Mohon tunggu...
Ata Waibalun
Ata Waibalun Mohon Tunggu... -

pendidikan di yogya hobi sepak bola dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi, Pesan-Pesan dari Sunda Kelapa.

29 Juli 2014   06:06 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:57 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

KOMISI Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Juli menetapkan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden terpilih dalam pemilihan umum presiden (pilpres) 9 Juli lalu. Jokowi-JK juga sudah menyampaikan pidato kemenangan dari atas kapal phinisi Hati Buana Setia di Pelabuhan Sunda Kelapa pada 22 Juli malam beberapa saat setelah KPU menetapkan pasangan itu.

Apa yang hendak disampaikan Jokowi-JK melalui pesan Sunda Kelapa itu? Apa yang hendak disampaikan melalui simbol kapal rakyat phinisi itu?

Materi pidato kemenangan sudah dipublikasikan secara luas melalui berbagai laporan pers. Inti pidato Jokowi malam itu adalah ‘mari bergerak bersama’ setelah kampanye satu bulan yang melelahkan. Petani kembali ke sawah, nelayan kembali ke laut, para karyawan kembali ke pabrik, para pegawai kembali ke kantor. Semuanya menyatukan langkah bergerak maju bersama. Presiden menjadi dirigen yang memimpin orkestrasi sehingga suara menjadi sebuah paduan yang merdu.

Tetapi menurut saya, tidak semata itu yang hendak disampaikan Jokowi-JK melalui pesan Sunda Kelapa. Saya menangkap paling tidak ada lima makna yang tersirat di sana. Anda, pembaca tentu saja bisa dan leluasa memberi makna sendiri pada penampilan pertama sebagai presiden terpilih di Pelabuhan Sunda Kelapa itu.

Pertama, Pelabuhan Sunda Kelapa adalah pelabuhan rakyat. Di sini menjadi pertemuan semua armada pelayaran rakyat (pelra) dari timur maupun barat. Yang diangkut oleh armada pelayaran rakyat itu tentu lebih banya kebutuhan pokok masyarakat.

Pelabuhan Sunda Kelapa adalah simbol pertemuan segenap rakyat Nusantara. Segenap perbedaan menjadi lebur di Sunda Kelapa dan yang mencuat hanya ada satu yakni ke Indonesiaan dan kesadaran sebagai bangsa bahari. Aroma ‘kerakyatan’ sangat kental di Pelabuhan Sunda Kelapa. Kotor, jorok, tidak tertata, masih menjadi trade mark bangsa ini. Itu tidak boleh ditutup-tutupi, tetapi harus diperbaiki. Intinya rakyat selalu menjadi inti orientasi Jokowi-JK dan perbaikan nasib rakyat adalah sumbu utamanya.

Kedua, Sunda Kelapa dan kapal-kapal phinisi adalah simbol keberanian. Hanya para pemberani yang bisa mengarungi laut luas dan lepas bergelombang tinggi dengan kapal-kapal tradisional itu. Jokowi yang berasal dari rakyat hendak menunjukkan bahwa dia bersama JK adalah pemberani seperti para kelasi kapal-kapal phinisi itu yang akan membawa Indonesia mengarungi badai. Jokowi-JK seperti para pelaut itu tidak mengenal takut, tidak kenal menyerah, tetapi berlayar dan terus berlayar hingga tiba di dermaga tujuan.

Ketiga, kecintaan akan negeri maritim. Dalam debat calon presiden, salah satu yang menjadi visi besar Jokowi-JK adalah membangun tol laut selain menempatkan Indonesia pada Poros Maritim Dunia. Tol laut bukan dengan membangun jembatan fisik yang menyatukan pulau yang satu dengan pulau yang lain, tetapi menyediakan armada angkutan laut yang menghubungkan timur dan barat Indonesia.

Jokowi-JK pernah mengatakan biaya mengirim kontainer ke Eropa lebih murah dibandingkan dengan mengirim kontainer ke Papua. Itu hanya gara-gara tidak ada kapal besar yang menjadi penghubung antarpelabuhan di Indonesia. Jokowi ingin agar ada kapal-kapal kontener besar yang berfungsi sebagai tol laut yang menghubungkan negeri maritim ini sehingga semuanya menjadi lebih mudah. Sunda Kelapa adalah inspirasi tol laut itu.

Ke empat, nahkoda tunggal. Jokowi-JK hendak mengatakan sebuah kapal tradisional phinisi sukses berlayar mencapai tujuan karena ada harmoni selama pelayaran yang mana semua anak buah kapal tunduk pada satu nahkoda. Hanya ada nahkoda tunggal yang bisa menyelamatkan sebuah kapal. Hanya ada Satu Presiden dan Satu Wakil Presiden yang bisa membawa bangsa ini bergerak ke depan untuk meraih mimpi-mimpinya.

Nahkoda tunggal itu kini berada di bawah Jokowi-JK. Mereka lah pemimpin phinisi Indonesia saat ini. Nahkoda tunggal itulah yang memimpin segenap anak buah kapal (ABK) dengan bermacam-macam tabiat dan watak. ABK bisa saja seorang pemabuk, seorang mantan pencuri, seorang bekas pemberontak, seorang pengkhianat tetapi semua kelemahan itu mesti dipastikan ada dalam kendali nahkoda sehingga perjalanan kapal phinisi tidak terganggu hanya gara-gara perbedaan watak, tabiat masing-masing ABK.

Itulah yang hendak dipastikan Jokowi-JK. Jika kelak dia mesti merangkul partai-partai yang menjadi musuhnya dalam pilpres kemarin, itu hanya untuk memastikan agar semua bisa dalam kendali sang nahkoda. Tidak ada yang bergerak liar kemudian menjadi pengganggu bahkan perusak harmoni.

Jokowi-JK sepertinya mengirim isyarat bahwa jika kelak dia menghimpun para mantan penjahat, itu semata-mata untuk memastikan agar semua penjahat itu dalam kontrolnya. Mereka tidak akan leluasa menjadi perusak, tetapi sebaliknya karena dibawa kendalinya, energi negatif mereka akan diubah menjadi positif agar bersama-sama membangun bangsa ini.

Ke lima, Jokowi-JK sudah berada di geladak kapal phinisi pertanda sebentar lagi kapal akan berlayar. Memilih kapal phinisi dengan nama ‘Hati Buana Setia’, juga bukan sebuah kebetulan. Nama itu pun mengandung makna yang dalam. Pelayaran phinisi dengan nahkoda Jokowi-JK ‘tetap menjaga kesetiaan hati pada alam semesta’, membangun tanpa merusak buana.

Kapal phinisi Indonesia dengan nahkoda Jokowi-JK akan memulai pelayaran pada 20 Oktober nanti. Masih ada waktu untuk menyiapkan semua perlengkapan. Jokowi-JK harus memilih kelasi yang tangkas dan piawai yang mampu mengambil keputusan di saat sulit. Para kelasi harus dijamin mempunyai kesetiaan tunggal hanya pada nahkoda. Para kelasi harus bisa dijamin hanya menjalankan agenda nahkoda, tidak mempunyai hidden agenda atau agenda-agenda titipan yang malah bisa merongrong nahkoda.

Ketika kapal phinisi Indonesia berlayar pada 20 Oktober semoga semua terangkut, tidak ada yang tersisa, yang berpotensi menjadi penggerogot. Selamat berlayar Phinisi Indonesia-ku.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun