Mohon tunggu...
michael dion nugroho
michael dion nugroho Mohon Tunggu... -

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Nature

Ancaman dari Problem Pangan

30 Juni 2014   20:44 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:07 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Manusia membutuhkan makanan untuk mengisi energinya. Makanan menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi manusia, baik dulu, sekarang, dan kedepannya. Kebutuhan akan makanan sendiri semakin hari pasti meningkat karena jumlah manusia pun semakin hari juga semakin bertambah. Diperkirakan padasebelum tahun 2050 populasi dunia akan meningkat sekitar 35%, mungkin menjadi sekitar 9 miliar manusia.

“Saat membicarakan ancaman lingkungan, kita membayangkan mobil dan cerobong asap. Sebenarnya, problem pangan adalah salah satu bahaya terbesar di bumi” (Majalah National Geographic Indonesia edisi Mei 2014)

Pertanian termasuk penyumbang terbesar bagi pemanasan global, menghasilkan gas rumah kaca lebih banyak daripada gabungan mobil, truk, kereta api, dan pesawat terbang. Sebagian berasal dari metana yang dilepaskan oleh ternak dan sawah, dinitrogen oksida dari lading yang dipupuki, dan karbon dioksida dari penebangan hutan hujan untuk bertani atau berternak.

Semakin banyaknya populasi di dunia nantinya pasti akan mendorong meningkatnya jumlah pertanian dan perternakan di seluruh dunia. Bisa dibilang ini sebuah dilema, di satu sisi kita ingin menjaga kelestarian bumi dan di sisi yang lain kita membutuhkan bahan pangan.

Ada 5 langkah yang mungkin dapat mengatasi dilema pangan di dunia:

1. bekukan jejak pertanian

2. tingkatkan hasil panen di pertanian yang ada

3. gunakan sumber daya secara lebih efisien

4. ubah pola makan

5. kurangi makanan mubazir

Diartikel ini sebenarnya mengajak kita semua untuk lebih bijaksana soal pangan ini. Bukan brarti kita tidak makan apa-apa, bukan itu aksudnya. Makan tetap menjadi kebutuhan dasar manusia tetapi dalam makan hendaklah menjadi bijaksana sehingga makanan tersebut tidak menjadi mubazir.

Sumber : majalah National Geographic Indonesia edisi mei 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun