Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jokowi dan Politik Keris Empu Gandring

17 Juni 2014   03:30 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:26 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi JOKOWI J ejakku tak punya kata O rang-orang serakah selalu dahaga K etika aku dipilih rakyat semesta O rang-orang dahaga semakin angkara W alau begitu aku tak membencinya I ngatlah Indonesia Raya milik kita semua 4.4.14 Puisi Rapapa Jokowi Aku dianggep Capres mencla-mencle AKU RAPAPA Aku dianggep Haji atau Haji Umroh AKU RAPAPA Aku dianggep Capres banjir AKU RAPAPA Aku dianggep tidak menepati janji AKU RAPAPA Aku dianggep gagal jadi Walikota atau Gubernur AKU RAPAPA Aku dianggep korupsi ora ono buktine AKU RAPAPA Aku dianggep bonekane bu Mega AKU RAPAPA Aku difitnah bernuansa sara AKU RAPAPA Sing penting aku kerja Aku kerja demi menjalankan amanat rakyat Aku kerja terbuka kepada siapa saja Aku kerja tak kenal lelah siang dan malam Aku kerja bukan mencari kekayaan dengan cara korupsi Aku kerja dan kerja dan kerja Semua kulakukan untuk rakyatku Sebab mereka memilih aku untuk bekerja Aku rapapa Tenan Aku rapapa Aku Ir. H. Joko Widodo 20.4.14 Politik Keris Empu Gandring Kalah menang itu biasa Yang tidak biasa bila tidak bisa menerima kekalahannya Politik memang demikian adanya Selalu ada yang kalah dan menang Setelah itu saling dendam atau mendukungnya Dan kita masih saja belum dewasa Selain menyimpan dendam untuk menikamnya Itulah politik warisan Ken Arok dengan keris Empu Gandringnya 8.4.14

Pemilu Hari Tenang Serangan fajar terus berlangsung Masing-masing partai tebar TAI Mana yang busuk mana yang wangi Terima saja kalau itu dianggap rezeki Yang penting berhati-hati 7.4.14 Pilpres Pilihanmu adalah pilihanmu Pilihanku adalah pilihanku Demokrasi memang memilih Tidak ada yang salah tidak ada yang benar Kita hanya memilih karena ada yang dipilih Setelah memilih kita tetap saja di sini Bersama keluarga tercinta Bersama handai taulan terdekat Sementara yang menang bebas tertawa Yang kalah selalu mencari celah Kita pun ikut merasakannya Suka duka itulah dunia Nikmati saja apa adanya Biarkan mereka bekerja Dan kita terus mengharapkan yang terbaik dari mereka 26.3.14 Capres Deh Musim rakyat dirayu sedang terjadi Ramairamai membuang janji Caleg capres kampanye setiap hari Membela sana membela sini Mencaci sana mencaci sini Visi misi berbau wangi Kalau sudah jadi lupa baunya tai Itulah demokrasi Saling benar sendiri Pidato berapiapi Kalau perlu bawa ayatayat suci Membawa dewa dewi bicara seperti nabi O rakyat bingung sendiri Hutang negara semakin ngeri Korupsi menjadijadi Lalu apa yang dicari? Pemilu lima tahun sekali Sekali berjanji lupa sendiri Pemilu lagi berjanji lagi Lalu lupa lagi Capres deh! 24.3.14 Sumber gambar : 1. puisina.blogspot.com 2. julakbayan.blogspot.com 3. www.kaskus.co.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun