kaum lelaki menggunakan AGAMA sebagai pembenarannya, wanita semakin TAK BERDAYA. Bah! Dan setegar-tegarnya seorang wanita, menghadapi problema rumah tangganya, hati kecilnya akan tetap luka, meski sudah ditaburi SERIBU NASIHAT! Bagaimanapun juga, Srikandi kini merasa mantap setelah menerina nasihat sang papi. Begitulah idealnya orang tua yang mempunyai anak, ia harus bisa mencarikan pemecahannya ketika sang anak kebingungan mencari jalan keluar atas problemanya. Semua masalah selalu ada WAY OUT-nya, tinggal diri kita bisa tidak menerima kenyataan yang sudah terjadi. Sesuatu yang sudah terjadi tidak akan bisa kita kembalikan ke asal semula. Hidup itu memang MASALAH! Setelah absen beberapa waktu, Srikandi kini aktif lagi dengan kegiatan-kegiatannya. Ia sudah tak cemas dirinya lagi. "Meskipun aku belum punya anak aku bisa bertindak sebagai ibu yang baik. Ibu dari anak-anak istri kangmas Arjuna yang lain," pikirnya mantap. Maka, selain terus membina kariernya, Srikandi tak segan-segan ikut MENGASUH, MENASIHATI, MEMARAHI, anak-anak Dewi Arimbi, Rarasati, Ulupi, Sulastri, Gandawati, Simendhang. "Anaknya mas Arjuna adalah anakku juga," bisiknya dalam hati tulus. Kelincahan Srikandi kini muncul lagi, tiap hari wajahnya tampak bersinar cerah, hidup terasa begitu indah baginya. Ia mampu membina KERUKUNAN dengan istri-istri Arjuna yang lain berikut anak-anaknya. Dengan suaminya ia bisa bertindak bijaksana. Meski membina karier, Srikandi tetap menomorsatukan keluarganya. Dan ia BISA, karena ia punya KEMAUAN KERAS. Maka tidak salah kalau ibu-ibu dalam banyak oraganisasi menobatkan Srikandi sebagai IBU MASA KINI! Dengarlah ayahmu yang memperanakkan engkau, dan janganlah menghina ibumu kalau ia sudah tua. (Amsal 23:22) Illustrasi : sayabukanceweklemah.blogspot.com, philoshophia.blogspot.com, notlikeitmatters.wordpress.com, wf-f.org, blog.yogabear.org, indcana.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun