Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

100 Hari Sang Maestro Keroncong

29 Agustus 2010   10:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:37 986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://joglopos.com/wp-content/uploads/2010/05/gesang-dal.JPG

Tak terasa sudah 100 hari maestro musik keroncong Gesang meninggalkan  kita, kemarin pada Sabtu 28 Agustus 2010 ada pengajian 100 hari Gesang meninggal di kediamannya Kemlayan Solo. Acara tersebut menarik perhatian pengelola stasiun televisi Provinsi Yunan. Mereka sengaja hadir ke Solo untuk mendokumentasikan acara tersebut. Mereka khusus datang karena lagu-lagu Gesang sangat populer di Tiongkok, terutama Bengawan Solo. Sebenarnya awal tahun ini ingin menemui Gesang, tetapi kesempatan itu belum datang keburu Gesang meninggal. Diceritakannya, pada saat acara ulang tahun Tiongkok ke-10, lagu Bengawan Solo diputar kali pertama, sebelum lagu-lagu mereka, hal itu menandakan betapa mereka sangat mengagumi lagu karya Gesang tersebut. Lagu BENGAWAN SOLO memang monumental dan sangat populer sampai ke mancanegara itu? Komponis Gesang Martodihardjo lah yang dianggap sebagai penciptanya. Pria kelahiran Kampung Kemlayan, Pasar Pon 1 Oktober 1917, anak keenam dari sepuluh bersaudara keluarga mendiang Martodihardjo, seorang pengusaha batik waktu itu.Perjalanan berkesenian komponis Gesang cukup panjang, ini diceritakannya ketika saya ngobrol di rumahnya Perumnas Palur Jln. Nusa Indah Blok 03/008 Solo beberapa tahun yang lalu. "Saya bukan komponis, hanya kebetulan pernah menciptakan lagu. Itu pun hanya sedikit, sekitar 10 lagu keroncong dan 10 lagu langgam Jawa. Bayangkan selama lima puluh tahun hanya mampu membuat lagu segitu, bandingkan dengan komponis zaman sekarang, dalam setahun dapat membuat lebih dari selusin lagu." katanya memulai pembicaraan. Di usianya yang kian senja, Gesang sejujurnya mengakui sudah tak mampu lagi mencipta lagu baru, toh diakui atau tidak, banyak lagu ciptaannya tak lapuk oleh hujan tak lekang oleh panas. Selain lagu BENGAWAN SOLO, lagu-lagu seperti JEMBATAN MERAH atau langgam Jawa CAMPING GUNUNG, sering dinyanyikan di tempat-tempat hajatan oleh banyak grup keroncong atau campur sari, karena memang banyak digemari. "Lagu Bengawan Solo itu tercipta di Langenharjo pada tahun 1940. Waktu itu saya melihat Bengawan Solo banjir airnya meluap menggenangi rumah-rumah penduduk di pinggir sungai itu, tetapi ketika musim kemarau, saya datang kembali ke Langenharjo melihat anak-anak kecil bermain sepak bola di dasar sungai. Melihat romantika sungai ini, maka terciptalah lagu keroncong BENGAWAN SOLO," tuturnya menjelaskan awal mula mendapatkan inspirasi lagu monumental itu. Menurut kisahnya, ketika masih duduk di bangsu sekolah ONGKO LORO (Twede Inlander School) di antara 30 murid di kelas, ia memang paling baik suaranya. Hingga setiap hari Sabtu disuruh maju di depan kelas untuk tarik suara, bukan menyanyi namun NEMBANG MOCOPAT, seperti DHANDHANGGULA, MIJIL dan ASMARADANA. Lulus ONGKO LORO tahun 1929, ia tak melanjutkan sekolah, kerjanya hanya keluyuran tiap malam ke rumah teman-temannya yang bermain keroncong. "Karena saya tidak bisa memainkan alat musik, ya "rengeng-rengeng" mendukung vokalnya. Dulu lagunya masih terbatas hanya itu-itu saja, paling senang lagu KEMBANG KACANG, bahkan lagu yang tidak dikenal siapa penciptanya itu sempat menjadi "lagu wajib" setiap permainan orkes di kampung-kampung," jelasnya.

http://3.bp.blogspot.com/_RpSnxAtQ29c/SpJsU0qffDI/AAAAAAAAAEQ/bOVrOi9pukc/S1600-R/gesang2.jpg
http://3.bp.blogspot.com/_RpSnxAtQ29c/SpJsU0qffDI/AAAAAAAAAEQ/bOVrOi9pukc/S1600-R/gesang2.jpg
Setelah menjalani sunat pada tahun 1931, Gesang mencoba uthak-athik not untuk mengarang lagu, walau tidak bisa memetik gitar, hanya mengandalkan suling bambu, sebab hanya alat musik itulah yang bisa dimainkannya, walau tidak mumpuni. Dengan seruling bambu itu tercipta lagu pertamanya KERONCONG PIYATU, sekitar tahun 1938. Setahun kemudian lahirlah lagu baru KERONCONG RODA DUNIA. Pada tahun 1943, tatkala balatentara Dai Nippon sedang menabuh genderang perang, panasnya gejolak peperangan di bumi Nusantara, mengilhami Gesang untuk merakit lirik lagu bertema perdamaian, maka terciptalah lagu keroncong BILAMANA DUNIA BERDAMAI. Lagu ini sebagai refleksi gejolak jiwanya dan menyimpan sejarah yang tak terlupakan. "Saat menyanyikan lagu baru itu di SUrabaya, di depan balatentara Dai Nippon yang baru pulang dari pertempuran, seorang pejabat kebudayaan Jepang kebakaran jenggot, ia menangkap saya sesaat setelah turun dari panggung pertunjukkan. Dia mengganggap Saya sedang melakukan provokasi yang dikhawatirkan meruntuhkan semangat pasukan Jepang." Pengalaman pahit di Surabaya itu sangat membekas di relung hati Gesang sampai di usianya yang kian rapuh itu. Gesang yang sering mengikuti muhibah ke luar negeri, semakin merasakan betapa kian pentingnya peranan seniman sebagai wahana untuk menciptakan suasana damai. Seniman dan budayawan sudah selayaknya jika menempatkan diri dalam diplomasi kebudayaan untuk mewujudkan kedamaian. Banyak pihak menempuh cara meredakan ketegangan antarbangsa, antarnegara, bukan hanya ketegangan politik, tetapi juga ekonomi dan sosial, lewat diplomasi kebudayaan, Gesang, secara langsung atau tidak, termasuk salah seorang di antara banyak seniman yang berpengalaman sebagai pelaku diplomasi kebudayaan itu sendiri. Tatkala memasuki masa-masa pendudukan balatentara Jepang, dia seringkali diajak menghibur para prajurit Jepang. Gesang memainkan perannya sebagai seorang seniman penyanyi keroncong sekaligus sebagai pengemban misi perdamaian. Kota-kota tempat pemusatan balatentara Jepang yang pernah dikunjunginya, tercatat Jakarta, Bandung, Cilacap, Semarang, Yogyakarta, SUrabaya dan kota-kota kecil lainnya. Waktu itu Gesang ikut grup antara lain KUSHINKEI dan kelompok kesenian Jawa AIGASHA. Gesang muda bergabung dalam musik keroncong pada tahun 1935 dengan grup musik MARCO di Kampung Munggung.Juga pernah bergabung dengan grup keroncong SINAR BULAN, MONTE CARLO, KEMBANG KACANG dan orkes keroncong IRAMA SEHAT. Tak heran di kalangan masyarakat Jepang, lagu Bengawan Solo dan Gesang sendiri sangat populer. Bangsa Jepang sendiri sepertinya memberikan penghargaan cukup tinggi kepada Gesang, karena dianggap sebagai salah satu jembatan persahabatan Indonesia-Jepang lewat diplomasi kebudayaannya di masa lampau. "Saya berprinsip, tugas seniman itu berkarya yang bisa menyenangkan orang lain. Sebagai penyanyi, sejak dahulu saya terus saja menghibur dengan menyanyi. Dalam pikiran saya tidak ada gagasan macam-macam kecuali membuat lagu dan menyanyi. Karena menyanyi itu juga kebudayaan dan yang pasti kebudayaan yang anti perang. KENIKMATAN ITU TIDAK ADA YANG MELEBIHI SUASANA DAMAI." Gesang memang sangat berkesan bagi warga Jepang, bahkan ada warga Jepang yang bernama Hirano Widodo (barangkali ini peranakan Jepang Indonesia) yang mengetuai DANA GESANG sebagai bentuk kepedulian terhadap kehidupan seniman Gesang. Bahkan Gesang sudah beberapa kali ke Jepang, ia menceritakan bahwa generasi muda Jepang dewasa ini sudah merasa muak dengan lagu yang mengobarkan semangat bertempur yaitu lagu ANAKAODE. Begitu kesannya ketika tampil ke Jepang dalam konser musim salju di Tokyo dan Saporo. Kesetiaan Gesang menekuni jalur musik keroncong sejak muda hingga menjelang ajalnya, hampir tak pernah mengalami masa jeda, hingga kesetiaannya itu membuahkan hasil yaitu memperoleh anugerah tanda kehormatan BINTANG BUDAYA PARAMA DHARMA dari Presiden Soeharto, bersama komponis IBU SUD dan PAK KASUR pada tahun 1977.  Sebuah lembaga konsulat ekonomi dan kemasyarakatan OISCA dari Jepang juga memberikan penghargaan, karena Gesang dianggap komponis yang ikut berperan besar dalam mempererat jalinan kerjasama antarbangsa Asia-Pasifik lewat diplomasi kebudayaan. Penghargaan itu diserahkan Ketua OISCA Internasional, Miss Yoshiko Y Nakano pada tanggal 25 Oktober 1978. Gesang juga pernah diangkat menjadi Warga Kota Surakarta Teladan Kelas II pada tahun 1973. Menyimak besarnya perhatian masyarakat internasional, setidaknya negara-negara yang pernah dikunjungi Gesang, selain Jepang adalah Cina, Singapura dan masih banyak lagi, barangkali Gesang tidak pernah menyadari betapa besar peranannya. "Saya tidak pernah tahu tentang seluk beluk diplomasi, apalagi diplomasi kebudayaan," katanya lugas, polos dan tidak merasa aneh-aneh dalam menjalani hidupnya.
http://1.bp.blogspot.com/_undRYpueBDI/TDZbW_QdY_I/AAAAAAAACio/lHsR64vU3C0/s1600/gesang_3.jpg
http://1.bp.blogspot.com/_undRYpueBDI/TDZbW_QdY_I/AAAAAAAACio/lHsR64vU3C0/s1600/gesang_3.jpg
Ketika Gesang tampil di SHANGHAI ART FESTIVAL dari tanggal 18-28 Mei 1996 misalnya, dampaknya secara tidak langsung mengangkat citra Indonesia di Negeri Tirai Bambu itu. Bukan hanya kalangan pemerintahan Cina yang memberikan perhatian besar terhadapa grup keroncong Gesang, tetapi masyarakat pers di Cina pun memberitakan diplomasi kebudayaan itu secara besar-besaran. Festival seni di Shanghai yang tergolong sebagai salah satu kota terbesar di Cina, bukanlah sebuah peristiwa budaya biasa. Di festival tersebut, selain Indonesia hadir juga duta-duta seni dari Cekoslovakia, Swedia, Rusia, Prancis, Spanyol dan lain lain. Namun komponis Gesang memperoleh tempat luar biasa dan karya monumentalnya di tulis besar-besar LUEN LI TE SO LO HE yang dalam bahasa Indonesia berarti BENGAWAN SOLO YANG PERMAI.
http://joglopos.com/wp-content/uploads/2010/05/gesang-dal.JPG
http://joglopos.com/wp-content/uploads/2010/05/gesang-dal.JPG
Secara khusus Gesang juga menciptakan sebuah lagu berirama keroncong yang berjudul TEMBOK BESAR, yang menggambarkan seakan-akan tembok besar Cina itu seekor naga raksasa. Walau Gesang telah menciptakan lagu monumentaldan popularitasnya sebagai komponis lagu Bengawan Solo tak diragukan lagi, toh kehidupannya jauh dari glamouritas layaknya selebritis papan atas. Kenyataannya sehari-hari hidup seperti masyarakat biasa, dulu masih suka bermain bulutangkis atau senam burung, artinya ia memelihara beberapa burung dan merawat sendiri sebagai olah gerak tubuhnya yang makin renta itu. Kehidupannya yang serba bersahaja itu tidak pernah mengurangi kenikmatan yang dia rasakan selama ini. Gesang mengakhiri masa bujangnya pada tahun 1941 dengan Walijah gadis dari Kampung Jayengan Solo. Namun tidak ada keserasian dalam menempuh bahtera rumah tangganya, pada tahun 1963 terpaksa melakukan perceraian. Sisa hidupnya ia pernah  ditemani Ny. Ngainah, perempuan yang membantu keperluan sehari-hari sejak di rumah Kampung Gumunggung hingga ke perumahan Palur, serta beberapa keponakan-keponakannya yang sering datang menemaninya. Gesang memang tidak mempunyai keturunan. "Hidup itu bisa dilalui dengan damai dan nikmat, segala kekurangan hidup tak perlu menjadi masalah," katanya mengakhiri perbincangan dengan saya beberapa puluh tahun yang lalu, saat usianya menginjak 80 tahun-an. Petang hari 20 Mei 2010, pukul 18.10, sang maestro keroncong itu meninggal dalam usia 92 tahun di Rumah Sakit PKU MUahammadiyah Solo. Usia yang cukup panjang dibandingkan rekan-rekan seangkatan Gesang yang sudah banyak mendahuluinya. Gesang kini sudah mengalir sampai jauh...jauh...jauh meninggalkan riwayatmu dulu dan meninggalkan karya yang monumental.
http://www.detiknews.com/images/content/2010/05/21/157/coversang.jpg
http://www.detiknews.com/images/content/2010/05/21/157/coversang.jpg
Illustrasi : 1.  mediaindonesia.com 2.pisces-virgo.blogspot.com 3. keroncongku.blogspot.com 4. mforum.cari.com.my 5. dolankesolo.info 6. jawa-suriname.blogspot.com 7. detiknews.com 8.joglopos.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun