TENGAH MALAM aku meninggalkan Rumah Turi, ini nama rumah yang seperti hotel, karena memang buat penginapan banyak tamu yang datang ke Solo. Namanya memang Rumah Turi tapi bukan rumah, pelayanannya seperti hotel tapi serasa di rumah. Seusai menikmati wedhangan bersama teman-teman dari dunia maya, kebetulan ada kopdar kecil para blogger dari suatu komunitas yang singgah ke kota Solo. Ketika motorku melintas di depan Paragon, tiba-tiba ada sosok perempuan melambaikan tangan ke arah motorku, aku mengatakan demikian, karena di belakangku tidak ada lagi kendaraan atau orang lewat, dan aku menghentikan dengan meningkatkan kewaspadaan. Perempuan itu mengenakan celana jeans dan jaket yang senada, bau harum minyak wanginya langsung menembus hidungku, oh wajahnya cantik juga. "Mas tolong antarkan sebentar!" kata perempuan itu seraya naik mendaratkan pantatnya ke sadel motorku tanpa menunggu jawabanku. dan seperti kerbau dicocok hidungnya, aku pun langsung berangkat sambil bertanya, "Kemana?" "Ke Bonoloyo!" jawab perempuan itu pendek dan kalem. Hah? Bonoloyo, itu kan jalan menuju kuburan terbesar di wilayah Solo Utara. Ah mudah-mudahan bukan di kuburannya, karena di sekitar kuburan itu sudah banyak penduduknya dan aku sudah sering ke daerah Clolo yang berada di belakang kuburan, yaitu pabrik mebel import yang sering kupasok beberapa kebutuhan kecilnya, jadi aku tidak merasa aneh. "Agak cepat ya mas." perintahnya sambil melingkarkan tangannya ke perutku. "Mbak dari luar kota ya?" "Ya!" jawabnya pendek. Sesampainya di depan kuburan Bonoloyo, perempuan itu minta aku untuk memasuki areal kuburan, tiba-tiba saja hatiku berdebar dan bulu kudukku berdiri. "Kalo masuk area kuburan tidak bisa mbak, jalannya ada trap-trapnya." jawabku resah. "Lewat jalan yang sebelah samping, khusus kuburan orang kristen," katanya. Ya memang kalau kuburan khusus yang beragama kristen ada di sebelah kanan, ada areal tersendiri, tidak menjadi satu dengan kuburan utama. Kuburan ini memang punya dua jalan, yang di sebelah kanan jalan aspal yang bisa tembus sampai desa belakang mengitari kuburan itu. Sementara jalan yang di sebelah kanan tidak tembus ke jalan aspal utama, namun menuju kuburan khusus orang yang beragama kristen. Tanpa diberitahu pun saya sudah tahu karena pernah ke sini berulangkali. Tapi yang membuatku bergetar, jangan-jangan yang kubonceng ini bukan manusia, mungkin KUNTILANAK atau SUNDEL BOLONG tapi beragama kristen, buktinya minta masuk ke kompleks kuburan orang-orang kristen. Kalau manusia kok berani amat malam-malam begini pergi mencegat orang yang naik motor, apa tidak takut dirampok atau diperkosa umpamanya? Bisa jadi dia wanita malam yang nakal dan berpengalaman, ah tapi kalo dia mau pergi kan tinggal angkat telpon menghubungi taxi beres, atau minta diantarkan kliennya, bisa juga, tapi kenapa justru mencegat motor? Hantu, apapun namanya, dia pasti golongan mahluk halus, karena hotel atau apartemen termegah di Solo itu dulunya bekas rumah sakit yang terkenal cukup angker. Karena tempat dimana wanita tadi mencegat dekat kamar mayat, dulu sering menjadi cerita, terutama sopir becak, yang dicegat mahluk halus di daerah itu. Bisa jadi ini mahluk halus sejenis peri, karena cantik sih, atau mungkin berwajah mengerikan kalau nanti sudah tampak aslinya, hiyy ngeri juga nih. Tepat di gapura kuburan umat kristiani itu aku di suruh berhenti, perempuan itu turun dan segera aku memutar balik motor untuk segera melaju turun sekencangnya, mendadak wanita itu bertanya. "Mas pinjam Hand Phonenya sebentar!" Wah, apalagi nih? Toh aku seperti di hipnotis saja, motor mendadak mati sendiri mesinnya. Ah kepalang basah, aku pun menstandartkan motor dan melangkah menuju ke arah perempuan itu sambil menyerahkan HPku. "Mas takut nggak?" tanyanya pelan. "Tidak," kataku berdusta. Perempuan itu menerima dengan pelan lalu masuk ke kuburan itu sambil memencet HPnya. Aku mengawasinya, melihat punggungnya, ada bolongnya nggak, kalo bolong jelas ia pasti sundel bolong seperti di dalam film-film itu. Ternyata tidak. Kulihat kakinya, menyentuh tanah apa tidak, kalau tidak pastilah hantu sejenis peri atau kuntilanak. Kakinya juga menyentuh tanah, ah apa hantu kristen lebih mudah beradaptasi dengan dunia nyata ya? Aneh, dari tengah kuburan itu tiba-tiba ada bunyi nada HP. Deringnya begitu keras menyentak di tengah malam yang sangat sunyi ini. Langit pun nampak gelap, menyisakan mendung yang belum tuntas. Sesekali di langit ada cahaya kilat yang mendebarkan perasaanku. Hantu sekarang apa sudah canggih ya? Bisa berkomunikasi dengan Ha-Pe segala. Dan perempuan itu terus masuk ke dalam kuburan, kelihatannya menuju arah dering itu, dekat kuburan yang kelihatannya masih baru. Terlihat dari payungnya yang belum rusak, gundukan bunga yang terlihat segar, harumnya yang khas membuatku semakin bergidik. Dering Hape itu mati, tak terdengar suara percakapan, hanya langkah kaki perempuan itu balik ke arahku. Aku terus menatapnya dengan waspada. "Kenapa kok cepat sekali?" tanyaku memberanikan diri. "Tadi sore aku melayat temanku yang dikuburkan disini dan HPku ketinggalan. Beruntung masih ada, harganya mahal jadi aku nekat mencarinya, kalo menunggu pagi bisa-bisa sudah amblas," katanya sambil memberikan Hapeku seraya mengucapkan terima kasih. "Antarkan aku ke terminal Tirtonadi ya mas?" katanya. AKu mengangguk dan hatiku sudah tenang. Perempuan cantik ini ternyata bukan hantu, hanya manusia yang cukup nekat bila punya keinginan kuat. Dan aku tidak sempat mengenalnya lebih jauh, dia seperti terburu-buru ketika sampai di terminal. "Terima kasih banyak mas!" katanya sambil mengejar sebuah bis yang tidak kuperhatikan arahnya. Tidak lama kemudian, Hapeku berdering SMS, ketika kubuka isinya "Terima kasih banyak mas!" Illustrasi : Purnawan Kristanto Sabdaspace.com, sumberinformasidanwawasan.blogspot.com, kubukapintuhatimu.com, leviathanarashi.multiply.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H