JEMBAR SEGARANE, lebar sama dengan luas, segara adalah lautan atau samudera, arti tersebut adalah ungkapan tentang orang yang mudah memberi maaf, orang yang suka mengampuni. Orang yang JEMBAR SEGARANE, kendati disakiti atau dilukai hatinya, tidak akan mendendam. Dengan rela dan besar hati dia memaafkan. Apalagi kalau orang yang menyakiti meminta maaf. Sikap pemaaf adalah sikap yang mulia dan luhur. Orang jawa sangat meyakini hal ini. Itulah sebabnya mereka mengajarkan sikap ini kepada anak-anak sejak kecil agar suka memaafkan teman dan berjiwa besar untuk mengampuni dan MEMAAFKAN SESAMA. Fu jing qing zui kata Lian Po kepada Lin Xiangru (475 SM-221 SM), artinya meminta maaf dengan rendah hati dan tulus. Amsal 19:11 mengatakan : Akal budi membuat seseorang panjang sabar dan orang itu dipuji karena memaafkan pelanggaran. Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya , dan yang ditutupi dosa-dosanya; Roma 4:7. Dari ajaran Budha pun permohonan maaf begitu jelas : Kebiasaan melakukan permohonan maaf adalah merupakan kebiasaan yang baik. Namun, dalam Dhamma, segala perbuatan yang telah dilakukan tidak dapat dibatalkan buah kammanya. Akan tetapi, apabila seseorang telah melakukan kamma buruk dan kemudian meminta maaf, maka sesungguhnya, pada saat meminta maaf, dia sudah melakukan kamma baik yang tentunya pada saatnya nanti akan berbuah dalam bentuk kebahagiaan. Sedangkan orang yang memaafkan, juga telah menanam kamma baik. Adapun kalau permintaan maaf itu hanya dilakukan dalam hati, maka, sesungguhnya, dia hanya menyesali perbuatan yang telah dilakukan, dan mungkin kurang ada tekad untuk tidak mengulangi kembali perbuatan itu di masa depan. Jadi, tampaknya masih kurang kuat dorongan untuk memperbaiki sikap. Berbeda bila permohonan maaf itu disampaikan langsung, maka, paling tidak, orang itu akan merasa malu untuk mengulang perbuatan buruknya. Jadi, lebih baik, permohonan maaf bukan hanya dalam hati, tetapi disampaikan secara langsung, karena manfaatnya bisa untuk diri sendiri maupun orang yang telah disalahi tersebut. (Samaggi Phala dari Y.M. Uttamo Thera). Apalagi bagi umat Islam, kata maaf banyak dalam ayat-ayat di Alquran, misalnya di bawah ini : „Tetapi orang yang bersabar dan mema’afkan, sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.“ [Asy Syuura:43] „Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi Maha Kuasa.“ [An Nisaa’:149]. Susila memegang peranan penting bagi tata kehidupan manusia sehari- hari. Realitas hidup bagi seseorang dalam berkomunikasi dengan lingkungannya akan menentukan sampai di mana kadar budi pekerti yang bersangkutan. la akan memperoleh simpati dari orang lain manakala dalam pola hidupnya selalu mencerminkan ketegasan sikap yang diwarnai oleh ulah sikap simpatik yang memegang teguh sendi- sendi kesusilaan. Demikian pula dalam agama Hindu membimbing manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup seutuhnya, oleh sebab itu ajaran sucinya cenderung kepada pendidikan sila dan budi pekerti yang luhur, membina umatnya menjadi manusia susila demi tercapainya kebahagiaan lahir dan batin.Jadi Susila adalah tingkah laku manusia yang baik terpancar sebagai cermin obyektif kalbunya dalam mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Bermula dari hati semua terjadi, waspadailah sikap hati yang penuh permusuhan, karena kepribadian yang mudah memusuhi dapat membunuh kita. Kata Dr. Redford Williams dari Duke University's Behavioral Medicine Research Center, kemarahan mempercepat detak jantung, meningkatkan tekanan darah, dan mengganggu fungsi pembuluh darah arteri pada jantung. Kita yang hidup di bumi Indonesia ini tentu tak bisa melepaskan begitu saja dengan apa yang menjadi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara selain dijamin kebebasan kita dalam memeluk agama tersebut.Oleh sebab itu untuk menghadapi era globalisasi ekonomi, ancaman bahaya laten terorisme, komunisme dan fundamentalisme merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Disamping itu yang patut diwaspadai adalah pengelompokan suku bangsa di Indonesia yang kini semakin kuat. Ketika bangsa ini kembali dicoba oleh pengaruh asing untuk dikotak kotakan tidak saja oleh konflik vertikal tetapi juga oleh pandangan terhadap ke Tuhanan Yang Maha Esa. Untuk itu sebaiknya setiap komponen masyarakat saling berinterospeksi diri untuk dikemudian bersatu bahu membahu membawa bangsa ini dari keterpurukan dan krisis multidimensi. Sikap hati yang selalu memusuhi mempunyai ciri tidak sabaran, tidak percaya terhadap rekan kerja, merasa terganggu dengan orang lain, TIDAK MAU MENGALAH DALAM PERDEBATAN, dan ingin membalas dendam bila ada yang melukai hatinya. Perubahan sikap hati dimulai ketika kita mendengarkan FIRMAN ALLAH, merenungkannya, dan mengizinkan Dia mengubahkan sikap dan tutur kata kita. Biarkan Firman Allah memenuhi pikiran, berkuasa dalam hati dan mengendalikan lidah kita. Di hari yang fitri minggu ini, MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN untuk semua Kompasianer dan pembaca Kompasiana.com dimana saja berada, baik yang pro maupun yang kontra pada suatu pemikiran di sini. Memberi maaf memang sejatinya bukan milik satu agama saja! TAK ADA KATA YANG TERLALU BERLEBIHAN DALAM MEMUJI ALLAH.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H