Mohon tunggu...
Ronald Reagen
Ronald Reagen Mohon Tunggu... Freelancer - Ayah dari 2 orang anak

memiliki tinggi 170 cm. berat badan 67 kilogram..mata sipit, hidung gede, mulut lebar plus tebal,kulit putih bersih

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pesan singkat dari kehidupan kawan ku

27 Desember 2012   18:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:56 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

bagaimana aku bisa bicara banyak tentang banyak hal, sedangkan kedangkalan masih hidup didalam langkah-langkah. bagaimana aku bisa mengajari tentang kebijaksanaan, sedangkan dalam satu detik saja perbuatan selalu menimbulkan sengketa, bagaimana pula aku mengungkapkan daya dalam senggama ku pada hidup, sedangkan satu nilai saja masih berhamburan, melayang.

sudah terlalu lama kejadian ini menjadi perkara dalam penyelesaiannya menimbulkan perbuatan ber-ulang, menimbulkan raibnya kebaikan hati.keteduhan yang sedang dikejar, telah terlalu jauh meninggalkan langkah para pejalan yang katanya sedang berada di pusat peradaban. ini aku katakan pada kita yang terlalu lama bersuara lamban dan keterlaluan dalam menganggap kehadiran ini adalah satu, sebagai epicentrum nilai. aku tidak tahu yang sebenarnya pada yang sering dikatakan benar itu. tapi aku tahu bahwa perbuatan kita sudah keterlaluan dalam memangsa hidup ini, dan menikmatinya sendirian..

jikalau bahwa penyerahan diri didalam kepasrahan telah dianggap hina? kenapa aku malahan menuju kesana, kata pejalan kepadaku tempo hari. suara yang tercurah didalam kesedihan para perempuan yang tersakiti, masih saja menjadi buah bibir, maka  sama halnya dengan curahan ini. pada kritikan yang disampaikan berulang-ulang, tentang keinginan kitab yang sering dijadikan dalil oleh para pendeta, oleh para pengkhotbah! bahwa nyatanya kehebatan suara hanya sampai pada langkah pertama, selebihnya dia akan raib, dan hilang entah kemana!

lalu ketika terusan kaki kita dalam melangkah didalam pilihan-pilihan, kenapa pula nominasi tindakan hanyalah diperuntukkan pada hebatnya penglihatan, ya mungkin hanya itu. pada hebatnya penglihatan, membuat perbuatan berdarah-darah menjadi barang halal, halal beserta alasannya.

aku, dalam kegalauan ku, hanya berharap pertolongan pada kekasihku, untuk mengangkat aku dari kedhzaliman ini, mengangkat ku agar tidak menghina diri sendiri demi keindahan mayoritas.

dan kawanku pernah bercerita bagaimana serangan bertubi-tubi menyerang dia, menyerang kebaikan yang ingin dilakukan. semua berlansung demi alasan ingin memonopoli, ingin menikmati hidup sendirian, dan klau bisa, receh-receh, remah-remahpun tetap juga dinikmati sendirian.

dalil hidup yang populer telah menenggelamkan pada tujuan akhir dari kehidupan ini, pada tujuan yang ditakuti, bahwa tujuan kita ada pada kereta kematian yang entah kapan datang menjemput kepongahan kita.  dalil populer pada ruang dan sikap menduniakan makna keduniaan sebagai puncak pendakian, yang diangap dasar. pada pengalaman inilah berakhirnya keharmonisan para manusia dan berganti dengan seleksi alam, berakhir dengan peradaban para binatang.

bagaimana kita bisa menipu nurani kita? atau dia memang telah memasang hijab, agar mengaburkan pada tujuan kehidupan, emngaburkan pada pemaknaan, . maka agi kita yang masih dangkal-dangkal ini, harus juga mulai berani menanam padi demi logistik kita nanti, karena menanam ilalang tidak akan mendapatkan apa-apa selain duri-durinya yang akan menyakiti langkah kita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun